Mark mengutuk pagi nya hari ini. Sepertinya dunia beserta isinya benar-benar ingin menyiksanya secara perlahan. Terbukti dengan dirinya melihat Haechan berada di parkiran.
Keduanya sama-sama terkejut, akan tetapi Mark segera menutupinya. Perasaan kesal dan marah tiba-tiba muncul ke permukaan.
"Shit!!" umpatnya segera beranjak dari tempatnya.
Memaki dirinya sendiri yang tidak mampu melawan suara-suara berisik dari dalam kepalanya. Hanya sekedar melihat tanpa terlibat tegur sapa sudah membuat suara dalam kepalanya saling memprovokasi.
Mark berjalan cepat menuju kamar mandi terdekat. Dia tidak bisa meluapkan amarahnya begitu saja seperti sebelumnya. Hari ini dia masih ada kelas dan paginya di mulai dengan pertemuan yang memuakkan dengan seseorang yang paling dia hindari.
Tanpa banyak bicara segera mengambil beberapa butir pil yang selalu ia bawa mulai entah sejak kapan di dalam tasnya. Sebelumnya, Mark meminum obat masih sesuai dengan anjuran dokter. Namun akhir-akhir ini di rasa tidak dapat mengatasi apa yang sedang ia rasakan, Mark meminumnya melebihi dosis yang di tentukan.
Setelah menenggak hampir satu botol air, Mark menatap pantulan wajahnya dari cermin. Terlihat menyedihkan. Mark tersenyum sejenak kemudian membasuh wajahnya dengan air agar terlihat jauh lebih segar.
Mark meraih wadah obatnya, tidak lupa memasukan kembali ke dalam tas. Dan pergi dari tempatnya untuk menunggu kelasnya di mulai. Tanpa Mark sadari ada yang mengamati semua gerak-geriknya, mulai dari parkiran hingga ke kamar mandi. Dan lebih dulu meninggalkan kamar mandi sebelum Mark.
.
.
Sementara Haechan, lelaki itu masih seperti terakhir kali melihat Mark. Menatap Mark tanpa memutus kontak mata yang terjadi. Bahkan ketika Mark pergi pun Haechan masih menatap punggung lelaki itu yang semakin menjauh.
'Kau sangat menghindari ku ya'
Haechan menghela nafasnya dan meninggalkan area parkiran. Baru beberapa langkah berbalik dia di kejutkan oleh rangkulan di bahunya dengan cukup keras. Terlalu keras sampai tubuhnya terdorong ke depan.
"Jaemin!!" pekik Haechan. Pasalnya dia benar-benar terkejut.
Jaemin yang menjadi tersangka pun hanya menunjukkan barisan giginya. Wajahnya pun terlihat tanpa dosa.
"Mau ke kantin dulu" tawar Jaemin.
"Kau yang traktir ya" ucap Haechan dengan senyuman nya.
"Eyy .. tidak terbalik ya? Seharusnya kau yang mentraktirku dan Renjun" cibir Jaemin pada temannya.
"Masih kurang ya? Apa Jeno menelantarkan mu selama aku pergi?" ledek Haechan dengan mata memicing curiga pada temannya.
"Enak saja" ungkap Jaemin dengan tidak terima.
"Kemarin kau dan Renjun menguras dompet ku asal kau tau. Kupikir kekasih mu itu menelantarkan mu" cibir Haechan.
"Tidak. Jeno tidak seperti yang kau katakan" jelas Jaemin.
"Ayo, Jeno sudah ada di kantin. Karena kau sudah masuk kuliah lagi, baiklah aku akan mentraktir mu. Tapi jangan banyak-banyak" ucap Jaemin sembari memberi peringatan.
Senyum Haechan pun merekah, selama perjalanan menuju kantin keduanya saling melempar candaan. Setidaknya itu bisa membuat Haechan melupakan pertemuannya dengan Mark pagi ini.
Sesampainya di kantin bukannya mendapati keberadaan Jeno, Haechan dan Jaemin justru mendapati Renjun melambaikan tangan ke arah mereka.
"Syukurlah kalian datang" ucap Renjun terlihat begitu lega melihat kehadiran kedua temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daredevil || Markhyuck || [Completed]
FanficHaechan dan kedua temannya adalah lelaki. Tapi mereka bertiga selalu di anggap lemah dan tidak berdaya hanya karena posisi mereka yang sebagai submisif. Bukan Haechan namanya jika hanya diam saja jika harga dirinya di injak-injak oleh para lelaki do...