06

108 48 6
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Happy Reading

Cahaya matahari menyelinap masuk kedalam kamar itu. Lyn membuka mata dan mengerjapkannya beberapa kali, untuk memulihkan pandangannya. Dia meringis merasakan kepalanya sakit karna ulahnya sendiri.

Saat dirasa kesadarannya sudah sepenuhnya kembali. Dia membelalak melihat laki-laki yang tengah tidur disebelahnya itu. Dengan segera dia bangun dari tempat tidur dan berusaha mengingat-ingat apa yang telah terjadi semalam. Sungguh dia merutuki dirinya sendiri karna melakukan hal bodoh seperti itu.

Dia memukul kepalanya sendiri.
"Bodoh, bisa-bisanya lu ngelakuin itu." umpatnya.

Dia berpikir saat laki-laki itu sudah bangun, dia harus meminta maaf sebesar-besarnya. Bahkan jika perlu dia akan minta maaf sambil bersimpuh di depan laki-laki itu. Ya, dia harus melakukannya.

Kemudian Lyn melihat kearah laki-laki itu. Dilihatnya Al sedang bergerak tidak nyaman karna sinar matahari mengenai wajahnya. Dengan ragu Lyn mendekatinya, kemudian menghalangi sinar matahari itu dengan tangannya. Dia menghela napas ketika dilihatnya Laki-laki itu tidak lagi gelisah. Lyn menatap setiap inci wajah Al. Tampan. Itulah yang terbesit dibenaknya. Sampai kemudian pandangannya tertuju pada bibir milik laki-laki itu. Dia menggigit bibir bawahnya mengingat apa yang telah dia lakukan semalam. Bodoh. Sangat bodoh. Sekarang bagaimana dia bisa bertatap muka dengan laki-laki didepannya ini. Entahlah, Apa yang ada didalam pikirannya saat itu dia juga bingung. Yang jelas saat itu dia sangat kacau antara marah, kecewa, dan sedih semuanya seakan bercampur menjadi satu. Membuat dia tidak bisa berpikir dengan jernih.

Saat Lyn sedang sibuk memandang wajah laki-laki itu. Tiba-tiba saja Al membuka matanya. Jantung Lyn seakan berhenti berdetak. Mata mereka bertemu. Dan untuk beberapa saat hanya ada keheningan diantara mereka. Sampai kemudian Al bangun dari tempat tidurnya dan berniat untuk ke kamar mandi, tapi Lyn menahannya.
"Maaf." Ucapnya sambil menunduk.

"Hm?."

"Maaf." Ulangnya. Al menaikkan satu alisnya.

Lyn memejamkan matanya.
"Karna udah nyium lu tadi malem." Al hanya berdehem sebagai jawaban. Dan kemudian masuk kedalam kamar mandi meninggalkan Lyn dengan perasaan bingung.

"Itu tandanya dimaafin atau ngga ya." Gumam Lyn.

***

Sudah hampir seminggu Lyn tinggal di apartemen Al. Sebenarnya waktu itu dia sudah ingin pergi dari sini. tapi Al mencegahnya, Bukannya apa-apa. Dia hanya kasian jika gadis itu sampai terluka diluar sana. Ingat, hanya kasian tidak lebih. Jadi akhirnya dia memperbolehkan gadis itu disini untuk sementara waktu. Lagi pula gadis itu terkadang membantunya mengurus apartemen ini.

Malam itu, semua teman Al sedang berkumpul diapartemennya. Entah kenapa tiba-tiba mereka datang kemari. Bukannya Al tidak senang. Hanya saja ketika mereka datang, apartemennya akan menjadi berantakan. Alhasil dia harus membersihkannya lagi.

Dan benar saja, baru beberapa menit mereka berada disini. Apartemennya sudah terlihat seperti kapal pecah. Sedangkan Al hanya bisa mengelus dada.

"Woy Al, lo gak ada makanan gitu? Laper nih gue." Ega menunjukkan muka melasnya.

"Buat sendiri, mager." Jawab Al dengan mata masih fokus pada layar hanphonenya.

"Bang Al mah kalo udah bilang mager gak akan dilakuin." Ucap Keana.

"Masa gitu sih anjir." protes Ega.

"Hm."

"Udah, biar gue aja yang buatin." Ucap Lyn.

"Nah ini peka." Ega memberikan jempol pada Lyn.

Lyn terkekeh. "Yang lain mau sekalian?."

Ares bertanya pada Keana. "Keana mau?."

Keana mengangguk "Mau."

Ares tersenyum sambil mengelus rambut pacarnya. "Sekalian ya, Lyn."

"Rey, mau." pinta Keyla pada Rey.

Rey menatap Keyla sambil tersenyum. "Iya sayang."

"Udah, semua aja Lyn." Ucap Arga. Lyn mengangguk, kemudian masuk kedapur.

"Bucin terus." Ucap Ega sewot.

Bara ikut menimbrun. "Dunia seakan milik berempat sedangkan yang lainnya ngontrak."

"Brisik lo jomblo." tukas Rey.

"Yeu si anjir, mentang-mentang punya pacar." ucap Ega tak terima.

Keana terkekeh. "Makanya bang cari pacar."

"Eh gini-gini kita pernah punya pacar. Lah itu si Al perasaan dari dulu jomblo mulu." Bara melirik Al.

Al mengangkat alis. "Gak penting."

Rey tertawa. "Gimana mau punya pacar. Orang suka sama cewe aja, cewenya di usir sama dia."

"Emang goblok si Al, dia yang suka dia juga yang bingung." Ucap Ares menambahi. Mereka semua tertawa

Al hanya melirik mereka. Dia tidak ambil pusing mendengar ucapan teman-temannya. Karna Al itu bukan tipe orang yang bisa dengan mudah mengungkapkan apa yang dia rasakan. Jangankan orang lain dia saja terkadang bingung dengan dirinya sendiri.

Di saat mereka sedang asik bercanda. Tiba-tiba terdengar suara kembang api dari luar. Mereka semua tertarik untuk melihatnya, kecuali Al.

"Rey, ayo lihat kembang api." pinta Keyla sambil menarik tangan Rey.

Rey mengikutinya. "Iya sayang, pelan-pelan."

"Ayo na, lihat." Ares menggandeng tangan pacarnya. Kemudian diikuti dengan yang lainnya.

Sedangkan Al hanya melihat mereka tidak minat. Dia terlalu malas untuk ikut dengan mereka. Lalu Al kembali fokus pada handphonenya. Tapi tiba-tiba

Pyarr...

Terdengar suara benda pecah dari arah dapur. Al melihat teman-temannya. Mereka terlalu sibuk menonton kembang api, sampai-sampai mungkin tidak mendengarnya. Dia berdecak kesal. Entah apa yang gadis itu pecahkan. Akhirnya terpaksa dia harus melihatnya sendiri. Kemudian dia berdiri dan berjalan menuju dapur.

Al mengerutkan kening, saat dia tidak menemukan siapa-siapa didapur. Kemana gadis itu pergi. Matanya menelusuri kesetiap sudut ruangan tapi dia sama sekali tidak menemukan gadis itu. Al mengedikkan bahu dan berniat untuk pergi. Tapi saat dia akan pergi, ekor matanya tidak sengaja menangkap sesuatu dibawah meja. Lalu karna penasaran dia berjalan mendekatinya. Kemudian berjongkok untuk melihatnya. Dia mengernyit bingung dengan apa yang dilihatnya.

"Lyn?."

___________________________________

Haloo semuaa, huwaaa kemaren aku bingung banget mau nulis apa😭, jadi baru bisa update sekarang. Have fun avv

Jangan lupa vote dan komen


AERILYN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang