29. Daredevil

3.1K 302 41
                                    

Selama perjalanan pulang Haechan masih senantiasa dengan diamnya. Bahkan wajah manisnya yang selalu menyunggingkan senyuman telah berganti dengan raut murung seperti beberapa hari terakhir. Sekalipun Haechan masih bersama Juyeon seperti sekarang.

Juyeon sendiri masih diam, tidak ada niatan baginya untuk memecah keheningan di antara mereka. Memberi waktu Haechan untuk menenangkan diri atas apa yang telah mereka lakukan sebelumnya.

Sesampainya di pekarangan rumah Haechan, Juyeon membantu lelaki yang lebih kecil darinya itu untuk memasuki rumahnya sendiri. Setelah meninggal kan cafe Haechan seperti raga yang kehilangan jiwanya.

Haechan berhenti melangkahkan kakinya, membuat keduanya berhenti di ruang tamu milik Haechan. Lelaki yang lebih pendek pun menatap mata lelaki lainnya dengan sorot mata yang masih sedih.

"Juy?" panggil Haechan pelan dengan suara serak nya. Entah kenapa sejak pertemuan terakhirnya dengan Mark, suara Haechan seperti berat untuk keluarkan.

"Hm?" balas Juyeon kembali tersenyum menatap Haechan. Dengan kedua tangan ia letakkan di bahu lelaki itu.

"Apa aku masih mencintaimu seperti dulu?" tanya Haechan masih pelan. Berharap mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang dia berikan, karena saat di cafe Juyeon tidak memberinya jawaban.

"Kenapa? Kau masih memikirkan Mark?" bukan jawaban yang dia berikan, Juyeon justru memberi pertanyaan lain.

"Bagaimana jika aku masih mencintaimu? Apa yang harus aku lakukan, Juju?" ucap Haechan

"Tidak salah. Perasaan mu tidak salah" ucap Juyeon meyakinkan Haechan.

"Juy, I love you, but I don't want Mark to leave me. What should I do?"  tanya Haechan yang merutuki mulut sialannya. Bisa-bisanya dia bertanya demikian.

"No, Bee. You have to choose one of us" ujar Juyeon menenangkan, tidak ingin semakin membuat Haechan terluka dengan ucapannya.

"But, I can't Juy .. Sorry, I don't know why I can be like this" ucap Haechan teramat frustasi.

"Hey, listen to me ... " Juyeon bicara dengan kedua tangannya menangkup pipi Haechan.

"Jika kau tidak memilih kau akan menyakiti hati mu sendiri secara perlahan dan terus menerus ... " ucapnya dengan lembut.

" ... dan kau juga dengar sendiri jika Mark tidak ingin kau terluka, begitu juga denganku" jelasnya dengan pelan, berusaha membuat Haechan mengerti.

"Aku dan Mark lebih memilih salah satu di antara kami lah yang terluka. Asal bukan diri mu, Bee"

"I'm bad huh?" lirih Haechan dengan menunjukkan senyum miris nya.

"No, you are not bad person. Everyone can't control their feeling. Like you" Juyeon masih senantiasa menjawab semua kalimat yang di lontarkan Haechan dengan sabar.

"Juy .. jika aku kehilangan salah satu di antara kalian bagaimana?" tanya Haechan dengan harap-harap cemas.

"Tidak apa-apa, asal kau bahagia dengan orang yang kau cintai" jawab Juyeon lagi terdengar sangat tulus.

Haechan tersenyum tipis, tangan nya mengusap tangan Juyeon yang berada di pipinya. Merasakan perlakuan hangat Juyeon padanya.

"Bee, jika kau ingin memulai dengan ku, akan aku bantu. Setidaknya setelah kau bisa yakin dengan perasaan mu sendiri" ucap Juyeon.

"Setelahnya, jika kau ingin pergi tidak apa-apa" lanjutnya. Juyeon murni ingin membantu Haechan, jikalau mereka bisa menjalin kembali hubungan yang pernah terputus anggap saja sebagai bonus untuknya.

Daredevil || Markhyuck || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang