Di kediaman Jeno & Hisa, tepatnya di ruang tengah. Terlihat mereka tengah menonton sambil mengobrol ringan membahas acara resepsi pernikahan salah satu sahabatnya yaitu Chenle."Jadi, nanti resepsinya di kapal pesiar?" Hisa terlihat antusias, "woah... pasti akan banyak orang terkenal di resepsi senior Chenle. Ah, benar-benar mewah!"
"Gwaenchana euseyo?" (memangnya kau sudah baikan?) tanya Jeno sambil mengganti channel tontonan mereka.
"Gwaenchana yo!" (mendingan sih) Hisa menggerakkan kakinya yang baru saja lepas gips satu minggu lalu.
"Kakimu itu baru saja lepas gips satu minggu, & masih belum begitu pulih tahu!"
"Eoseo jagiya naega gago sipeo keulujeuleul tago sipeo!" (ayolah sayang aku mau ikut, aku mau naik kapal) bujuk Hisa, merayu pada suaminya agar mau membawanya.
"Nanti cedera kakimu makin parah kalau berdiri terus, wonhasinayo?" (Kamu mau?)
Hisa memasang wajah cemberutnya, membuat Jeno menatapnya sambil berpikir sejenak. "Ne, ne... but we will not go sailing,"
"Ok!" Hisa membulatkan jarinya sambil tersenyum.
***
Hari yang di tunggu-tunggu pun datang, banyak tamu undangan yang di dominasi oleh orang-orang penting berdatangan. Di sana, mereka terlihat nyaman menikmati pesta yang sengaja di adakan keluarga besar Zhong untuk putra ke sayangannya.
Sementara itu, pemandangan berbeda terlihat di sebuah deck kapal. Jeno tengah sibuk menemani istrinya yang kini tengah mual & muntah-muntah tanpa sebab. Karena khawatir, para sahabat Jeno pun menghampirnya di sana.
"Sepertinya, istrimu mabuk laut." ucap Jaemin.
Merasa jika adik sepupunya tak memiliki riwayat mabuk kendaraan, seketika sebuah kernyitan alis terpasang di wajah Jisung. "Bukannya kau tidak pernah mabuk kendaraan apapun, Hisa?"
Hisa mendongak, setelah menuntaskan rasa mual yang mengaduk perutnya. "Aku juga tidak tau, Oppa. Tiba-tiba kepalaku pusing & perutku rasanya tidak enak."
Karena melihat pakaiannya yang agak terbuka & angin malam yang cukup dingin di sana, Mark pun berpikir jika kini Hisa tengah masuk angin.
"Maybe she caught a cold, Jeno!" Mark menimpali.
Renjun melirik arloji di tangannya. "Aku rasa lebih baik kau bawa Hisa pulang saja. Soalnya, sebentar lagi acaranya akan mulai."
"Tapi...,"
Baru saja Jeno hendak angkat bicara, tiba-tiba Hisa kembali merasakan rasa mual yang terus mendesak perutnya, ia kembali memuntahkannya. Karena khawatir muntah-muntahnya yang tak kunjung berkurang, Jeno akhirnya memutuskan untuk undur diri lebih dulu untuk membawa istrinya pulang dari pesta resepsi itu, sebelum kapal berlayar.
Sesampainya di rumah, Jeno langsung memapah langkah Hisa untuk beristirahat di kamar. Hisa terlihat begitu lemas & pucat karena tak hentinya terus muntah-muntah. Setelah di berikan obat anti mual, akhirnya ia dapat berisirahat dengan tenang.
Pagi harinya di dapur..
Sebelum berangkat menuju Rumah Sakit, Jeno terlihat sudah sibuk bergelut dengan peralatan masak. Pagi ini ia sengaja bangun awal demi membuatkan sarapan untuk istrinya, karena sedari malam Hisa sama sekali belum sempat makan apapun.
Hisa yang baru bangun, langsung saja membawa langkahnya turun menuju dapur. Sesampainya di sana, ia berdiri di belakang kursi sambil menjelajahi meja makan yang kini terisi oleh beberapa macam hidangan yang tersaji di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
APHRODITE
Fanfiction[18+] beberapa bagian akan mengandung unsur 18+. Tidak ada maksud menjatuhkan atau melecehkan. Harap bijak dalam menanggapi & bersikap. Katanya kalo cewek cowok selalu gak akur itu tandanya mereka belahan jiwa di masa lalu, dan akan jadi pasangan ba...