Image Change
BAB 12 : Arti Dari Sebuah Tindakan
Bagian 5
MyoueMoo
--------------------------------------------------
Setiap sabtu biasanya akan diadakan rapat dengan para ketua kelas. Tapi karena pertemuan persiapan Dies Natalis baru dimulai, dan tidak ada yang harus dibahas, Leisha meminta untuk meniadakan rapat minggu ini.
Oleh karena itu, aku, Leisha, dan Asiana berkumpul di ruangan OSIS tanpa tujuan. Aku membaca novel yang aku bawa dari rak buku ayah, Leisha membaca berkas laporan OSIS tahun lalu untuk referensi Dies Natalis, dan Asiana, dia berkutat dengan handphone sambil sesekali menyunggingkan senyum bodohnya.
"Leisha, kamu udah tentuin apa yang bakal kita bahas buat pertemuan persiapan Dies Natalis senin nanti?" tanyaku saat menutup novel yang tengah aku baca.
Tapi, lagi, Leisha sepertinya terlau fokus sampai-sampai tidak memperhatikan sekitarnya. Dia bahkan tidak sadar kalau aku mengajaknya berbicara. Harusnya, orang yang mendapatkan kalimat "harus lebih peka dengan sekitar" itu Leisha, bukan aku. Tapi kenapa malah aku yang mendapatkan kalimat itu dari Rifki dan Favian?
Aku menatap Leisha yang tidak menyadari ucapanku, dia membaca dengan sangat serius sampai alisnya sedikit mengkerut. Matanya bergerak dari kiri ke kanan berulang kali selagi membaca isi berkas, ini adalah pemandangan yang sudah biasa aku lihat. Namun, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari Leisha. Mata Leisha terlihat agak sayu, dan napasnya juga agak berat karena dia terus mengeluarkan napasnya lewat mulut.
"Leisha, kamu enggak apa-apa?" tanyaku.
Karena Leisha masih tidak menyadarinya, aku mencoba menyentuh tangan Leisha yang memegang berkas. Begitu aku sentuh, Leisha tersentak sampai menjatuhkan berkasnya.
"A-apa?" tanya Leisha terkejut sambil menjauhkan diri.
"Kamu enggak apa-apa?"
Leisha termangu beberapa saat seperti tidak mengerti ucapanku, lalu menjawab "U-um, aku tidak apa-apa kok" dan mengambil berkas yang jatuh ke lantai.
"Beneran?" tanyaku memastikannya.
Leisha memberikan anggukan.
Tapi, tadi saat aku menyentuh tangan Leisha, aku merasa kalau suhu tubuh Leisha lumayan tinggi. Tangannya terasa begitu hangat walaupun aku hanya menyentuhnya sebentar.
"Kalau enggak enak badan, lebih baik ke UKS, Sha," saranku.
"Sudah aku bilang, aku tidak apa-apa." Suara Leisha agak meninggi, sepertinya dia kesal denganku yang terlalu ikut campur.
"Leisha bilang enggak apa-apa, kenapa kau yang sibuk, Rey? Najis dah!" sambar Asiana dengan tatapan jijiknya yang tertuju padaku.
Aku hanya khawatir, kenapa harus dikatain dan direndahkan kaya gini?! Kampret!
Aku berdecak lidah dan kembali membuka novel yang sempat aku tutup. Aku sudah tidak peduli, dan tidak mau tahu lagi. Padahal aku hanya ingin menjalani apa yang Rifki dan Favian katakan, "harus lebih peka dengan sekitar". Namun begitu aku berusaha untuk peka, aku malah membuat Leisha kesal, lalu mendapatkan hinaan dan direndahkan oleh Asiana.
Kalau begini, bukankah lebih baik aku tidak menghiraukan apa yang Rifki dan Favian katakan?
"Sepertinya lebih baik kita sudahi kegiatan OSIS sampai sini saja," ucap Leisha setelah membuang napas kuat-kuat, lalu memasukan berkas yang sedang di baca ke dalam tasnya.
Aku juga memasukan novel yang sedang aku baca ke dalam tas, lalu kami keluar ruangan OSIS dan berjalan ke gerbang bersama. Tidak, tepatnya Leisha dan Asiana yang berjalan ke gerbang, sedangkan aku mengambil sepeda di parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Image Change [COMPLETED]
RomanceRey Razak memiliki tubuh yang gempal, saat SMP dia dijauhi dan dijadikan bahan ejekan oleh orang-orang sekitarnya. Karena itu, Rey memutuskan untuk merubah bentuk tubuhnya. Setelah UN, dia menggunakan waktu itu untuk diet ketat dan berolahraga agar...