14. Mara dan Zidan

11.3K 528 22
                                    

Good Morninggggg!! 🌞🌞

Gimana kabarnya?? Semoga hari kalian menyenangkan!!

BTW aku males banget karena masih sekolah pdhl isinya kegiatan yang gitu-gitu aja :")

Hari ini aku update chapter 14 yaaaaa

Enjoy and Happy Reading!!😊😊

•°•°•

Helios menguap dan menelungkupkan wajahnya diatas meja dengan mata yang tertutup rapat. Sial, dirinya kemarin tidak mendapat jatah tidur karena Retta memintanya untuk menemaninya menonton drama korea. Helios sudah melarang Retta untuk begadang karena gadis itu bisa saja sakit tapi itu semua sia-sia karena Retta terus menerus merengek sampai akhirnya degan terpaksa Helios mengiyakan. 

"Lemes amat si bos," ujar Abian yang duduk disampingnya. 

"Bacot jangan banyak ngomong. Gue ngantuk," balas Helios.

Abian menghela napasnya kemudian matanya memperhatikan Zidan yang nampak berbeda hari ini. Seperti bukan Zidan, dia terlalu banyak melamun bahkan ketika diajak bicara pun seperti orang yang memiliki banyak pikiran. 

"Heh, bidan. Lo kenapa sih?"

Zidan tersentak setelah ditoel Abian. Alfie pun ikut memperhatikan Zidan karena jujur dia juga penasaran. Apa ada masalah?

"Lo kangen orang tu-"

"Nggak. Ngapain gue kangen," sela Zidan tidak membiarkan ucapan Alfie berlanjut.

"Terus kenapa? Cerita sama kita kalau ada apa-apa," ujar Abian.

Zidan menggelengkan kepalanya, "Dari tadi liat Mara nggak kalian?"

Helios yang sedari tadi hanya menyimak pun langsung terbangun dan menatap Zidan penuh selidik, "Ngapain lo nanya-nanya si Mara?" tanya Helios mewakili kedua sahabatnya itu.

"Nggak ada apa-apa. Cuma aneh aja tumben nggak ma-"

"Bohong lo. Biasanya juga bodo amat. Apalagi soal cewe- OMO! Jangan-jangan lo suka sama Ma-"

Zidan menyumpal mulut Alfie dengan kertas yang sudah ia bulatkan,"Kenceng banget goblok! Untung guru Agama kita rada budeg."

"Anjir, beneran, Dan?" tanya Abian.

"Kagaklah anjing. Mana mungkin, kan gue udah bilang gue nggak percaya kayak begituan."

"Segitunya lo nggak percaya?" ujar Helios heran melihat manusia yang tidak percaya cinta.

"Hm, seenggak percaya itu," ujar Zidan.

Alfie menepuk pundak Zidan, "Woy, nggak usah alihin pembicaraan. Jawab. Kenapa sama si Mara? Tumben lo nanyain dia."

"Nggak ada anjir. Tumben aja gitu, kan biasanya dia gangguin si El," bantah Zidan gugup berharap bahwa mereka percaya apa yang dikatakannya.

"Iya sih. Ya udah sih mungkin dia sudah menyerah," tebak Abian.

Zidan mengangguk walaupun otaknya berpikir kemana perginya perempuan ini? Apa terjadi sesuatu semalam? Apa dia baik-baik saja? Zidan menghela napas frustasi kemudian menelungkupkan kepalanya sama seperti Helios.

Teman-temannya yang melihat Zidan hanya menghiraukannya saja. Mungkin Zidan belum mau berbagi ceritanya sekarang.

"Mungkin telat. Nggak usah mikir aneh-aneh, Dan," batinnya. Dia berusaha tidak memikirkan perempuan itu tetapi tidak bisa. Hatinya gelisah, tidak tenang. Tidak bisa dipungkiri bahwa dia khawatir.

Perjodohan Mantan (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang