.
.
.
.
.
.
.
Happy Reading"Udah ya, aku udah kenyang." Lyn menolak saat tangan Al akan bergerak menyuapinya lagi. Ekspresi laki-laki itu berubah datar.
"Aku kenyang, Al." Jelas Lyn.
Laki-laki itu berdehem. Padahal ia tidak menunjukkan raut wajah marah maupun sinis, Tapi berhasil membuat nyali Lyn menciut.
"Ya udah satu sendok lagi." Putusnya.
"Habisin."
"Satu sendok lagi ya."
"Hm."
Gadis itu menghela napas. "iya oke, habisin." ia mengambil mangkok yang dipegang Al. Kemudian melahapnya hingga habis.
"Udah." Lyn menunjukkan mangkok yang telah kosong.
Laki-laki itu mengangguk,
"Minum obat." Ucapnya sambil menyodorkan lima jenis obat.Lyn membelalak, "Ngga mau."
"Kenapa?."
"Pahit."
"Kalo manis ya permen."
"Bibirmu manis." Celetuk Lyn.
Al berdehem, kemudian meletakkan obat itu ditangan Lyn.
"Gak usah ngelantur.""Bener kok."
"Apa?."
"Bibirmu manis."
"Obatnya minum."
Lyn mendengus,
"Gak asik." Gumamnya, akhirnya mau tidak mau ia meminum obat itu."Udah." ia menyodorkan gelas yang telah kosong pada Al.
"Bagus."
"Al." Panggilnya.
"Hm?."
"Telingamu kenapa merah?." tanyanya sambil mengamati telinga laki-laki itu, kulit Al yang sangat putih membuat Lyn dengan mudah menyadarinya.
Laki-laki itu kembali berdehem,
"Istirahat sana.""Istirahat terus."
"Biar cepet sembuh."
"Tapi aku masih pengen ngobrol sama kamu."
"Gue mau latihan." Wajah gadis itu berubah muram.
"Lo istirahat." Lanjutnya.
"Aku kapan boleh pulang?."
"Kalo udah sembuh."
"Ini udah sembuh kok, bahkan aku bisa lari keliling rumah sakit."
"Gak usah ngaco, jahitan kepalamu aja belum kering."
Gadis itu nyengir,
"Iya oke, nurut.""Istirahat."
Lyn membaringkan tubuhnya diatas kasur, "Iya sayang." Lyn tertawa. "Bercanda." Lanjutnya.
Laki-laki itu menggelengkan kepala menghadapi tingkah Lyn, kemudian dengan ragu ia mengusap rambut Lyn pelan. Melihat perlakuan Al, Lyn tersenyum. Bahkan hal sekecil ini mampu membuat gadis itu sebahagia ini.
***
"Keyla anjing." Gadis itu memekik lantaran melihat tingkah laku sahabatnya.