14. Daredevil

4.7K 448 11
                                    

Haechan menundukkan pandangan ketika Renjun menatapnya tajam dan terlihat mengintimidasi. Jaemin pun tidak berani membuka suara karena sebelumnya dia ketahuan mengarang cerita ketika Haechan pergi bersama Mark.

"Benarkan, Sungchan akan terlihat aslinya jika tidak ada Jeno dan Jaemin. Kenapa kau tidak mau percaya?" ketus Renjun.

"Sekarang bagaimana keadaan mu? Beruntung kau sempat belajar boxing jadi kau bisa melawan mereka" lanjut Renjun masih memberi tatapan menyelidik pada Haechan.

"Dan kau Jaemin, kenapa kau membiarkan Haechan pergi dengan orang itu? Bagaimana jika terjadi sesuatu yang lebih buruk?"

Haechan menelan ludahnya dengan susah payah. Bukan hal buruk yang terjadi di antara dirinya dan Mark malam itu. Hanya saling membantu dengan cara yang agak errr ... Intim mungkin.

Jaemin memasang wajah melasnya "Maafkan aku, saat itu aku juga sedang panik jadi tidak bisa menghentikan Haechan. Mark Hyung juga khawatir padanya" bohong Jaemin, nyatanya dia tidak melakukan apapun.

"Haechan kenapa kau diam saja, aku sejak tadi bertanya?" kesal Renjun karena tidak mendapat jawaban dari si pelaku utama.

"Huwaaaaa Injun-ah, jangan marah lagi aku sedang tidak baik-baik saja" Haechan menangis dengan menatap Renjun. Wajahnya memelas sama seperti Jaemin.

Renjun menghela nafas kasar "Lain kali dengar kata-kata hyung mu ini. Aku bersikap seperti ini karena peduli pada kalian, dan aku tidak ingin kalian merasakan apa yang aku rasakan"

Renjun masih bicara dengan ketus, meskipun begitu dia benar-benar menasihati dua temannya ini. Berhubung dia yang paling tua mau tidak mau Renjun berperan sebagai Hyung untuk Haechan dan Jaemin.

"Bagaimana ada yang sakit?" tanya nya pada Haechan.

"Tidak, beruntung aku sudah membalas nya" jawab Haechan dengan menghentikan tangisnya, namun isakannya masih terdengar.

"Baguslah" balas Renjun singkat "Pihak kampus juga sudah mengeluarkannya" gerutunya kesal.

"Injun-ah, kau masih marah?" Jaemin bertanya pelan dengan wajah sedihnya.

"Tidak" jawab Renjun singkat.

"Tapi kau tidak bertanya pada ku" kata Jaemin lagi dengan bibir mengerucut.

"Kau baik-baik saja, apa yang harus aku tanyakan?" Renjun menjawab dengan menatap Jaemin tidak habis pikir.

Jaemin memberanikan diri menatap Renjun "Berarti sudah tidak marah?" Dan sebagai jawaban Renjun mengangguk.

"Syukurlah" Jaemin mendesah lega dengan senyum terpasang di wajah manisnya.

Ketiganya hening selama beberapa saat, Haechan sibuk memakan buburnya, Renjun mengawasi Haechan makan, sementara Jaemin menatap Renjun penuh makna.

"Habiskan" perintah Renjun yang mendapati Haechan akan meletakkan mangkuknya.

"Ini tidak enak" rengek Haechan pada temannya yang memiliki tubuh paling kecil di antara mereka.

"Siapa suruh sakit?" balas Renjun enteng.

"Sudah Haechan turuti saja" ucap Jaemin menengahi.

Haechan pun hanya bisa pasrah dan memakan buburnya sampai habis, sekalipun rasanya hambar.

"Renjun-ah?" panggil Jaemin pelan serta ragu.

Renjun mengalihkan pandangannya dari Haechan dan menatap Jaemin dengan dahi berkerut nya.

"Ada apa?" jawab Renjun.

"Kapan kau bicara pada GuanLin? Sepertinya dia menyesali perbuatannya" kata Jaemin memberanikan diri.

Daredevil || Markhyuck || [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang