Part 14

90 5 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Jangan lupa untuk like dan komennya ☺️

Jangan jadi silent reader ya 🤗

.

.

.

.

Happy Reading~~

Deva masih tidak percaya jika nenek tercintanya itu kini telah pergi meninggalkan dia selama-lamanya. Ia menangis sejadi-jadinya di dalam kamar, pasalnya selama nenek nya masih hidup Deva selalu membuat sang nenek kesal dan bahkan sampai ia jarang menjenguk nya saat di rumah sakit. Selesai dari makam, Deva langsung membersihkan badannya. Setelah itu ia duduk di balkon sembari menatap langit.

"Nek, maafin Deva.. Deva belum bisa menjadi cucu nenek yang baik, maafin Deva nek.." Deva menangis sesenggukan sembari mengingat kembali momen bahagia nya bersama sang nenek.

Usai membersihkan diri Deva membaringkan dirinya yang begitu pegal di tempat tidurnya yang super besar itu. Helaan nafas berat keluar begitu saja dari mulutnya, ia memandangi langit-langit kamarnya entah sambil melamunkan apa. Deva bangkit dari tidurnya, ia keluar kamar menuju ruang kerja berharap jika dia melakukan ini dia akan melupakan kejadian hari ini. Saat langkah kakinya menuju ruang kerja nya, pandangan mata Deva tertuju oleh satu ruangan dan di mana ruangan tersebut ia gunakan untuk mengurung Airin.

"Apa perasaan gue aja atau emang di dalam gak ada suara?"ucap Deva bertanya-tanya.

Karena rasa ingin taunya itu ia mendekati ruangan tersebut. Harap-harap cemas jika suatu hal terjadi pada Airin. Ia perlahan membuka kunci pintu ruangan itu dan pintu telah terbuka lebar. Kedua mata Deva membelak saat mendapati Airin tergeletak di lantai begitu saja.

"Rin, bangun! Gak usah becanda, bangun Airin!!" Deva menepuk-nepuk pipinya Airin tapi tak ada respon.

Ia pun langsung menggendong Airin ala bridal style, di bawanya Airin ke kamar Airin sendiri lalu ia menidurkan tubuh Airin perlahan. Saat ini Deva benar-benar bingung harus berbuat apa, di rumah tidak ada orang ibu Inem sedang cuti sedangkan mertuanya telah kembali ke rumah. Deva mengacak rambutnya frustasi.

"Akkhhh apa yang harus gue lakukan gue bingung!!"teriak Deva frustasi. Satu-satunya cara saat adalah ia menelfon pamannya untuk meminta tolong.

Deva merogoh saku lalu di ambilah ponsel yang bermerk apel di gigit itu. Ia mencari-cari nama sang paman setelah menemukan nya ia langsung menelfon sang paman.

Deva
Assalamualaikum paman..

Paman
"Wa'alaikumussalam, Deva? Tumben kamu telfon paman ada apa?"

Deva
Paman bisa ke rumah sekarang?

Paman
"Ke rumah memangnya ada apa?"

Deva
Paman tidak perlu bertanya paman segera ke sini secepatnya!!

Paman
"Iya-iya paman akan segera ke sana!!"

Deva langsung mematikan sepihak panggilan tersebut, ia simpan kembali ponselnya. Dalam benaknya ia merasa khawatir terhadap Airin tapi,m di sisi lainnya Deva merasa jika hal yang ia lakukan ke Airin itu pantas untuk Airin dapat karena Airin, Deva harus kehilangan sang nenek.

Lentera Surgaku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang