20. It Was All Fake

9.9K 458 5
                                    

Selamat pagi!!!

Semnagat yu mebjalani hari ketiga di tahun yang baru iniii

Semoga tahun ini bisa lebih baik dari tahun² selemunya, AMINNN!!🙏🏻🙏🏻

Jangan lupa untuk follow, vote, dan komen yaaa

Enjoy and Happy Reading!!

*****


"E-El?"

Si laki-laki sontak menjauhkan tubuhnya dari perempuan itu dan dengan segera tubuhnya berbalik. Matanya membulat tatkala melihat Retta. Ia hendak menghampiri gadis yang sudah menatapnya penuh benci dan amarah serta rasa sakit yang sudah tak terbendungi lagi. Ia hendak meraih tangan mungil Retta namun yang ia dapatkan....

PLAK!!

Kepalanya tertoleh ke kiri saking kencangnya tamparan Retta. Bahkan kulit ujung bibirnya terkelupas akibat kuku panjang Retta.

"Gila lo ya? Gue bener-bener nggak nyangka lo-" Retta berusaha menahan untuk tidak menangis sekarang yang dimana membuat napasnya tercekat.

"Jangan sekalipun lo muncul di hadapan gue lagi mulai sekarang,"ujarnya kemudian berbalik pergi bersama Liora yang sebelumnya menatap Helios dengan rasa bersalah.

Helios dengan susah payah menelan air liurnya. Retta memang tidak berkoar-koar tetapi dengan nada yang seperti itu dan penekanan yang ia dengar di setiap katanya benar-benar menandakan bahwa kata-kata yang keluar dari mulutnya benar-benar serius dan tidak bisa diganggu gugat.

Perempuan disampingnya tersenyum menepuk pelan pundak Heliso sebelum mengajaknya keluar kamar. Helios sebenarnya masiha gak terkejut mendapat tamparan sekeras itu dari Retta. Tidak menyangka Retta akan bereaksi seperti itu.

《•°•》

Liora menahan Retta dengan memegang pergelangan tangannya,"Ta, tunggu dulu!"

"Apalagi sih, Ra?? Gue mau pulang!"

"Tunggu dulu anjir gue mau pipis! Kebelet!"

Tangis gadis yang bernama Retta itu seketika terhenti,"Temen lo lagi patah hati gini bukannya di hibur di tenangin malah mau ke toilet! Gimana sih lo?!"

"Na-nanti gue ngompol! Udah lo tunggu sini! Bentar aja kok gue!" teriaknya sembari berlari menuju toilet. Melihat Liora sudah hilang dari pandangannya, Retta pun segera mengambil tissue di dalam tasnya namun terkejut ketika melihat tiga orang berpakaian hitam dihadapannya.

"Mau apa lo semua?" tanyanya was-was.

Mereka tidak menjawab melainkan salah seorang dari mereka seperti memberi kode kepada dua lainnya karena kedua orang itu dengan sigap memegang kedua tangan Retta dan yang satu lagi berdiri dibelakang gadis itu berusaha untuk mengikatkan kain agar matanya tertutup.

"Diem atau lo gue siksa!!!" ancamnya karena Retta terus menggerakan badannya berusaha untuk lepas. Mendengar ancaman itu Retta pun terdiam kaku dan membiarkan orang itu menutup matanya. Dalam hati ia sudah tidak karuan sangat panik ditambah ia tidak tahu dimana keberadaan Liora. Apa dia juga bertemu dengan orang-orang ini dan diculik?

"Lepasin gue!!" teriaknya.

Mereka tidak menjawab dan menuntun Retta memasuki aula yang ada di lantai yang sama. Retta mengernyit ketika orang-orang itu melepaskan tangannya. Tangannya melayang-layang diudara meraba ke sekitarnya. Karena tidak merasakan apapun, ia akhirnya membuka kain penutup matanya dan terkejut melihat ruangan yang sangat gelap. Bahkan ia tidak bisa melihat apapun. Hanya gelap.

Perjodohan Mantan (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang