Image Change
BAB 15 : Dies Natalis
Bagian 6
MyoueMoo
--------------------------------------------------
Saat band yang akan tampil naik ke panggung, suasana menjadi riuh. Teriakan ratusan orang menggemuruhkan sekolah hingga membuat bulu kudukku berdiri. Aku yang nggak begitu mengenal band yang tampil pun sampai berdebar cuma karena suasana yang penonton berikan.
“Apa kalian siap?!” sorak vokalis wanita dari atas panggung lalu mengarahkan mik ke penonton.
“““UUOOAAHH!!”””
Jawabannya nggak begitu jelas, namun semangat, dan antusiasme para penonton tersampaikan dengan jelas.
“Kalo gitu langsung aja kita ke lagu pertama,” si Vokalis memberikan instruksi ke member band lainnya sebelum melanjutkan “Romeo Must Die, Hancurnya Sebuah Harapan.”
Ketika semua tiada di sini
Saat batiku menangis perih
Takkan ada yang mengerti
Takkan ada yang peduli
Satu alasanku di sini
Kuatkan hati tuk berdiri
Terbalut dalam emosi
Teriakku dalam imajinasi
Sampai di sini, ritmenya masih santai layaknya lagu pop pada umumnya. Namun tiba-tiba saja semuanya berubah. Gitar, drum, dan kibornya menjadi lebih intens. Di waktu yang sama, para penonton menggoyangkan kepala mereka mengikuti irama dentuman drum.
Terhempit disela kemunafikan!
Terjatuh dalam tangis yang dalam!
Jiwa raga seakan menghilang!
Saat jiwa lepas dari beban!
Jalani dengan semua kepahitan!
Tepiskan semua rasa keraguan!
Hilangkan gelap dalam pikiran!
Hancurkan semua!
PERSETAN!
Screaming kuat kiboris membuat ritmenya yang intens menjadi hal yang sulit untuk dilawan. Rasa semangatku melambung, debaran dari bass yang menggetarkan dada. Sekarang aku paham kenapa mereka bisa menang angket. Vokalis wanita memiliki suara yang indah namun tak kalah dengan vokal kuat si kibordis menciptakan paduan suara yang unik.
Selain itu, lirik lagu mereka membuat kilas balik apa yang sudah aku alami sampai sekarang. Nggak, bukan cuma aku, aku yakin semua orang yang sekarang mendengarkan merasakan hal yang sama. Lalu dengan lagu ini juga, aku dan para penonton merasakan emosi mereka yang ingin menyemangati kami.
Tak lupa, aku mengangkat kamera dan mengambil gambar momen ini.
***
Setelah konser selesai, Sophia dan Trio Bocil pamit, karena izin yang sekolah mereka berikan untuk mampir ke acara ini hanya sampai jam 1 siang saja.
Semakin sepi, pengunjung dari sekolah lain juga mulai berkurang dengan berakhirnya pemuncak acara.
“Uaagh! Akhirnya bisa duduk!” keluhku saat membanting pantat ke lantai.
Aku tak peduli lantainya bersih atau nggak, yang penting tempat ini ga terlalu ramai orang yang lalu-lalang. Lagi pula dari pagi aku terus mondar-mandir, istirahat sebentar nggak ada salahnya, kan? So pasti!
“Jangan malas-malasan Rey…” nada yang sarkastik.
“Aku ga malas-malasan, dan aku juga baru duduk Ma’am. Lagian ngapain Ma’am di sini? Patroli?”
Ini lorong dekat gudang, nggak ada stan atau acara yang diadakan di dekat sini. Misal ada yang ke sini, kalo bukan pasangan yang niat berbuat hal tak senonoh, ya cuma bocah penyendiri yang nggak punya teman.
Sial. Entah kenapa kok aku sedih, padahal sekarang aku udah punya teman!
“Nggak, bukan, aku ke sini nyari kamu Rey.”
“Mm?”
Bu Melati berdiri di sampingku sambil menyandarkan punggungnya ke dinding.
“Kamu inget yang tadi kita bahas? Rencana soal buat Ibunya Leisha?” Aku mengangguk “Siapkan mentalmu Rey, aku akan hubungi Kakakku secepatnya. Kita mendapatkan bantuan yang paling bagus untuk melawannya.”
“Bantuan?”
Entah karena Bu Melati yang menatapku dari atas atau emang dia masang senyum meledek, aku merasa tersinggung. Lebih tepatnya, senyum Bu Melati tampak licik. Apa ini sikap yang mencerminkan seorang guru?
“Buat sekarang aku ga bisa bilang, soalnya ini syarat yang dia berikan Rey.”
“Tsk! Terus ngapain bilang ke aku, Ma’am?”
Bu Melati mengelus kasar kepalaku. “Bukannya aku udah bilang? Siapin mentalmu, soalnya kita akan bertemu Kakakku pada hari minggu. 3 hari lagi.”
Sebelum aku bisa memprotes, Bu Melati sudah pergi terlebih dahulu.
Memang bagus cepat-cepat menyelesaikan masalah, tapi ini terlalu cepat. Walaupun Bu Melati bilang siapin mental, pada akhirnya pasti aku akan gugup.
Kampret, niat istirahat malah menambah lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Image Change [COMPLETED]
RomanceRey Razak memiliki tubuh yang gempal, saat SMP dia dijauhi dan dijadikan bahan ejekan oleh orang-orang sekitarnya. Karena itu, Rey memutuskan untuk merubah bentuk tubuhnya. Setelah UN, dia menggunakan waktu itu untuk diet ketat dan berolahraga agar...