***Usia kehamilan Hisa yang sudah menginjak trimester ke-2 membuatnya makin kesulitan melakukan seluruh kegiatan seperti biasanya. Bahkan untuk sekedar duduk & bangun pun, ia harus di bantu oleh suaminya. Mengingat janin yang di kandungnya kembar, menjadikan diameter perut di usia kehamilannya lebih besar di bandingkan orang hamil yang mengandung satu janin saja.
Tak hanya ke sulitan berdiri atau menekuk tubuh saja, bahkan kini pergerakkannya pun melambat. Belum lagi nafsu makan yang kuat, menjadikan bobot tubuhnya membengkak drastis dari semula. Menjadikannya turun percaya diri, yang mempengaruhi ke stabilan emosinya.
Selama periode tersebut, emosi Hisa begitu tak karuan sampai membuat Jeno pusing & harus mau mengelus dadanya saat menghadapi ke cengengan, ke sensitifan, mudah marah, & cemburuannya. Tak terhitung, berapa kali Jeno harus minta maaf atau sekedar membujuk juga menjelaskan situasi yang sering di salah tanggapi Hisa.
Malam ini, selepas menyelesaikan seluruh pekerjaan rumah yang belum di tuntaskan istrinya, Jeno berniat mengistirahatkan badannya sejenak. Karena dari sepulang dari jadwalnya, ia sama sekali belum juga duduk karena harus membereskan pekerjaan rumah yang begitu menumpuk.
Baru saja punggungnya hendak menyentuh bantalan sofa, tiba-tiba suara Hisa membuat kegiatannya terjeda.
"Inseuteonteu lamyeon mah i sago sipeoyeo." (aku mau beli ramen instant yang banyak) ucapnya sambil mengunyah camilan ringan. Ia begitu terlihat fokus pada iklan di televisi yang kini di tontonnya.
"Inseuteonte lamyeon?!" (Ramen instant) Jeno menyipitkan pandangannya, "kau itu sedang hamil besar Beibi, tidak baik terus makan makanan instant seperti itu."
"Kau mau menentang keinginan ku lagi?!" timpal Hisa begitu sengit.
"Bukan begitu sayang, aku cuma...,"
"Geuligo mwo?!" (Terus apa) Hisa mendelik tajam.
Jeno pun mengurungkan melanjutkan ucapannya, melihat ekspresi yang mulai terlihat buruk terpampang di wajah cantik sang istri. "Alasseo, terserah kau saja!" ia mengalah.
"Begitu lebih bagus!"
Jeno hanya memutar bola matanya penuh malas.
"Geuleom gaja!" (ayo berangkat) Hisa tiba-tiba berpegangan pada sisi sofa untuk bersiap berdiri, "Antarkan aku ke Super Market memakai motor."
"Mwo?!" Jeno begitu terkejut, "otobaileul iyong haseo?!" (apa? Naik motor katamu?!)
"Ne, apa ada masalah?" ucap Hisa begitu ringannya.
Jeno segera berdiri di depan Hisa, "kau sadar dengan apa yang kau ucapkan?!"
"Waeyo?" Hisa mendongak menatap suaminya yang kini berdiri tepat di depannya dengan wajah begitu terkejut.
"Kau sedang hamil besar, lalu kau bilang ingin di antar memakai motor?!" Jeno mengulang ucapan istrinya dengan ekspresi tercengang, "eoseo Hisa, geuge eolmana wiheomhanji moleunjanha?!" (ayolah Hisa, kau tidak tahu seberapa bahayanya itu semua) ia mencoba menyadarkan segala tindakkan beresiko yang Hisa inginkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
APHRODITE
Fanfiction[18+] beberapa bagian akan mengandung unsur 18+. Tidak ada maksud menjatuhkan atau melecehkan. Harap bijak dalam menanggapi & bersikap. Katanya kalo cewek cowok selalu gak akur itu tandanya mereka belahan jiwa di masa lalu, dan akan jadi pasangan ba...