Part 30

87 6 0
                                    

Awan hitam perlahan bergeser menutupi langit yang semula cerah. Satu tetes demi tetes perlahan turun ke bumi membasahi isi bumi. Suara gemuruh petir dan angin kencang terdengar begitu menakutkan. Kita tidak bisa memprediksi cuaca bukan?

Meskipun hujan dan petir yang sering bergemuruh terdengar tak membuat laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah ini takut. Kaki nya sibuk ke sana kemari tanpa henti. Tepat di kediaman sang mertua, orang tua Airin mengadakan acara 4 bulanan kehamilannya Airin di Bandung sesuai permintaan dari Umi Salamah. Dan belakangan ini, rasa mual-mual dan neg yang di alami oleh Airin berangsur hilang. Entah kenapa belakangan ini Airin begitu menyukai kopi padahal Airin sendiri anti untuk dengan kopi.

Dengan kondisi perutnya yang sudah membuncit Airin duduk di antara dua wanita paruh baya. Airin di apit oleh Umi nya serta mama mertuanya. Meskipun hujan, para tamu banyak yang menghadiri acara 4 bulanan kehamilannya Airin. Deva mengundang anak-anak yatim piatu serta ia membagikan sedikit rezeki ke kaum duafa. Acara berjalan dengan lancar dan kini saat nya untuk berfoto-foto.

Deva dan Airin terlebih dahulu berfoto dengan gaya Deva memeluk Airin dari belakang keduanya saling memegangi perutnya Airin yang buncit itu. Tatapan mereka fokus ke perut buncit Airin dengan senyuman kebahagiaan dari kedua orang tersebut. Banyak pasang mata yang melihat keromantisan mereka iri tak heran sorak-sorakan terdengar kala pasutri itu bergaya romantis. Hal itu tak luput dari kedua orang tua mereka masing-masing, mereka tersenyum melihat keromantisan yang terjadi antara Deva dan Airin.

"Nah sekarang gantian mbak Airin saja yang foto, mas nya tunggu di situ dulu"sang fotografer memberikan arahan ke mereka.

Deva berdehem kecil ia mengangguk paham dan fotografer pun memfoto Airin. Dengan berbagai pose-pose yang menarik pasti hasil foto nya akan bagus. Dan selanjutnya berfoto dengan keluarga besar. Acara pun telah selesai dan saat itu hujan sudah berhenti langit kembali cerah seperti tadi. Para tamu langsung berpamitan saat hujan sudah reda, tidak lupa Airin memberikan bingkisan cendra mata yang di bantu oleh ibu Inem serta Umi dan Mama.

"Alhamdulillah acaranya sudah selesai dan berjalan dengan lancar..."ucap syukur Airin senang.

"Iya sayang alhamdillah yah.. Kamu capek ndak, Rin?" Umi Salamah ikut menimpalinya lalu ia mengusap kepala Airin sambil bertanya

Airin geleng-geleng kepala, ia tersenyum manis ke Umi nya"Gak kok, mi. Airin gak capek.."

Umi Salamah tersenyum menanggapinya Umi meminta Deva mengantarkan Airin ke kamar untuk istirahat.

"Deva.."panggil Umi Salamah ke menantunya.

Deva berlari kecil seraya menuju ke Umi berada"Iya Umi?"

"Antar istri mu ke kamar gih biar istirahat istrimu ini, Dev"kata Umi ke Deva.

Satu alis Deva naik ke atas sambil melihat Airin"Ah baik Umi..."

Deva menuntun Airin menuju kamarnya, Airin nampak kesal ke Umi nya mungkin saja karena ia tidak di beri izin untuk membantu bersih-bersih.

Sesampainya di kamar, Airin duduk di tepian ranjang bibirnya mengerucut ke depan kedua tangannya ia lipat di dada. Deva yang melihat tingkah Airin itu heran, pasalnya setau Deva Airin ini paling anti yang namanya ngambek-ngambekkan ke padanya. Lalu, Deva ikut duduk di sebelah Airin di genggam lah tangan mungil Airin itu. Airin terpekik kaget saat ia merasakan genggaman di tangannya. Airin menatap Deva tanpa bersuara sedangkan Deva takut melihat Airin hanya diam saja.

"Kenapa?"tanya Airin beo.

Deva menarik nafas dalam-dalam lalu ia hembuskan perlahan"Melamunkan apa hmm?"

"Gak ada mas.."jawab Airin bohong.

"Bohong sama suami dosa loh.." Deva mengingatkan Airin dengan senyum tengilnya.

Lentera Surgaku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang