14.3

20 2 4
                                    

Image Change

BAB 14 : White Days

Bagian 3

MyoueMoo

--------------------------------------------------

Setelah hari itu, hubunganku dengan Asiana sedikit demi sedikit membaik, namun tentu saja tidak kembali seperti sebelumnya. Tapi ya, aku pikir itu jauh lebih baik ketimbang dia memperlakukanku seperti orang asing. Dan untuk persiapan Dies Natalis, semuanya bisa dibilang lancar. Jadi nggak ada yang perlu dikhawatirkan untuk sekarang.

Begitu bel sekolah berbunyi, aku bergegas keluar dari kelas. Pergi ke toko grosiran untuk membeli bahan yang sudah Sophia catat, lalu pulang dengan kayuhan secepat yang aku bisa, karena udah nggak ada waktu lagi untuk bersantai.

Saat sampai rumah, aku melihat 3 pasang sepatu tambahan. Dan aku tau siapa pemiliknya, pasti Trio Bocil temennya Sophia. Belum juga tanganku ada di gagang pintu, pintunya sudah terbuka terlebih dahulu.

"Kak Rey!" seru Febi dengan senyum enerjiknya. Nggak lama Indah juga muncul dengan Sintia yang tampak malu-malu mengikutinya. "Aku denger loh, katanya Kak Rey mau bikin cup cake, ya? Karena kayanya seru, aku jadi pengen nonton eheheh," lanjut Febi dengan tawa bodohnya.

"Kalo mau nonton boleh aja, tapi jangan ganggu."

"Iyaaa, aku paham Kak. Aku juga deng-."

"Mau sampai kapan kalian ngobrol di sini? Cepet masuk," serobot Sophia. "Kak Rey udah beli semua bahannya, kan?"

"Mmhm," balasku selagi mengangkat kantong belanjaan.

"Mereka ikutan ga apa-apa, kan?" tanya Sophia selagi kami berjalan ke dapur.

Aku melihat si Trio Bocil, "Lebih rame malah lebih seru, bener nggak?".

"BENER!" seru Febi dengan antusias. Lalu untuk Indah, dia tetap datar. Sedangkan Sintia mengangguk malu-malu menyutujuinya.

Entah kenapa kalau melihat Trio Bocil ini aku ingat sama seseorang. Febi mirip dengan Asiana. Indah mirip dengan Leisha, terutama sikapnya yang datar. Dan untuk Sintia, dia lucu, pemalu, mirip dengan Mutia.

"Najis dah, senyum-senyum ga jelas," celetuk Sophia sambil memberikan tatapan jijiknya.

"Be-berisik lu," dampratku.

Setelah itu, aku mulai membuat adonan untuk cup cakenya. Takarannya sudah ada di resep, aku hanya perlu mengikutinya. Dan setiap kali aku melakukan kesalahan, Sophia akan menegurku.

Ya, Sophia bilang dia akan membantuku. Tapi dia tidak bilang akan membuatnya bersamaku, jadi Sophia hanya akan mengawasiku saja.

"Kak Rey bikin beginian buat White Days, kan? Itu artinya Kak Rey punya orang yang disuka, ya?"

Pertanyaan Indah membuat bahuku mengerjap. Selain itu, aku bisa merasakan tatapan penasaran dari Febi dan Sintia.

Aku menatap Sophia meminta bantuan, namun Sophia malah bilang "Un, buat apa lagi coba?" dengan entengnya. Bocah kampret!

"Woohh!! Siapa orang yang Kak Rey suka?! Kasih tau dong, kasih tau dong!"

"Ka-Kak Rey mau nembak orang itu, ya?"

Seketika suasana menjadi gaduh.

"Anu..."

"Orangnya satu kelas sama Kak Rey?" lanjut Febi.

Aku menggeleng.

"Ka-Kakak kelas?" tanya Sintia.

Lagi aku menggeleng.

"Phiphi pernah ketemu sama dia ga Kak?" tanya Indah dan disambut...

"Ya, aku pernah. Jadi bisa kalian diem? Kalau kalian terus mengacau, lebih baik kalian pulang."

Trio Bocil yang terintimidasi duduk dengan sigap, bahkan Sintia tampak ingin menangis. Aku merasa kasihan dengan mereka, tapi untuk sekarang biarkan saja seperti ini. Karena kalau ini terus berlanjut, aku yakin aku yang bakal kerepotan menjawabnya.

Setelah melakukan semuanya sesuai instruksi yang ada di resep, akhirnya cup cake buatanku masuk ke dalam oven. "Oke, sekarang tinggal nunggu gimana jadinya. Aku harap ga gagal."

Membuat cup cake ternyata cukup melelahkan. Tidak, mungkin bukan melelahkan, tapi lebih ke membuat stress karena takut gagal dan tidak enak. Terlebih ini pertama kalinya aku membuat sesuatu untuk seseorang.

"Tenang aja Kak, aku liat Kak Rey ga bikin kesalahan. Harusnya baik-baik saja," hibur Sophia yang sepertinya menyadari kegelisahanku.

"Mmhm, aku harap juga begitu."

"Udah boleh ngomong?" tanya Febi sambil melirik Sophia.

Sophia membuang napas dan memberikan anggukan.

"Kak Rey, aku udah liat loh promosi Dies Natalis sekolah Kakak. Nanti kalau aku ke sana temenin ya?"

"A-aku juga ikut," sambung Sintia.

Indah berdecak lidah. "Kalian tuh ya, Kak Rey kan panitianya, pasti sibuk lah."

Indah tampak kaku dan acuh pada sekitar, namun sebenarnya dia orang yang perhatian. Ya, kalau bukan Indah yang menyesuaikan diri, mana mungkin dia bisa bersama kedua orang unik seperti Febi dan Sintia, kan?

"Tenang aja, aku bakal luangin waktu buat kalian kok. Dan jangan lupa, ajak Sophia," ucapku sambil mengedipkan sebelah mata pada Sophia.

Lalu dibalas "Tch!" sambil membuang wajahnya.

Lu tuh kaga imut banget jadi Adek!

Image Change [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang