capt 30

35 8 0
                                    





***






Sebelum memulai aktifitas harian mereka pagi ini di Rumah kediaman kedua orang tua Jeno, Yeojeong & kedua orang tuanya terlihat tengah melakukan aktifitas rutin mereka di meja makan. Suasana terkesan damai di meja makan & hanya terdengar suara alat-alat makan yang saling beradu disana.

Suara Dongyu pun mulai terdengar mengakhiri suasana hening di meja makan. "ku dengar.. Lusa Jeno & Hisa akan menginap disini, apa itu benar ?".

"hmm.. ". Gumam Teressa yang tengah sibuk mengunyah makanan di mulutnya.

"benarkah? Tidak biasanya anak itu mau pulang ke rumah.. ". Timpal Yeojeong sambil fokus dengan layar ponsel di tangannya.

"mereka akan berangkat untuk berbulan madu dari sini.. ".

"jadi bulan madunya di percepat ya..? Dasar.. Anak itu".

Teressa hanya tersenyum merespon ucapan sang suami yang tahu betul dengan sifat putra bungsu mereka pada Hisa.

"ngomong-ngomong.. Kemana mereka akan berbulan madu? Paris kah? Atau.. Hawaii?".

"no.. Mereka memilih pulau J".

"ah gitu ya.. ".

Pandangan Dongyu melirik ke arah putri sulungnya yang tengah asyik memegangi ponsel seraya tersenyum sendiri, kemudian melirik sarapannya yang terlihat masih utuh tak tersentuh membuat Dongyu memasang wajah snewennya.

Teressa melirik ke arah Dongyu yang tengah diam dengan wajah snewen melihat putri sulungnya yang asyik dengan ponsel & mengabaikan sarapan yang ada di meja. Ia tau betul dengan sifat sang suami & segera menegur aktifitas putrinya.

"darling.. Simpan dulu ponselmu, hm?!".

Yeojeong menghentikan sejenak fokusnya pada layar ponsel kemudian melirik pada sang Ibu, lalu menoleh pada sang Ayah yang kini tengah menyilangkan kedua tangannya bersedekap seraya menggelengkan kepalanya ringan & berdecak.

Mengerti dengan sikap yang di tunjukkan sang Ayah, Yeojeong seketika mematikan ponselnya & menyimpannya pelan di atas meja, dengan pandangan agak merunduk & lirikan sudut mata yang amat segan Yeojeong mengambil sandwich yang ada di piringnya.

"akhir-akhir ini Appa lihat kau sering sekali senyum-senyum dengan ponselmu, ada apa?". Dongyu mulai membuka suaranya, membuat Yeojeong terdiam tanpa kata.

"kau punya pacar?". Tanya sang Ibu dengan nada lemah lembutnya.

Yeojeong seketika menghentikan aktifitas mengunyahnya & menoleh ke arah sang Ibu dengan gugup menutupi sesuatu. "aa.. Itu.. Aku bukan..".

Teressa & Dongyu mengernyit tak mengerti dengan ucapan putri sulungnya yang terkesan terbata-bata. Seakan mengerti tingkah sang putri sulung, Teressa pun tertawa ringan menanggapi ke salah tingkahan Yeojeong sekarang.

"tidak apa-apa.. Siapapun pilihanmu, Eomma & Appa akan selalu mendukung & mendoakan kebahagiaanmu & adikmu..".

Ucapan sang Ibu yang selalu menenangkan itu di sambut senyum lega oleh Yeojeong.

"perkenalkan pilihanmu itu pada kami, Appa ingin lihat pria seperti apa dia".

Yeojeong hanya mengangguk tersipu malu mendengar respon baik dari kedua orang tuanya terhadap hubungannya itu.

**

Beberapa hari kemudian di Rumah kediaman Jeno & Hisa. Malam ini mereka amat sibuk mempacking barang-barang untuk persiapan keberangkatan bulan madu mereka ke pulau J. Setelah mereka selesai dengan semua keperluan barang bawaannya yang di kemas dalam koper, mereka pun segera merebahkan diri masing-masing di atas kasur seraya memainkan ponsel masing-masing.

Jeno yang tengah asyik berbalas grup chat bersama ke-6 sahabatnya di buat tersenyum-senyum sendiri karena pembahasan mereka yang terkesan konyol & vulgar setelah tahu jika Jeno akan melakukan perjalanan bulan madu bersama istrinya.

Hisa yang sedari tadi memperhatikan Jeno yang asyik senyum-senyum dengan layar ponselnya tiba-tiba saja merasa curiga.

"nande waratteru no?".(kenapa senyum-senyum?) Pertanyaan Hisa sama sekali tak mendapat respon Jeno, Ia tetap fokus pada layar ponselnya.

Karna merasa di abaikan Hisa pun kesal & hendak merebut ponsel Jeno namun gagal karena kalah cepat dengan Jeno. "let me see your phone!".

"mueos eul wihae?!".(buat apa?!) Tanya Jeno sambil menjauhkan ponselnya dari Hisa.

"yeogi jeonhwa isseo!".(siniin gak hp nya!) Tegas Hisa seraya menengadahkan tangannya meminta ponsel milik Jeno.

"no.. ". Balas Jeno bersikeras

Hisa menatap sengit pada suaminya karena tak kunjung menuruti keinginannya. Tanpa aba-aba apapun tiba-tiba Ia meloncat ke atas tubuh Jeno untuk meraih ponsel yang ada dalam genggaman sang suami.

"mwohae?! Aya aya.. Apa!!".(kau apaan sih?! Aduduh.. Sakit) Jeno berteriak kesakitan saat Hisa menarik-narik lengannya untuk merebut ponsel di genggamannya. Karna tak dapat terjangkau Hisa, Jeno pun segera menyembunyikan ponselnya di bawah bantal yang tengah Ia tiduri.

"go down.. Kau itu berat tau!".

"no! Yeogi jeonhwaga meonjeoya.. ".(nggak! Kemarikan dulu ponselnya) Hisa terus saja bersikeras meminta ponsel Jeno.

"an dwae!".(gak akan!) Tolak Jeno.

"johayo.. Aku akan duduk terus di atas perutmu".

"jebal!".(silahkan!) Ucap Jeno penuh penekanan dalam ucapannya.

"ya! Aku serius.. ".

"aku juga!". Respon Jeno yang tak mau mengalah itu membuat Hisa makin kesal & berang, Ia pun tetap duduk di atas perut Jeno dengan kedua tangan bersedekap menatap sengit pada Jeno.

Saat tengah saling perang tatapan dingin, mata Jeno tak sengaja menangkap lekuk pinggang Hisa di balik pakaian tidurnya yang agak tipis. Seketika lahirlah ide jahil dari pikiran Jeno.

"you have a good body.. ".

"urusai!!".(berisik!!) Ucapan jahil Jeno berhasil mengusik ke nyamanan Hisa & membuatnya gugup.

"pinggulmu juga sangat indah.. ". Lanjut Jeno semakin menjahili Hisa agar istrinya itu menyerah & turun dari atas tubuhnya.

"eotteohge alayo?! Dadhin oseul ibgo isseoyo!".(tau darimana?! Aku kan pakai baju tertutup!)

"pakaian tidurmu itu agak tipis tau..". Jeno tertawa dengan jahilnya.

"hentai!".(dasar mesum!) Hisa pun menggeser tubuhnya turun dari atas perut Jeno.

Jeno tertawa puas karna berhasil menjahili & membuat istrinya gentar. "kau mau kemana baby..?". Jeno menarik Hisa ke atas dekapannya.

"lepaskan aku!". Hisa memberontak dari dekapan suaminya.

"ada apa denganmu?". Jeno merundukan sedikit kepalanya menatap Hisa yang kini berada di dalam dekapan dada bidangnya.

"padahal.. Dulu sebelum menikah kita sering kontak fisik, tapi sekarang kau menolakku terus".

Seketika Hisa berhenti berontak mendengar ucapan Jeno. "beri aku waktu sedikit lagi,ok?". Bujuk Hisa seraya mengelus dada Jeno lembut agar hatinya melunak.

"sampai kapan? Aku ini pria dewasa normal tau, pokoknya saat bulan madu nanti kau tidak boleh menolak apapun, mengerti?!".

Hisa hanya diam & pasrah tanpa dapat beralasan apapun lagi.

APHRODITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang