Mark mengerjapkan mata untuk sejenak menatap langit-langit kamarnya. Mencoba mengingat apa yang baru saja terjadi hari ini. Mark mengusap wajahnya dengan kasar kemudian duduk dengan helaan nafas yang juga kasar.
Mencari penunjuk waktu yang berada di sekitarnya. Pukul 22.40, ternyata lama juga dirinya tertidur. Meskipun harus kembali ke kenyataan setidaknya dia masih bisa melihat dunia dan merasakan permainan nya.
Mark mengamati seluruh penjuru kamarnya. Keadaannya sudah lebih rapi jika di bandingkan ketika dirinya masuk. Ia segera menggeleng kan kepalanya. Tidak ingin mengingat yang telah terjadi.
Mark bangkit dari tempatnya, langkahnya membawa untuk ke kamar mandi. Dia hanya ingin menyegarkan tubuhnya. Langkahnya terkesan malas dan tidak bersemangat.
Tanpa melepas kain yang melekat di tubuhnya, Mark berdiri di bawah shower, lalu menyalakan nya hingga kucuran air membasahi tubuhnya. Mark menyandarkan badannya pada dinding. Berharap aliran air meluruhkan seluruh beban yang dia pikul sendirian. Dia sudah tidak sanggup.
Matanya terpejam, tangan terkepal kuat. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk meredam semua emosi yang dia rasakan.
Cukup lama Mark berdiam diri didalam kamar mandi sebelum akhirnya benar-benar membersihkan dirinya.
Selepas dari kamar mandi Mark mengamati kembali seluruh sudut kamarnya. Dia tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini. Mungkin kedua orang tuanya akan membawanya ke rumah sakit Jiwa.
Dan dengan sisa kesadaran yang dimiliki, Mark merapikan seluruh kamarnya. Mengembalikan barang-barang ke tempatnya semula. Ia cukup sadar untuk tidak merepotkan kedua orang tuanya seperti tadi. Ah, obat dan kertas hasil pemeriksaan nya sudah tidak ada di kamarnya.
Mark seperti tidak memiliki semangat untuk hidup. Lelaki itu benar-benar sudah berserah diri, hanya mengikuti apa yang akan terjadi dengan jalan hidupnya. Mark sudah tidak peduli.
Melihat kamarnya sudah lebih rapi, Mark kembali duduk di atas ranjang. Sejenak kembali mengamati seluruh penjuru ruang. Merekam ruang tidur yang ia tempati selama ini. Pasti dia akan merindukan nya.
Merasa puas dengan apa yang dia lakukan, Mark kembali merebahkan tubuhnya. Menutup matanya dengan lengan.
Mark kembali menjatuhkan air matanya, masih dengan tanpa suara. Sepertinya menangis dalam diam telah menjadi kebiasaan baru untuk nya beberapa hari terakhir. Dan Mark masih betah dengan apa yang dia lakukan, sekaligus untuk menghabiskan sisa malamnya malam ini.
****
Haechan masih terjaga sekalipun sudah tengah malam, Jeno yang terbangun pun mengubah posisinya menjadi duduk.
"Tidurlah Haechan, kau pasti juga lelah" ujar Jeno dengan meregangkan otot-otot tubuhnya.
Haechan tersenyum "Aku tidak mengantuk"
"Haechan, maaf soal perkataan GuanLin" ujar Jeno kembali, kali ini dengan wajah bersalahnya.
"Tidak apa-apa, aku memang penyebab atas keadaan Mark saat ini" ucapnya tulus. Dia menyadari kesalahannya untuk yang kesekian kalinya.
Sebelumnya, ketika masih di area parkiran universitas selepas kepergian Mark, GuanLin sempat meluapkan kekesalannya kepada Haechan, menyalahkan Haechan atas apa yang terjadi pada Mark. Apa yang di terima Mark tidak adil padahal Haechan lah yang salah. Perkataan GuanLin pun tidak di bantah oleh Haechan, karena memang benar adanya.
Hening terjadi beberapa saat sebelum akhirnya Haechan bicara kembali "Tidurlah kembali" ucapnya sembari tersenyum. Haechan berdiri dari tempatnya.
"Mau kemana?" tanya Jeno dengan dahi berkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daredevil || Markhyuck || [Completed]
FanficHaechan dan kedua temannya adalah lelaki. Tapi mereka bertiga selalu di anggap lemah dan tidak berdaya hanya karena posisi mereka yang sebagai submisif. Bukan Haechan namanya jika hanya diam saja jika harga dirinya di injak-injak oleh para lelaki do...