capt 27 'Satu Atap'

32 6 0
                                    

***



Setelah menjalani biduk Rumah tangga hampir satu bulan lamanya, Jeno & Hisa kini tinggal di Rumah baru yang sudah di persiapkan Jeno jauh sebelum mereka menikah.

Rumah yang terkesan besar & lengkap tersebut sebelumnya telah Jeno tempati saat dirinya & Hisa masih berstatus bertunangan. Rumah yang terletak di kompleks elite kawasan kota X itu sengaja di pilih Jeno karna jaraknya yang tak begitu jauh dari Rumah sakit tempat Jeno bekerja saat ini.

Meski telah berstatus suami istri & hidup dalam satu atap, Hisa masih saja terkesan canggung & malu-malu. Pasalnya Hisa masih belum terbiasa hidup 24 jam bersama Jeno, bahkan Ia selalu merasa tegang jika Jeno telah pulang dari waktu kerjanya.

Berbeda dengan Hisa, Jeno justru terlihat santai & terkesan sangat terbuka semenjak sah menjadi suami. Ia tak akan ragu untuk menunjukan sikap naturalnya pada Hisa meski terkadang hal itu amat canggung untuk sang istri karna belum terbiasa.

Malam ini Jeno yang baru saja pulang dari bekerja mendapati istrinya yang tengah asyik menonton drama ke sukaannya di balik televisi. Senyum pun terukir di wajah tampannya melihat sang istri yang begitu fokus & santai di ruang tengah hingga tak menyadari kedatangannya itu.

Setelah menanggalkan jas putih yang melekat di tubuhnya ke kursi, Jeno kemudian membuka kancing manset kemejanya & menggulung lengan kemeja hitam yang Ia gunakan itu hingga ke sikut. Ia pun berjalan menuju dapur mengambil air untuk membasahi tenggorokannya, tak lama setelahnya Ia kembali berjalan keluar dari sana bergerak menuju belakang sofa tempat Hisa menyandarkan tubuhnya sekarang.

Jeno kemudian berdiri di belakang sofa seraya memperhatikan istrinya yang begitu serius menonton drama. "fokus sekali.. ".
Hisa yang tak menyadari kedatangan Jeno seketika di buat kaget dengan suara Jeno yang tiba-tiba itu.

Ia kemudian mendongakan kepalanya menatap Jeno yang merunduk ke arahnya seraya tersenyum. Spontan Ia berdiri dari duduk santainya. "k-kapan kau datang..?".

Jeno hanya menatapnya santai. "dari tadi, wae?". (kenapa?)

"k-kenapa tidak menyapa..?". Suara Hisa terdengar tergagap karena merasa grogi & panik dengan kedatangan Jeno.

Dengan santainya Jeno berjalan kemudian duduk di sofa tempat Hisa tadi berada merebahkan punggungnya yang terasa lelah itu. "iya maaf, aku lupa". Jawabnya kemudian.

"aku harus apa sekarang ?". Tanya Hisa yang mulai bingung harus melakukan apa sebagai istri baru saat berada di rumah bersama Jeno.

Jeno mengernyit merespon sikap istrinya yang tak seperti biasanya. "maksudmu..?!". Jeno kebingungan.

"aa.. Maksudku.. ".

Tiba-tiba terdengar suara kekehan kecil dari Jeno saat melihat Hisa dengan kepanikan & kebingungan yang tergambar jelas di wajah cantiknya. "udah.. Sini duduk". Jeno menarik kedua lengan Hisa untuk duduk di sampingnya.

Tanpa penolakan Hisa menurutinya & duduk di samping Jeno dengan ekspresi tegang & tubuh kaku saat Jeno membaringkan kepalanya di pangkuan Hisa.

Jeno mengernyit menyadari raut wajah sang istri sekarang. "ada apa? Kenapa wajahmu tegang begitu ?".

"hngg..?? Aku.. ".

Belum selesai mendengarkan ucapan Hisa, tiba-tiba pandangan Jeno menatap ke arah leher jenjang indah milik sang istri. Ia teringat akan sesuatu yang hendak Ia hadiahkan pada Hisa di malam pernikahannya yang sempat tertunda karna terlalu sibuk beberapa waktu belakangan.

"ah aku baru ingat.. Aku punya sesuatu untukmu".

"apa itu ?".

"jamkkanman ok ". (tunggu sebentar ok) Jeno seketika mengangkat kepalanya bangkit dari pangkuan Hisa, kemudian berlari menuju lantai atas menuju kamarnya.

APHRODITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang