Image Change
BAB 1 : Rey Razak Menikmati Kehidupan Barunya
Bagian 5
MyoueMoo
--------------------------------------------------
Setelah mengganti baju aku memasukan pakaian kotor ke dalam mesin cuci. Ya, termasuk pakaian dalam.
Dulu aku sempat ragu-ragu dan deg-degan sendiri saat memegang pakaian dalam ibu dan Sophia, tapi lama kelamaan semua itu hilang. Aku mulai terbiasa memegang kancut dan kutang mereka. Aku tahu, ini tidak normal. Seharusnya pemuda sepertiku berdebar saat melihat hal semacam itu bukan? Apa lagi sampai memegangnya. Tapi akhirnya aku tersadar, mau itu kancut atau kutang, itu hanya kain, tidak lebih dan tidak kurang. Karena yang membuat lelaki berdebar itu bukan kancut ataupun kutang, melainkan isinya.
Setelah selesai memasukan semua pakaian kotor ke dalam mesin cuci aku kembali ke dapur.
"Butuh bantuan?"
"Jangan ikut campur, nanti masakanku jadi tidak enak," balas Sophia tanpa melihat ke arahku.
Karena tidak ada yang bisa kulakukan aku menarik kursi dan duduk di sudut ruangan. Bersandar di tembok sambil menyilangkan kaki. Aku yakin pose yang aku buat saat ini sangat keren.
Aku melihat Sophia yang memakai kaus tanpa lengan, celana pendek sepaha dengan celemek merah muda di atasnya, rambut yang dikuncir kuda, dan tatapan yang merasa jijik entah kenapa tertuju padaku.
"Jangan nafsu liat adik sendiri," kata Sophia sambil menutupi dadanya yang menyedihkan dengan kedua lengannya.
Apa yang sebenarnya kau tutupi? Dasar tepos!
"Ha? Mana mungkin aku nafsu dengan dada kaya papan gilesan begitu? Jangan ngaco deh. Mending fokus aja sama masakanmu bocah."
"Kakak bilang apa barusan?" Sophia memelototiku seperti seorang pembunuh. Lalu dia mengacungkan pisau kepadaku.
"Kau pikir aku takut? Kau tidak akan berani melakukan hal semacam itu."
Sophia mendesah dan menaruh pisaunya, "lagian mana SUDI aku menusukmu? Aku tidak mau dipenjara HANYA karena menusukmu Kak!" kata Sophia dengan penekanan dibeberapa kata. Tapi penekanan itulah yang membuatnya terdengar menjengkelkan. "Daripada berpose seperti orang bodoh, mending Kak Rey siapkan piring. Ayah dan ibu pulang sebentar lagi."
Apa maksudmu berpose seperti orang bodoh? Pose ini elegant dan cool! Dasar adik tidak tahu style. Benar nggak? So pasti!
Selagi aku menyiapkan piring, handphone Sophia berdering.
"Mereka lembur katanya," ucap Sophia lirih setelah menutup telepon.
Kesepian, itulah yang Sophia rasakan. Kenapa aku bisa tahu? Karena aku juga merasakannya. Orang tua kami terlalu sibuk bekerja, kalau libur mereka akan tidur seharian seperti Kungkang. Namun bukan berarti kami membenci mereka, kami hanya ingin mereka lebih memperhatikan kami, meskipun hanya sebentar.
Setelah selesai memasak kami makan dalam diam, Sophia yang biasanya berisik selalu jadi pendiam saat ayah dan ibu lembur. Kalau ada mereka di sini Sophia pasti akan membuatku sebagai bahan ejekan. Aku enggan menjadi bahan ejekan, tapi aku juga tidak mau melihat Sophia yang menyedihkan seperti ini.
Karena tidak tahan dengan betapa suramnya suasana di ruangan ini aku bangkit dan mengambil sesuatu dari kulkas, lalu menaruhnya di atas meja makan. Aku membawa jus dan minuman bersoda merek Bepsi yang ukuran 1 liter, dan sepotong kue cokelat yang aku beli kemarin. Sebenarnya aku ingin memakan kue itu malam ini, tapi ya sudahlah.
"Hari ini kita pesta!"
Sophia mengembuskan napas yang terdengar begitu melelahkan. "Kak, aku ini bukan anak kecil yang akan dengan mudahnya terpancing sama makanan," kata Sophia sambil melirik-lirik kue cokelat yang aku bawa.
Tidak, kau itu anak kecil yang dengan mudahnya terpancing dengan makan.
"Oh... Bukan anak kecil ya? Ya sudah kalau begitu biar Kakak saja yang makan kuenya." Aku menarik piring yang berisikan potongan kue, mata Sophia terus mengikuti ke mana pun piring itu ku bawa. "Yakin masih ga mau?"
"Hmph! Aku bilang nggak ya nggak."
"Ya sudah, kalau begitu kakak makan ya?"
Saat aku memotong kue, Sophia melotot seakan bilang "Aku mohon jangan dimakan Kak, aku cuma bercanda!"
Aku menaruh garpu di piring, lalu mendorong piring kue itu ke Sophia. Cool! Sikapku yang barusan itu sangat keren. Kalau aku jadi Sophia, aku pasti bakal jatuh hati pada diriku sendiri.
"Beneran buatku Kak?"Aku menyilangkan tangan dan mengangguk sekeren mungkin. Wajah suram Sophia mulai menghilang berganti dengan senyuman. "Makasih Kak."
"Ya, sama-sama bocah tengik," kataku sambil mengelus kepalanya.
***
Setelah mencuci piring, merapikan kekacauan yang kami perbuat, mandi –tentu saja tidak mandi bareng, kami mandi sendiri-sendiri, ini hanya klarifikasi. Aku kembali ke kamar dan melempar tubuhku ke ranjang.
Punggungku yang akhirnya bisa beristirahat merasakan kenyamanan tiada tara.
"Ahhh~" desahku karena kenikmatan.
Aku tahu, itu terdengar seperti orang tua. Tapi rasanya memang nikmat. Kalian pikir saja ya, 7 jam duduk tanpa mengistirahatkan pinggang. 7 jam loh, itu bukanlah waktu yang sebentar. Dan kami – para murid melakukannya setiap hari selama bertahun-tahun.
Aku memejamkan mata, mengingat-ingat apa saja yang terjadi hari ini. Lalu aku teringat nomor Aida yang baru saja aku dapatkan.
SMS, SMS, apa SMS yang harus aku kirim kepadanya? Apa yang biasanya dikirim untuk SMS pertama? Sambutan? Seperti "Kepada yang terhormat, saya Rey Razak."? Tidak tidak, memangnya aku mau melamar pekerjaan. Lalu apa yang harus aku kirim? Sial, aku mengutuk kurangnya pengalamanku akan hal semacam ini.
Karena tidak tahu apa yang harus aku kirim, aku dengan nekat mengirim "Selamat malam, ini Rey Razak".
Lalu tidak sampai 2 menit aku mendapatkan balasan dari Aida, isinya :
[Malam, aku kira kamu tidak akan mengabariku. Aku sudah menunggunya dari tadi tahu?] Dengan emotikon senyum di ujung SMSnya.
"Maaf, aku baru bisa mengabarimu," balasku lagi.
[Ya, tidak apa-apa kok.]
Sama seperti sebelumnya, Aida menambahkan emotikon senyum di ujung SMSnya.
Entah karena aku yang terlalu lama berpikir atau Aida yang tidak sabaran, ada SMS masuk lagi dari Aida. Padahal 5 menit saja belum sejak SMS terakhirnya ku terima.
[Kamu sudah tidur? Kok tidak balas?]
Aku sedang berpikir untuk membalas SMSmu! Lagian mana mungkin aku tertidur? Ini masih jam 7. Dan secepat apa waktu yang kau lalui? Apa waktu yang aku dan Aida rasakan itu berbeda? Apa 5 menit baginya itu sangat lama? Entahlah aku tidak tahu, yang pasti aku harus cepat membalasnya agar tidak mendapatkan SMS seperti ini lagi.
Bukan membalasnya, aku malah kebingungan dengan isi SMS yang harus aku kirim.
Tidak lama kemudian masuk lagi SMS dari Aida.
[Selamat tidur, semoga mimpi indah.] Emotikon hati dan orang tertidur di ujung kalimatnya.
Oke,10 menit berlalu dan masuk SMS seperti ini. Kalau begini aku tidak bisa membalasnya lagi, lebih baik aku ikuti saja permainannya. Anggap saja aku sudah tertidur, lalu saat pagi aku akan membalasnya "Maaf aku ketiduran".
Mantap! Masalah sudah selesai.
Sepertinya aku harus melatih skill mengetik dan mengirim SMS. Kalau begini terus aku akan dianggap tertidur setelah mengirim satu atau dua SMS, dan tentu saja itu tidak baik untuk rencanaku.
Ya, rencanaku mendekati Aida dan membuatnya menjadi pacarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Image Change [COMPLETED]
RomanceRey Razak memiliki tubuh yang gempal, saat SMP dia dijauhi dan dijadikan bahan ejekan oleh orang-orang sekitarnya. Karena itu, Rey memutuskan untuk merubah bentuk tubuhnya. Setelah UN, dia menggunakan waktu itu untuk diet ketat dan berolahraga agar...