capt 33

27 6 0
                                    

"Don't touch me..!"

Sara igauan terdengar memecah suasana malam hari, yang amat sunyi di ruangan kamar yang remang & hanya di terangi cahaya lampu malam yang redup. Hanya terdengar suara hewan malam & suara detik waktu yang terdengar samar di tengah rintik kecil hujan di luar, yang memenuhi ruangan.

Igauan yang mulanya bernada pelan tak begitu jelas terdengar, mulai terasa agak jelas memenuhi telinga Jeno yang saat ini masih setengah sadar di alam mimpinya. Perlahan kedua alisnya bergerak, begitu menangkap suara igauan dari sang istri. Mata yang semula tertutup rapat, perlahan terbuka sedikit demi sedikit.

Sebuah gerakan yang sedikit mengguncang tubuh Jeno, membuat pandangannya tertoleh ke arah samping tubuhnya sekarang. Rupanya gerakan tersebut berasal dari Hisa, yang saat ini tengah meracau histeris. Melihat hal itu seketika Jeno langsung bangkit dengan penuh ke panikan.

"Sayang.. Sadarlah!" Jeno menggoyang sisi tubuh Hisa agak kuat.

dengan mata terpejam Hisa terus meracau. "Tidak! jangan sentuh aku!" alih-alih membuka mata, ia justru terus histeris di iringi gerakkan tangan yang seolah menolak sesuatu. "No, Oppa stoped. Geumanhae!!" Hisa bangkit penuh ketakutan dengan mata terbelalak.

Ia tertegun sejenak dengan wajah yang di banjiri keringat, kemudian menoleh ke arah Jeno yang kini tengah panik & cemas dengan keadaannya. wajah Hisa perlahan berubah memendung menatap sang suami, lalu ia melompat memeluk tubuh Jeno dengan tangis kecil yang terasa begitu menyesakkan bagi Jeno. Ia dapat merasakan ketakutan yang begitu menyelimuti Hisa sekarang.

Entah sudah berapa malam Jeno tak dapat istirahat dengan tenang, semenjak kejadian buruk yang menimpa Hisa beberapa waktu lalu. Yang membuat dirinya harus selalu terbangun karena igauan ketakutan istrinya akhir-akhir ini, yang membuat Hisa tak dapat berpikir dengan baik.

Meski telah berlalu, dengan keadaan Hisa yang memang sebelumnya memiliki riwayat PTSD, membuatnya kembali mengingat trauma di masa lalu buruknya. Sepanjang hari, Jeno harus mau melihat istrinya yang selalu saja melamun & tak fokus. Bahkan untuk makan saja, Jeno harus berbicara panjang lebar dulu pada Hisa agar ia mau mengisi perutnya.

Jangankan makan, untuk sekedar menutup mata pun rasanya sulit untuk Hisa, karena dirinya selalu saja di hantui mimpi buruk tentang masa lalu. Ia dapat tertidur jika telah meminum obat-obatan, meski sekejap & harus kembali terjaga setelahnya. Hal itu amat membuatnya stress berat, begitu pun Jeno.

Esok harinya di Cafe milik Mark, Jeno & para sahabatnya tengah berkumpul di waktu senggang mereka untuk sekedar mengobrol & tukar cerita, setelah lama tak jumpa. Tak ada yang berbeda dari sikap masing-masing, meski kini mereka memiliki kehidupan & kesibukkan, namun hal itu tak membatasi atau merubah persahabatan yang telah mereka rajut dari sejak SMA.

Canda tawa ringan yang khas selalu menghiasi suasana pertemuan mereka, namun kali ini ada hal yang berbeda dari Jeno yang notabenenya selalu terlihat santai, kini terasa amat tegang & amat lelah. Peka akan hal itu, mereka pun mendesak Jeno untuk menceritakan hal apa yang kini terlihat menganggunya. Tanpa ada yang di tutupi, Jeno kemudian menceritakan apa yang terjadi, pada mereka.

"Jadi.. PTSD Hisa kambuh lagi?"

"Apa.. terjadi sesuatu?" Jaemin mulai menyelidik.

Jeno hanya mengangguk lemas seraya merundukkan kepalanya. "Beberapa waktu lalu, istriku mengalami kejadian tidak menyenangkan dari orang mabuk tak di kenal," jawabnya.

Mendengar itu seketika Jisung bereaksi. "Aku benar-benar tidak mengerti, kenapa pria seperti itu ada di dunia ini, sih! Tidak bisa lihat wanita menarik sedikit, otaknya langsung di penuhi ketidak warasan!" gerutu Jisung penuh emosi.

APHRODITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang