Hai ...
Tidur dulu ... Udah terlalu larut soalnya. Gk boleh begadang ...
Udah ganti hari kan? Setelah ini jangan nunggu update.an lagi 😊. Sampai jumpa Minggu depan ...
Enjoy it ... 😘
"Juy"
Juyeon mengabaikan panggilan Haechan dan masih sibuk memperhatikan orang-orang yang mulai menghapus apapun yang mereka abadikan tentang Haechan.
"Wajah kalian sudah aku rekam, aku yakin salah satu diantara kalian tidak mau masuk penjara kan? Lebih baik Kalian hapus atau kalian menyesal" ancamnya dengan nada suara yang tegas dan sangat marah.
Dengan masih memeluk Haechan menggunakan salah satu tangannya, Juyeon berusaha serta memastikan orang-orang menghapus jejak digital tentang Haechan. Dibantu Jaemin serta Tim Yuta. Renjun sudah bergabung dengan Jaemin. Begitu juga dengan Jeno dan GuanLin serta tim mereka. Kecuali Mark. Lelaki itu masih terdiam pada tempatnya.
Tim Yuta dan Tim GuanLin saling membantu untuk menghapus apapun itu yang berhubungan dengan Haechan saat ini juga.
"Juy lepas" lirih Haechan sedikit meronta dari pelukan lengan Juyeon. Namun Juyeon tidak memperhatikan.
"JUY LEPAS!!" teriak Haechan frustasi.
Juyeon melepas rangkulannya pada bahu Haechan dan menatap lelaki yang amat dia cintai itu tajam dan tentu saja marah.
Plak!!
Juyeon menampar pipi Haechan sangat keras hingga tubuh lelaki itu jatuh tersungkur. Yang di tampar diam tidak membalas dan hanya menunduk kan kepala.
"Dimana akal sehat mu? Kenapa kau melakukan ini? Apa kau sudah gila?" marah Juyeon dengan memaki Haechan yang masih dalam posisi terduduk. Tidak menghiraukan saat mereka jadi pusat perhatian.
Semua orang terkejut melihatnya, tak terkecuali Jaemin dan Renjun. Namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa, dan membiarkan Juyeon menyadarkan Haechan dengan caranya.
"Aku mau membantu mu untuk menyelesaikan masalah. Kenapa kau justru memilih jalan seperti ini?"
"Apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan Haechan?" Juyeon menghembuskan nafasnya dengan kasar, dan mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kau adalah orang paling bodoh yang pernah aku temui, Haechan" Juyeon masih meluapkan semua amarahnya.
Haechan memang lelaki yang nekat, tapi Juyeon tidak menyangka jika Haechan akan senekat ini. Dan Juyeon sangat menyesal telah melepas Haechan begitu saja, pada lelaki bajingan yang sayangnya sangat di cintai oleh mantan kekasihnya itu.
Juyeon menatap sekitarnya dengan sangat frustasi. Tidak mungkin jejak digital potret tubuh Haechan seluruhnya akan terhapus. Dan hanya bisa berharap semua orang yang ada di sekeliling nya saat ini bisa di ajak kerja sama.
Tak berapa lama, perhatian Juyeon kembali tertuju pada Haechan. Tubuh lelaki manis itu bergetar karena tangisannya yang coba di tahan. Juyeon menghembuskan nafasnya beberapa kali sebelum menyamai posisi Haechan yang masih terduduk.
"Cinta memang membuat seseorang bodoh, tapi tidak sebodoh diri mu" ucapnya dengan melunakkan intonasi suaranya sembari menyempurnakan jaket yang menutupi tubuh Haechan.
Haechan masih senantiasa menundukkan kepala, isak tangisnya semakin kencang setiap mendengar kalimat yang di ucapkan Juyeon. Sampai membuat nya malu untuk berhadapan dengan lelaki ini.
"Kau pantas mendapatkan yang lebih baik. But not him" di akhir kalimatnya Juyeon menekankan setiap kata yang dia ucapkan.
Juyeon membantu Haechan untuk berdiri. Membuat wajah keduanya saling berhadapan satu sama lain. Wajah Haechan sudah basah dengan air mata, dan sorot matanya menunjukkan betapa terlukanya lelaki manis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daredevil || Markhyuck || [Completed]
FanfictionHaechan dan kedua temannya adalah lelaki. Tapi mereka bertiga selalu di anggap lemah dan tidak berdaya hanya karena posisi mereka yang sebagai submisif. Bukan Haechan namanya jika hanya diam saja jika harga dirinya di injak-injak oleh para lelaki do...