7.5

39 5 2
                                    

Image Change

BAB 7 : Tujuan Baru

Bagian 5

MyoueMoo

--------------------------------------------------

Seperti janjiku pada Leisha kemarin, begitu sampai sekolah aku langsung menuju ruang guru untuk meminta formulir pendaftaran OSIS. Aku mengetuk pintu sebelum membukanya, dan begitu kubuka. "Oh, ada apa Rey?" tanya Bu Melati yang sedang merapikan berkas-berkas yang ada di meja kerjanya. Sekarang masih pukul 6:32, aku terkejut bisa melihat Bu Melati di jam seperti ini, padahal kalau mengajar dia selalu datang telat.

"Aku mau minta formulir pendaftaran anggota OSIS Ma'am."

Mengetahui alasanku datang ke sini, Bu Melati menunda apa yang sedang dia lakukan dan pergi ke sebuah kabinet yang ada di pojok ruangan. Bu Melati membuka dan memeriksa isi kabinet itu satu persatu, lalu dia mengambil selembar kertas dari sana dan membawanya ke mesin foto kopi.

"Kenapa kamu mau masuk OSIS, Rey?" tanya Bu Melati saat sedang mencetak salinan formulir. Aku mengangkat bahu. Kalau ditanya kenapa, aku juga tidak tahu. Aku hanya ingin punya sesuatu yang bisa dikerjakan, tidak menjalani hidup tanpa tujuan. Itu saja. "Ibu tidak tahu alasanmu memutuskan untuk bergabung sama OSIS, tapi, Ibu pikir itu bukanlah keputusan yang buruk. Semenjak rumor itu, Ibu yakin lingkunganmu banyak yang berubah," Bu Melati melontarkan senyum meledek sebelum mengatakan "bahkan kamu sendiri berubah Rey."

Bu Melati tidak tahu masa laluku, jadi wajar saja kalau dia bisa bilang seperti itu. Andai saja dia tahu, Bu Melati pasti akan mengatakan hal yang sebaliknya seperti "Kenapa kamu tidak pernah berubah, Rey" lalu mentertawaiku karena aku selalu sendirian di pojokan.

"Hahaha..." tawaku mengejek diriku sendiri, "tidak ada yang berubah dariku Ma'am, aku masih sama seperti dulu."

"Masa sih?" celetuk Bu Melati tidak mempercayai ucapanku. Setelah menyalin formulir, Bu Melati menghampiriku dengan kertas hangat yang baru saja keluar dari mesin foto kopi. "Ngomong-ngomong, kamu sudah baikan belum sama mereka?"

Mereka yang dimaksud Bu Melati sudah pasti ketiga begundal itu, lagian siapa lagi orang yang dekat denganku selain mereka? Tidak ada. Memang sebelum rumor itu aku bisa bergaul dengan semua orang, tapi ya, hanya sebatas kenal, tidak lebih dan tidak kurang.

"Baikan? Memangnya kami berantem Ma'am? Kami enggak ada apa-apa kok." Atau lebih tepatnya kami sudah tidak memiliki hubungan yang bisa diperbaiki, karena aku sudah memutusnya pada hari itu.

Bu Melati tersenyum masam mendengar jawabanku, lalu "Rey, do you fear of rejection?" tanyanya sambil menyodorkan formulir dengan wajah yang sangat serius, matanya menatap langsung padaku seperti ingin mengintip apa yang sedang kupikirkan. Aku ingin sekali memalingkan mataku darinya, tapi sialnya tidak bisa, tubuhku mematung. "Nope, more than that, I think you have serious trust problem, right?" lanjutnya sambil menepuk bahuku. "Tapi ya, mau bagaimana lagi? Anggap saja rumor itu hanyalah bualan..." Bu Melati berhenti sebentar melihat reaksiku, dan tentu saja aku membuat wajah tolol seolah tidak tahu apa yang Bu Melati bicarakan, "apa yang akan kamu lakukan Rey? Apa kamu ingin membeberkan kebenarannya?"

Aku tidak tahu kenapa Bu Melati mengatakan hal semacam itu, dan aku juga tidak mau tahu kenapa dia mengungkit hal yang menurutku sudah kubiarkan berlalu. Terlebih dari itu, aku tidak mau terikat rumor murahan yang dibuat Si Cabe-cabean. Aku ingin segera melupakannya, sejam, semenit, bahkan sedetik lebih cepat sekalipun kalau bisa.

Aku mendengkus. "Huh! Aku bukan orang yang suka berandai-andai tetang masa lalu Ma'am. Lagi pula, kebenaran rumor itu bukanlah masalah, yang jadi masalah adalah mereka percaya atau tidak? Kalau iya, maka itu akan menjadi kebenaran buat mereka. Kalau tidak? Ya sudah, aku tidak peduli," jawabku saat mengambil formulir OSIS.

Image Change [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang