capt 28

29 5 0
                                    


***


Malam hari yang padat & ramai di jalanan kota X menuju arah Rumah Jeno. Terlihat raut lelah yang begitu tergambar jelas dari wajah Jeno yang kala itu baru saja kembali dari rutinitasnya di Rumah sakit.

Jalanan yang padat & tubuh yang lelah membuatnya begitu ingin segera sampai & segera merebahkan tubuhnya untuk beristirahat di Rumah. Setelah beberapa lama terjebak dalam suasana kepadatan di jalanan tadi, kini Ia sampai di halaman depan rumahnya.

Setelah memarkirkan mobilnya, Ia pun segera berjalan memasuki pintu rumahnya. "aku pulang.. ". Sapa Jeno, namun tak terdengar sambutan atau sekedar senyuman cantik dari sang istri seperti yang biasanya terjadi di tiap Ia kembali pulang.

Jeno keheranan dengan suasana sepi rumahnya hari ini, sambil berpikir Ia membuka jas yang melekat di tubuhnya kemudian menanggalkannya di atas sofa. Jeno kemudian berjalan menuju dapur hendak mengambil air minum, langkahnya sesaat terhenti begitu melihat bahan masakan yang terjejer berantakan di atas meja.

Meninggalkan semua itu, Ia lalu mengambil gelas & mengisinya dengan air kemudian meminumnya hingga habis. Dari arah belakang Hisa datang tiba-tiba saat Jeno tengah meneguk air minumnya.

"kau sudah pulang?".

Jeno menoleh, kemudian berbalik setelah menyimpan gelas kosong di tangannya itu. "ada apa ini? Apa akan ada tamu?". Tanya Jeno seraya menatap bahan masakan yang ada di atas meja tadi.

"ani, aku tadi mencoba memasak tapi.. Gagal".

"jinjja?! Masak apa?".

Hisa berjalan menuju lemari es kemudian mengeluarkan sebuah mangkuk berisi sup & menunjukannya pada Jeno. "kore.. ". (ini)

"ige mwoya?! Ini sup?". (apa ini?) Jeno menatap aneh pada mangkuk berisi air bening dengan beberapa sayuran yang terlihat di potong tak beraturan di dalamnya.

Hisa hanya mengangkat bahu & alisnya tak yakin dengan bentuk masakan yang Ia buat itu. "aku sendiri tidak yakin kalau ini pantas di sebut sup".

Melihat raut wajah sang istri yang merasa tak puas & terkesan amat kecewa dengan usaha yang telah Ia lakukan, Jeno pun merasa tak tega. "gwaenchanha, sini biarku coba". (gapapa)

"andwae..!". (gak usah!) cegah Hisa cepat karna Ia tau jika sup buatannya memiliki rasa yang amat buruk.

"wae?". (kenapa?)

"selain tampilannya yang aneh.. rasanya juga buruk, Aku sarankan kau gak usah makan ini, kita order makanan saja itu lebih baik".

"tapi aku mau coba dulu, siapa tau rasanya sedikit berbeda".

"baiklah kalau kau memaksa.. ". Hisa kemudian mengambil sendok & memberikannya pada Jeno.

Begitu Jeno menyendok & mencicipi masakannya tatapan Hisa terlihat fokus & penuh harap. Ketika sup itu meluncur di mulut & melewati tenggorokan Jeno, seketika mimik wajahnya berubah.

Kedua matanya tiba-tiba saja menyipit bak menelan sebuah obat pahit.
Hisa segera mengambil air minum & memberikannya pada Jeno. "sudah ku bilang rasanya aneh kan, kau masih saja memaksa.. ".

"gak aneh kok, bahkan rasanya sangat familiar di lidahku.. ".

"jinjja?! Seperti apa rasanya?". (benarkah?) Hisa amat antusias mendengar respon suaminya.

"air laut.. ".

Seketika Hisa mendesis & memukul ringan lengan Jeno yang tengah menertawai & mempermainkannya. Hisa kemudian memasang wajah sedih & muram.

APHRODITETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang