.
.
.
.
.
.
.
Happy ReadingCahaya matahari menyelinap masuk kedalam kamar. Di atas ranjang terdapat seorang laki-laki yang sedang tertidur pulas, ia masih setia berada dialam mimpinya seakan enggan untuk bangun. Tiba-tiba seorang wanita membuka tirai jendela, sehingga membuat sinar matahari dengan leluasa masuk kedalam kamar mereka.
Perempuan itu berbalik, ia bisa melihat suaminya tengah bergerak tak nyaman diatas kasur. Diam-diam sudut bibirnya terangkat.
"BANGUN ALRESCHA." Teriaknya
Al mendesah kesal, "Lima menit lagi." Ujarnya sembari menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
Perempuan itu berdecak, "Kebiasaan." Kemudian ia berjalan menghampiri suaminya dan menarik selimutnya. "Bangun." Pintanya.
Al berdehem, ia masih enggan untuk beranjak dari tempat tidurnya. Karena geram perempuan itu menarik suaminya dan memaksanya untuk bangun.
Laki-laki itu diam-diam tersenyum melihat tingkah istrinya yang kesal lantaran ia tak kunjung bangun. Tiba-tiba Al berbalik menarik tangan wanitanya, sehingga perempuan itu jatuh tepat diatas tubuhnya. Perempuan itu memekik terkejut.
"AL!." Panggilnya.
Laki-laki itu memeluk tubuh istrinya, "Hm?."
"Lepasin." Pintanya. Bukannya melepaskan laki-laki itu malah semakin mengeratkan pelukannya.
Perempuan itu melotot, "Al." Panggilnya lagi.
Kelopak mata laki-laki itu perlahan terbuka, netra mereka saling bertemu untuk sepersekian detik. Dan untuk kesekian kalinya ia terpana dengan netra coklat itu.
"Apa sayang?." Jawab Al dengan suara khas bangun tidur.
"Bangun terus mandi." Pinta perempuan itu.
"Males." Jawabnya singkat.
"Tuhkan kebiasaan." Ujar perempuan itu kesal.
"Dingin, Lyn." Sahut Al.
Lyn menghela napas, "Aku siapin air anget, tapi mandi ya."
"Males."
"Kamu gak mandi dari kemaren loh."
"Ya terus kenapa?."
"Jorok, Al." Seru Lyn
"Lagian gak bau." Jawab Al santai.
"Kata siapa? Bau tau." Lyn berpura-pura menutup hidungnya.
"Biarin."
"Al-" Tiba-tiba laki-laki itu mengecup bibirnya.
Cup
"Ribut." Al kembali menutup matanya untuk tidur.
Lyn membelalak, "Kok gitu sih mainnya?."
"Diem." Suruh Al.
"Dih, gak adil."
"Hm? Gak terima?."
"Gak." Perempuan itu menangkup pipi suaminya, dan kemudian...
Cup
"Lyn."
Cup
"Astaga."
Cup
"Sayang."
Cup.
Pada ciumannya yang terakhir Lyn membiarkan mereka berciuman untuk beberapa detik, sebelum kemudian melepaskannya. Setelah itu ia memberikan wink pada Al.
Laki-laki itu memeluk pinggang Lyn seakan enggan untuk melepaskannya, "Apa hm?."
"Sekarang impas." Lyn tersenyum lebar.
"Dasar."
"Ayo dong bangun."
"Males."
Lyn berdecak, tiba-tiba sebuah ide terlintas dipikirannya, Ia memeluk leher suaminya, kemudian bibirnya ia dekatkan pada telinga laki-laki itu, "Wake up, daddy." Bisiknya tepat ditelinga Al.
Laki-laki itu terdiam sejenak, "Udah bangun." sahutnya.
"Mana?." Tanya Lyn.
"yang bawah." Jawab Al santai.
"Eh?." Seketika pipi Lyn bersemu merah. dengan segera ia mendorong tubuh Al dan bangun dari posisi mereka yang terbilang ambigu.
"Loh?." Tanya Al.
"Sana mandi." Pinta Lyn. "Bentar lagi anak-anakmu pasti ribut." Lanjutnya.
Benar saja, setelah Lyn mengatakan itu tiba-tiba ada suara gedoran dari pintu kamar mereka.
"MAMA PAPA AYO BANGUN." Teriak salah satu anak laki-laki mereka.
"Iya, bentar Aras." Sahut Lyn.
Aras menghela napas, "Ya ampun orang tua kita kok tega ya biarin anak mereka yang masih kecil-kecil ini kelaparan." Ujarnya dengan penuh drama. "Iya kan Aris?." Tanyanya pada saudara kembarnya.
Aris mengerutkan kening, "Gak jelas."
Aras melotot pada Aris, "Jawab iya dong."
"Gak mau, kamu gak jelas." Tolak Aris
"Awas aja kamu." Ancam Aras.
Lyn terkekeh mendengar perdebatan anak kembarnya itu, sebelum mereka semakin ribut lagi Lyn membuka pintu kamarnya.
"Good morning mama." Teriak mereka bersamaan.
Lyn tersenyum, "Morning Aras Aris."
Anak kembar itu berlarian masuk kedalam, "Mama lama bukainnya, Aras sampe pegel nunggu diluar." Papar Aras, padahal tidak sampai lima menit mereka berdiri diluar.
"Aras lebay." Sahut Aris
"Aris diem." Suruh Aras
"Udah." Lyn menengahi. Tiba-tiba Aras menutup mulutnya terkejut saat melihat Al masih duduk ditempat tidur.
"Papa belum mandi?!." Pekiknya. Aris sampai menutup telinga mendengar teriakan saudaranya.
"Aras jangan teriak-teriak." Tegur Aris.
"Aris diem." Pinta Aras, kemudian anak laki-laki itu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Masa anaknya udah ganteng dari tadi, papanya masih bau."
Al terkekeh, "Kamu ganteng juga dari papa."
"Mulai deh." Sahut Lyn.
"Loh? Bener kok."
"Iya iya bener."
"Nah, udah papa mandi dulu ya." Ucap Al pada anak-anaknya. Kemudian ia beranjak dan masuk kedalam kamar mandi.
"Iya papa bau." Sahut Aras.
Lyn tersenyum pada kedua anaknya, "Kalian mau kue?." Tawarnya
"MAU." Anak kembar itu menyahut dengan excited.
"Ayo kita buat." Ajak Lyn sembari menggandeng tangan kedua anaknya menuju dapur.
Perempuan itu tak pernah membayangkan akan memiliki sebuah keluarga kecil seperti sekarang. Kini sudah genap lima tahun ia menjalankan kehidupan pernikahan. dan selama itu pula banyak suka dan duka yang telah ia lalui. Kenangan buruk dimasa lalu hanyalah sebuah kenangan yang telah ia kubur dalam-dalam. Dengan kehadiran si kembar membuat hidupnya menjadi lengkap dan berwarna. Apa lagi melihat tingkah mereka seakan menjadi penyembuh bagi Al dan juga Lyn.
_______________________________________
Mereka adalah sepasang orang asing, yang dipertemukan oleh keadaan, dan dipersatukan oleh takdir.