Apa yang di rasakan Haechan sekarang, semuanya melebur jadi satu. Sedih, menyesal, hampa, dan rasa bersalah, semuanya menggerogoti hati Haechan seolah tidak ada hari esok.
Sehari setelah pertemuan terakhirnya dengan Mark, Haechan menangis seharian. Hari selanjutnya, mencoba untuk menerima keputusan yang telah di berikan, hari selanjutnya mencoba menjalani aktifitas seperti biasanya.
Hari selanjutnya, selanjutnya, dan selanjutnya lagi, Haechan terus mencoba untuk terbiasa tanpa Mark. Hari-hari Haechan terasa kosong tanpa adanya Mark. Dimana lelaki itu dulu sering mengganggunya, membuat nya marah, menjailinya, dan yang pasti menunjukkan perhatian dengan cara-cara yang Haechan suka. Namun kini semuanya tidak pernah terjadi lagi.
Bahkan saat mereka saling berpapasan di lorong kampus, di jalan dan dimana pun itu, Mark mengabaikan nya. Seolah-olah mereka adalah orang asing dan tidak saling kenal.
Dan kebiasaan baru Haechan saat ini adalah melamun. Membuat Renjun dan Jaemin tidak tau harus melakukan apa untuk menghibur temannya ini.
"Haechan nanti mau jalan, aku dengar hari ini cafe ujung kampus ada potongan harga" bujuk Jaemin untuk kesekian kalinya.
"Aku mau pulang saja" jawab Haechan pelan masih dengan mengaduk-aduk minuman di gelas depannya.
"Atau kau mau turun arena?" tanya Renjun.
Pertanyaan Renjun tentu membuat Jaemin mendorong temannya pelan. Penawaran Renjun sangat membahayakan jika keadaan Haechan yang seperti ini.
"Aku hanya bertanya?" ucap Renjun membela diri.
Haechan hanya terkekeh pelan melihat perilaku kedua temannya itu. Namun itu tidak berlangsung lama, Haechan berdiri lalu berpamitan dengan kedua temannya.
"Aku pulang saja" ucapnya dengan meninggalkan Renjun dan Jaemin.
Selepas kepergian Haechan, dua orang lainnya menghela nafas pelan. Karena terlalu bingung untuk menghibur Haechan beberapa hari ini.
"Astaga, seperti ini rasanya menghibur orang?" gumam Renjun yang sudah kehabisan akal.
"Aku juga tidak tau, bagaimana menghibur Haechan lagi. Mungkin jika di antara kita berdua yang sedang memiliki suasana hati yang buruk, Haechan pasti punya banyak cara untuk mengajak kita bersenang-senang" Jaemin pun ikut menimpali.
Keduanya mengingat kembali ketika Haechan dengan ide-ide nya yang di luar nalar manusia, menghibur mereka selama ini.
"Rasanya aneh melihat Haechan seperti beberapa hari ini" gumam Renjun masih pelan.
"Mau bagaimana lagi, ini keputusan Mark hyung. Dan dia juga tidak salah" balas Jaemin yang iba dengan apa yang di jalani Haechan.
"Berharap saja, mereka segera berbaikan. Kau tau sendiri kan Haechan dan ide gilanya. Dia itu suka nekat, melakukan apapun tanpa berpikir panjang terlebih dulu" ujar Renjun menatap ke arah Jaemin.
"Semoga saja Mark hyung, tidak melupakan sifat Haechan yang itu" balas Jaemin.
Keduanya mengenal Haechan cukup lama, jadi kurang lebih tau apa yang menjadi kebiasaan Haechan selama ini ketika lelaki itu sedang dalam suasana hati yang buruk. Salah satunya seperti yang mereka bertiga lakukan pada para lelaki dominan. Yaitu, mematahkan teori jika submisif tidak sebanding dengan para lelaki dominan.
.
.
Setelah berpisah dari teman-teman nya, Haechan berjalan menuju parkiran dengan langkah yang tidak bersemangat dan terkesan malas.
Entah beruntung atau merasa sial, Haechan justru melihat Mark berjalan ke arahnya dengan seorang teman yang itu tau bernama Xiaojun. Membuat Haechan menghela nafasnya dengan berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daredevil || Markhyuck || [Completed]
FanfictionHaechan dan kedua temannya adalah lelaki. Tapi mereka bertiga selalu di anggap lemah dan tidak berdaya hanya karena posisi mereka yang sebagai submisif. Bukan Haechan namanya jika hanya diam saja jika harga dirinya di injak-injak oleh para lelaki do...