.
.
.
.
.
.Happy Reading
Setelah perdebatan yang panjang akhirnya Lyn diizinkan untuk pulang. Saat ini ia tengah didorong menggunakan kursi roda. Padahal kakinya tidak apa-apa, ia bahkan bisa berjalan. Tapi teman-temannya tetap memaksanya untuk memakai kursi roda. Akhirnya mau tidak mau Lyn menurut.
Mata Lyn bergerak untuk menelisik sekelilingnya. Keningnya berkerut bingung.
"Kenapa kesini?." Tanyanya."Buat sementara." Jawab Al.
"Aku takut ngerepotin kamu lagi." Gumam Lyn yang masih bisa didengar Al.
"Gak, udah nurut."
"Lagian kita gak mungkin biarin lo ke rumah papa lo." Sahut Rey.
Lyn menunduk, "Iya sih."
"Nah, itu tau."
"Tapi gue bisa nyewa apartemen dulu buat sementara."
"Gak." Sahut Al. Lyn mendongak menatap sang empu. "Bahaya." Lanjutnya.
"Udah gapapa Lyn disini aja. Toh lo gak ada yang jaga juga kan?." Tanya Keana
"Nah, buat jaga-jaga juga Lyn, kalo lo sampe kenapa-kenapa kan ada yang jagain." Keyla membenarkan.
Gadis itu menghela napas,
"Gue gak enak sama kalian.""Lyn, kita temen lo. Gue sama Keyla udah nganggep lo kek saudara, ya kan la?." Keyla mengangguk.
"Tapi kan-"
"Udah, diem." Perintah Al. Lyn mengerucutkan bibirnya. Tanpa ingin berlama-lama Al segera mendorong kursi roda Lyn masuk kedalam.
Suasana rumah besar ini sepi, karena hanya ditinggali oleh Al, Keana, dan Rey. Orang tua Al dan Keana seorang pebisnis yang sering berpergian keluar kota sehingga tidak heran jika orang tuanya jarang berada dirumah. Sedangkan Orang tua Rey, mereka tinggal dipedesaan, Namun karena ingin menyelesaikan kuliahnya, Rey akhirnya memilih tinggal disini.
Itu mengapa rumah ini terkesan sepi. Apa lagi terkadang hanya Rey dan Keana yang menempati rumah ini. Sedangkan Al lebih sering berada diapartemennya.
"Anggep aja rumah sendiri." Ucap Rey.
Lyn tersenyum, kemudian mengangguk. "Makasih."
"Anggep rumah sendiri kan Lyn, ntar lo jual aja tv, kulkas sama prabotan yang lain." Celetuk Ares yang disambut tampolan dari Rey.
"Gak gitu juga bego."
"Lah gimana?, kata lo tadi suruh nganggep rumah sendiri."
"Tapi maksudnya ngga gitu, Galak." Jelas Keana.
Ares terkekeh, "Iya sayang. Aku cuma bercanda."
"Gak jelas dih, mending lo bawa pergi aja na." Rey mendorong badan Ares yang tentu saja jauh lebih besar dari badannya.
"Gak usah dorong-dorong." Gerutu Ares. Keana segera menarik tangan Ares, lantaran sudah tidak tahan dengan perdebatan dua pria itu.
"Kita juga pergi yuk, la." Ajak Rey.
Keyla mengerutkan kening, "Kemana?."
"Laper." Rey menunjukkan deretan giginya.
"Bentar, Lyn mau sekalian?."
Lyn menggeleng, "Gak usah, belum laper."
"Bang-"
"Bang Al mah gak usah." Sahut Rey