Part 4

108 5 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Jangan lupa voute yah readers 🤗

.

.

Happy Reading....

.

.

.

Fajar pun kembali menyapa. Kabut tebal menyelimuti kota Jakarta pagi ini yang menambahkan suasana dinginnya. Jam menunjukkan pukul 2 pagi, seorang laki-laki tampan menggeliat didalam selimutnya yang tebal. Siapa lagi jika bukan Radeva Albiansyah. Ia bangun dari alam tidurnya seraya mematikan AC yang menyala. Deva jika di jam seperti ini, Deva selalu bangun untuk melaksanakan shalat tahajud. Meskipun dinginnya pagi hari ini tak membuatnya takut akan mengambil air wudhu. Selesai wudhu, Deva segera memakai sarung, koko, peci dan tak lupa ia membentang kan sajadahnya. Deva pun siap untuk melaksanakan shalat nya. (MasyaAllah idaman sekali ya bund🥺)

Kebiasaan inilah yang di ajarkan oleh keluarga Radeva. Meskipun mereka hidup berkecukupan namun, didikan agama yang kental masih melekat di keluarga Deva. Kedua orang tua Radeva tinggal jauh dari Negeri Indonesia, mama serta papa nya tinggal di negeri Belanda. Sedangkan Deva dan sang nenek tinggal di Indonesia. Kenapa demikian? Kenapa Deva dan nenek nya tidak tinggal bersama mama serta papa nya Deva? Karena, ada beberapa alasan kenapa Deva memilih tinggal bersama sang nenek. Salah satunya, karena sang nenek sakit dan tidak ada yang menjaganya. Dan alasan lainnya yaitu, Deva sebagai cucu pewaris harus menghendel perusahaan milik nenek nya tersebut. Kurang dari 5 menit Deva selesai melaksanakan shalat tahajud nya. Usai shalat, Deva memilih membaca Al-Quran sembari menunggu waktu adzan subuh. Suara indah Deva yang mengaji begitu menyejukkan hati siapa pun yang mendengarnya, pelafalan nya begitu jelas dan nyaman untuk di dengarkan. Selain mengurus perusahaan, Deva adalah laki-laki yang gemar membaca Al-Quran tak heran jika di ruangan kantornya terdekat bermacam-macam Al-Quran.

"Shodaqollahul'adzim...." Deva mengakhiri ngajinya. Ia menyimpan kembali Al-Quran ke tempat semula. Sembari menunggu adzan subuh, Deva memilih menuju ke ruang kerjanya tak lupa ponsel bermerk apel digigit ia bawa. Di rumah yang besar ini Deva hanya tinggal bersama art serta satpam dan bodyguard. Sesampainya di ruang kerjanya, Deva langsung mengambil beberapa dokumen yang cukup tebal untuk ia cek. Begitulah pekerjaan setiap harinya yang di lakukan oleh Deva. Suasana begitu hening terasa seakan kita masuk ke dalam kandang macan. Jika sudah berurusan dengan dokumen perusahaan, Deva sangat fokus tanpa bersuara.

"Allahuakbar... Allahuakbar.... Allah...."

Suara adzan subuh telah berkumandang. Deva yang mendengarnya pun segera meletakkan kembali dokumen tersebut dan beranjak keluar ruang kerjanya. Ia segera membentang kan sajadahnya lagi dan bersiap untuk shalat. Karena kebetulan hari ini adalah hari Minggu dimana kantor milik Deva libur, dimana waktu untuk istirahat, jalan-jalan, liburan menghilangkan stress akibat bekerja namun, berbeda dengan Deva. Entah hari minggu atau tanggal merah sekali pun tak ada bedanya baginya. Di dalam otaknya hanya memikirkan bekerja bekerja dan bekerja. Deva adalah orang yang gila bekerja. Hal itulah yang membuat nenek serta kedua orangtuanya khawatir akan kesehatan Deva. Bahkan saat itu Deva pernah tak sadarkan diri saat meeting dikarenakan mag nya kambuh. Saat sedang bekerja, Deva sering sekali melupakan jam makan siangnya. Maka dari itu teman-teman dekatnya mengingatkan Deva untuk makan. Deva selesai melaksanakan shalat subuh nya, ia menyimpan kembali sajadah tersebut setelahnya ia masuk ke dalam kamar mandi untuk mengganti baju. Sekarang ini Deva terlihat lebih segera usai shalat. Deva berdiri di depan cermin seraya merapikan rambutnya yang berantakan tak lupa memakai minyak secukupnya.

Lentera Surgaku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang