"Kau mau membaca nya? Mungkin dengan ini bisa merubah pemikiran mu tentang nya yang hanya mempermainkan mu, nak Haechan"
Haechan ragu untuk mengiyakan, dan dirinya hanya diam saja tidak tau harus merespon seperti apa. Ini termasuk privasi seseorang? Apa dia boleh menerima tawaran itu? Ia takut di anggap lancang.
"Setelah membaca pesan dari Mark, bibi mohon nak Haechan jangan menyalahkan diri lagi. Ini murni kesalahan paman dan bibi" pesan ibu Mark pada Haechan.
Ibu Mark mengambil ponselnya dan membuka pesan yang Mark kirim selama ini kepada mereka. Lalu menunjukkan nya pada Haechan agar bisa menjadi salah satu cara agar lelaki manis ini tidak menyalahkan Mark yang pernah jahat kepadanya.
Dengan ragu Haechan menerimanya, dan mencari pesan paling atas untuk kemudian dia baca satu persatu. Dan perasaan iba muncul begitu saja dalam benak Haechan. Waktu pesan yang di kirim Mark dengan balasan yang diberikan orang tuanya terpaut cukup jauh. Haechan jadi bisa merasakan betapa kesepiannya Mark selama ini hanya dengan melihat pesan-pesan Mark dalam ponsel tersebut.
Haechan menjatuhkan air matanya tanpa sadar. Mark menceritakan semua tentang dirinya, tentang hubungan mereka, tentang betapa bencinya dirinya selama ini. Bahkan Mark seperti mendeskripsikan dirinya secara rinci. Semua tertulis secara urut dalam ponsel tersebut.
"Mark benar-benar mencintai mu, dan kau bisa membacanya sendiri" ucap ibu Mark dengan suara kembali tercekat menahan tangisnya.
Haechan tau jika Mark mencintainya, tapi dia tidak tau jika lelaki itu mencintai dirinya sedalam ini. Haechan tidak tau jika Mark mencintainya melebihi dirinya sendiri. Haechan merasa terpukul selama membaca pesan yang pernah di tulis Mark untuk orang tua lelaki itu.
'Maafkan aku Mark, yang tidak memahami mu sama sekali'
Tangan Haechan meremas ponsel yang masih berada dalam genggamannya, sebagai pelampiasan atas perasaannya yang saat ini sangat campur aduk. Akan tetapi yang mendominasi perasaannya saat ini adalah bangga.
Dia bangga kepada Mark yang mampu menjalani hari-hari nya selama ini dengan tuntutan tanggung jawab kedewasaan yang sebenarnya masih memerlukan bimbingan. Namun Mark bisa melaluinya, tanpa membuat yang lain menyadari ada ketakutan dari dalam dirinya.
Ah!! Haechan ingat ketika Mark pernah mengatakan jika lelaki itu takut dirinya berpaling. Haechan kembali menyadari jika Mark sudah menunjukkan ketakutannya, tapi saat itu Haechan menganggap jika lelaki itu hanya berlebihan. Dan saat itu Haechan menjawab ...
'Jika aku maunya pelukan mu, mereka bisa apa?' - Haechan mengingat nya sekalipun hanya ingatan samar. Dan ternyata jawaban nya saat itu terwujud sebagai omong kosong untuk Mark.
Haechan merasa bahagia mengetahui fakta Mark yang benar-benar mencintainya, rasa marahnya sudah tergantikan dengan perasaan empati. Untuk rasa bersalahnya sedikit berkurang karena ia tau pernah menjadi orang yang berharga untuk Mark. Akan tetapi, tetap saja Mark seperti sekarang gara-gara dirinya.
Dan satu kata yang bisa Haechan simpulkan mengenai orang tua Mark setelah membaca pesan Mark dengan orang tuanya adalah jahat. Meskipun anak dan orang tua tinggal terpisah, seharusnya masih bisa meluangkan waktu untuk anak mereka.
Haechan memang tinggal terpisah dengan orang tuanya, akan tetapi setiap hari mereka pasti bertukar pesan. Meskipun hanya sekedar mengingatkan makan dan jaga kesehatan.
Sesibuk apa orang tua Mark, sampai mengabaikan anak mereka?
"Nak Haechan sudah mengerti kan sisi lain dari anak bibi?" tanya ibu Mark dengan senyum hangat nya.
"Jangan benci Mark lagi, jangan marah padanya. Dan yang lebih penting, jangan menyalahkan diri sendiri lagi. Mark pasti tidak suka melihat mu seperti itu" ibu Mark menunjukan senyum keibuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daredevil || Markhyuck || [Completed]
Fiksi PenggemarHaechan dan kedua temannya adalah lelaki. Tapi mereka bertiga selalu di anggap lemah dan tidak berdaya hanya karena posisi mereka yang sebagai submisif. Bukan Haechan namanya jika hanya diam saja jika harga dirinya di injak-injak oleh para lelaki do...