Haechan duduk di samping kursi kemudi, sementara Mark fokus mengemudi mobil. Pada akhirnya Haechan menerima ajakan Mark untuk menyelesaikan semuanya.
Haechan duduk meringkuk dengan menghadap jalanan yang terlihat jauh lebih menarik di matanya. Meskipun pandangannya mengabur tertutup air mata. Haechan sedang menangis dalam diam saat ini.
Mark tau Haechan menangis, akan tetapi dia lebih memilih diam agar tidak membuat harga diri Haechan semakin jatuh karena ucapannya. Ingat! Mereka masih belum resmi berdamai.
"Mau titip sesuatu?" tawar Mark.
Saat ini mereka sedang berhenti di sebuah minimarket.
"Tidak" jawab Haechan singkat tanpa mengalihkan pandangannya.
"Tunggu sebentar"
Selanjutnya Mark turun untuk membeli apa saja yang kiranya mereka butuhkan. Dan tak berapa lama dia kembali dengan satu kantong plastik besar dan meletakkannya di kursi bagian belakang. Mereka kembali melanjutkan perjalanan, masih dengan keheningan yang menemani perjalanan mereka.
"Tidurlah" ucap Mark memecah keheningan diantara mereka.
"Hm" suara Haechan terdengar sangat serak. Seolah-olah ada beban yang sangat berat hingga membuatnya tidak ingin bicara.
Mark kembali memfokuskan perhatiannya pada jalanan. Dan menginjak pedal gas, agar mereka segera sampai tempat tujuan.
Setelah beberapa menit berlalu, Mark bermaksud membangunkan Haechan. Namun Haechan justru menepis tangannya keras dan terlihat sangat terkejut serta nafas yang memburu.
"Maaf, maaf, kalau aku mengejutkan mu" Mark berujar dengan rasa bersalah dan menatap Haechan cemas.
"I-iya tidak apa-apa" jawab Haechan dengan terbata, dan mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Ayo turun, sudah sampai" Mark turun setelah memberi tahu Haechan.
Haechan melihat ke depannya. Pantai? Mark membawanya ke pantai di tengah malam seperti ini. Mark memang gila. Akan tetapi Haechan juga turun dari mobil dan berjalan menuju mendekati pantai yang gelap. Penerangan yang ada hanya melalui cahaya bulan, serta lampu mobil.
Lalu Haechan mendudukkan diri dengan tangan memeluk lututnya sendiri. Pandangannya jauh menerawang ke laut yang tidak terbatas.
Mark datang membawa kantong plastik, serta selimut yang dia pasangkan pada tubuh Haechan. Mark juga mendudukkan diri di sebelah lelaki itu dengan kantong plastik yang menjadi pembatas mereka.
Mark mengambil sekaleng bir yang menjadi daftar belanjanya tadi. Dan kemudian meminumnya dengan menatap hamparan laut di depannya.
"Jika kau mau, ambillah" kata Mark yang menyadari Haechan menatapnya curiga serta was-was. Mungkin masih terkejut dengan apa yang di alami.
"Kenapa? Seharusnya kau tidak terkejut. Inilah aku" Mark berujar lembut di sertai kekehan pelan.
Haechan bungkam. Benar, seharusnya dia tidak terkejut jika mengingat kebiasaan Mark selama ini. Sejenak pandangan mereka saling beradu, namun Mark lebih memilih memutus kontak mata mereka terlebih dulu.
"Ini yang sering aku lakukan ketika pikiran ku kacau. Selain Jeno dan GuanLin, inilah teman ku" kata Mark dengan mengguncang kaleng bir di tangannya.
"Bir bisa membuat ku lebih baik" gumamnya pelan kembali menatap Haechan.
Tak berapa lama tangan Haechan terulur. Dia mengambil sekaleng bir sama seperti milik Mark dan membukanya. Dahinya berkerut dalam disertai kecapan dari mulut nya ketika merasakan sensasi bir menyentuh indra pengecapnya. Ini pertama kali bagi Haechan meminum bir, dan rasanya sangat aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daredevil || Markhyuck || [Completed]
FanficHaechan dan kedua temannya adalah lelaki. Tapi mereka bertiga selalu di anggap lemah dan tidak berdaya hanya karena posisi mereka yang sebagai submisif. Bukan Haechan namanya jika hanya diam saja jika harga dirinya di injak-injak oleh para lelaki do...