52. Raya

28.7K 4.3K 213
                                    

Jangan lupa tandai typo ✔️

Happy reading

.
.
.

"Gawat!!, Ternyata peluru yang berada ditubuh pasien terdapat racun!" Kaget seorang Dokter. "Bahkan racunnya sudah menyebar keseluruh tubuh, termasuk jantung."

"Bagaimana ini dok!, Detak jantung pasien tidak terdeteksi lagi." Panik seorang suster.

"Cepat siapkan alat kejut jantung!!" Titah sang dokter.

Suster itu mengangguk, lalu melaksanakan apa yang diperintahkan oleh sang dokter.

Berkali-kali dokter itu menempel alat kejut jantung ketubuh Sherly, namun tak ada reaksi sedikit pun.

Merasa kalau pasien didepannya sudah tak terselamatkan, dokter itu menghela nafas berat.

"G-gue-, gue beneran dah mati?" Kaget Raya sambil memandangi tubuh Sherly yang pucat, yang terbaring lemah diatas brankar.

Sekarang Raya tengah berdiri dengan sosok dari wajah aslinya sendiri. Wajah dari Raya Anastasia. Seorang mahasiswi berumur 21 tahun.

"Dok!!, Itu saya beneran dah mati?!" Tanya Raya kepada seorang dokter yang memeriksanya.

Raya mengangkat sebelah alisnya saat sang Dokter tak menjawab pertanyaannya, dan didetik berikutnya, gadis itu langsung menepuk gidatnya saat tersadar sesuatu.

"Goblok!!, Gue kan cuman roh!, Gimana entu dokter bisa liat trus denger suara gue!" Ucap Raya kepada dirinya.

"Eh, eh, dok!, Mau kemana?, Saya ikut!" Ucap Raya saat melihat dokter itu berjalan kearah luar.

Raya langsung berlari mengikuti dokter yang memeriksa nya barusan. Gadis itu berjalan, dan langsung menebus pintu. Toh dia kan juga sudah meninggal dan sekarang sudah menjadi arwah.

"Kece juga kek gini, bisa nembus pintu." Gumamnya sambil melirik keseluruhan anggota tubuhnya.

Pandangan Raya beralih kearah depan, disana telihat keluarga nya, dan sahabat-sahabatnya tengah menangis setelah menerima fakta kalau dirinya telah tiada.

"Enggak, hiks, ini gak mungkin." Raya bisu saat melihat tangis Maudy yang pecah seketika. Padahal ia sekarang hanya sebuah roh, namun kenapa ia masih merasa sesak saat melihat Maudy menangis seperti itu.

"Sherly!" Lily menyandarkan dirinya didinding saat rasa sesak mulai menyerang dadanya. "Kamu gak boleh pergi!. Kamu harus sama kita terus, Sher!"

Raya menggeleng, gadis itu berjalan menghampiri Lily, berusaha menggapai gadis itu, namun seolah-olah ada sebuah dinding pembatas yang tak kasat mata yang menghalangi dirinya untuk menggapai sahabatnya itu.

"Ly, jangan nangis." Pinta Raya dengan mata yang mulai berair.

"Kami sudah berusah, tapi tak ada yang bisa melawan takdir yang maha kuasa. Dan dari prediksi saya, kemungkinan pasien sudah tidak ada sejak menuju kerumah sakit." Ucap sang Dokter. "Tiga peluru yang berada ditubuh pasien, salah satunya mengandung racun. Dan kebetulan peluru itu langsung mengenai jantung pasien." Jelas Dokter.

"Dokter jangan bercanda, hiks. Sahabat aku kuat, dia gak bakal pergi gitu aja." Ucap Lily dengan pilu.

"Ly!" Panggil Raya dengan suara serak. "Jangan gini plis."

"Pii, Anak mami, Pi!" Ucap Rania begitu pilu. "Sherly ninggalin mami lagi, hiks hiks!"

Raya menoleh kearah Rania dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

Me And Bestie Transmigrasi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang