Bab 46

36 3 0
                                    

Ada kalanya bunga jika tidak di siram akan layu dan mati namun,  jika kita merawat dengan baik bukan kah bunga itu kembali segar? Tentu saja, karena mendapatkan air makanan untuk bertahan hidup. Senyuman yang setiap hari ia lihat seketika hilang dalam semalam. Awal pagi yang cerah hari itu memang sangat indah namun, berbeda pagi untuk Radeva Albiansyah. Saat ia bangun dari tidurnya di dikamar nya yang ia tempati bersama Airin, Deva merenung melihat sisi tempat tidurnya yang kosong dan hampa. Tangannya terulur meraba sisi tempat tidurnya, tatapan mata Deva sedih saat meraba tempat tidur tersebut. Aroma sang istri masih melekat di sana, ia menghirup aroma wangi yang di miliki istrinya itu.

"Airin..."ucap Deva lirih. Setelah kemarin malam, Deva tidur sendirian di kamarnya. Jangan berpikir jika tidak ada Airin maka Deva dan Anggita tidur bersama dalam satu kamar itu hal yang tidak akan pernah Deva lakukan.

Hati nya merasa kesepian saat ia tidak bersama Airin, Deva tau semua ini terjadi karena nya dan mau tidak mau Deva harus menanggung semua.

Drrrttt.... Drrrttt....

Getaran di atas nakas sisi tempat tidurnya mengalihkan antensi Deva. Ponsel boba nya bergetar menandakan panggilan masuk, di raihnya ponsel mahal tersebut.

Ettan Is Calling~~

Malas rasanya Deva menjawab panggilan dari Ettan saat ia membaca layar ponselnya tersebut, mengingat kemarin malam Ettan mengetahui semuanya dan Deva yakin jika Ettan masih marah padanya. Helaan nafas keluar dari bibir Deva lalu ia menyentuh panel hijau ke atas untuk menjawab telfon dari Ettan.

Deva
Assalamualaikum, kenapa Tan?

Ettan
"Wa'alaikumussalam, jangan lupa nanti ada meeting sama pak Santoso!!"

Deva
Ya ini gue mau siap-siap ke kantor. Thanks ya

Ettan
"Hmm, Assalamualaikum!!"

Deva
Wa'alaikumussalam

Deva tersenyum kecut saat mendengar nada bicara Ettan begitu dingin padanya.

"Ettan masih marah sama gue.. Hahhh astaghfirullahalladzim..." Deva memijit kepalanya, lalu ia beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi untuk bersiap ke kantor.

Tidak lama kemudian, Deva keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk sepinggang. Ia masuk ke walk in closed until mengambil pakaian. Saat ia membuka lemari pakaian, ia terhenti mengingat kembali saat di mana Airin yang menyiapkan pakaian untuknya dan menyiapkan segala keperluan ke kantor nya.

"Rin... Mas rindu sekali sama kamu sayang..." Lirih Deva tak terasa air matanya mengalir begitu saja.

Kepalanya tertunduk isakan demi isakan mulai terdengar. Tubuh Deva bergetar, air matanya semakin deras mengalir.

Tok....!! Tok...!!

"Mas... Mas Deva..." Suara ketukan pintu sekaligus suara Anggita terdengar.

Deva yang mendengarnya pun langsung berhenti menangis lalu ia memakai pakaian kantornya. Selesai memakai pakaian, Deva membuka pintu.

"Ya ada apa, Ta?"tanyanya dengan satu alis naik ke atas.

Anggita tersenyum lebar ke Deva yang notabenenya suaminya itu"Maaf mas aku ganggu.. Aku sudah bikin sarapan, mas hari ini ke kantor kan? Sarapan dulu ya sebelum ke kantor.."

Lentera Surgaku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang