.
.
.
.
.
.Happy Reading
"MAMA."
Lyn terbangun dengan keringat dingin yang membanjiri tubuhnya. Kenangan masa lalu itu seakan kembali berputar didalam kepalanya.
Masa lalu yang sampai kapanpun tidak ingin ia ingat. Tubuhnya selalu gemetar saat mengingat kejadian itu. Rasa penyesalan dan rasa takutnya seperti bercampur menjadi satu.Arga yang tengah duduk disebelahnya terkejut melihat gadis itu tiba-tiba terbangun. dia segera mencoba menenangkan Lyn saat dilihatnya gadis itu seperti seseorang yang ketakutan.
"Lyn? Are you oke?." Tanyanya. Tanpa menjawab pertanyaan Arga. Gadis itu malah memeluknya.
Arga mengerutkan kening saat melihat tubuh gadis itu gemetar.
"Mama." lirihnya
Arga terdiam.
"A-aku takut."
Arga membalas pelukan gadis itu.
"Gak perlu takut, ada gue."Gadis itu semakin mengeratkan pelukannya. Dia menangis.
"T-takut."Arga menepuk-nepuk punggung Lyn.
"Papa lo gak akan berani ngapa-ngapain lo.""Tenang."
Lyn masih terus menangis dengan tubuh yang gemetar. Arga masih mencoba untuk menenangkannya. Sampai kemudian netranya tak sengaja menangkap seseorang tengah berdiri didepan pintu kamar dengan raut wajah datar. Menyadari itu bukannya melepaskan pelukannya dia malah semakin mengeratkan pelukannya.
Orang itu hanya diam sambil menatap mereka tanpa ekspresi. Karena tak mau berlama-lama akhirnya dia memutuskan untuk pergi.
Setelah beberapa saat perasaan Lyn berangsur tenang. Arga tersenyum menatap gadis itu. Sambari terus mengusap rambutnya
"Mau minum?." Tanyanya.
Lyn menggeleng.
"Istirahat lagi ya?."
Lyn mengangguk sambil membaringkan lagi tubuhnya dikasur.
Arga masih setia mengusap surai rambut gadis itu.
"Gue tinggal sebentar gapapa ya?.""heem."
"Kalo ada apa-apa hubungin gue ya?."
"iya ga."
"Jaga diri lo baik-baik, gue panggilin bi imah dulu."
Lyn memegang tangan Arga. Membuat langkah Arga terhenti.
"Makasih ga."
***
Kondisi Lyn sudah lebih baik dari sebelumnya. Sekarang ini dia sudah bisa beraktivitas seperti biasanya. Meskipun dia masih harus tetap minum obat-obatan.
Dia mendudukkan tubuhnya disofa setelah baru saja membersihkan kamarnya yang kotor karena beberapa hari ini tidak ia bersihkan. Dia menyenderkan punggungnya pada sandaran sofa. Untuk sedikit menghilangkan rasa pegal dipunggungnya. Namun tanpa sengaja netranya menangkap sebuah jaket yang berada dipinggir sofa. Dia mengerutkan kening.
"Punya bang Arga mungkin ya." tanyanya pada diri sendiri.
Kemudian dia meraih handphonenya dan berniat menelepon Arga untuk memastikan. Tanpa waktu lama panggilan mereka terhubung.