Image Change
BAB 8 : Aku Bukan Musuhmu
Bagian 5
MyoueMoo
--------------------------------------------------
"Gawat, gawat, gawat!" itulah yang terus aku teriakan selagi menggoes sepeda secepat mungkin. Kakiku terasa kaku layaknya kayu, napasku yang memburu membuat dadaku sesak, dan sekujur tubuhku mengeluarkan keringat dingin yang sangat tidak menyenangkan. "Ini benar-benar tidak lucu. Bagaimana mungkin aku kesiangan disaat-saat penting seperti ini? Bodoh!" caciku pada diri sendiri.
Setelah menggoes secepat mungkin dengan putus asa, akhirnya aku melihat gerbang sekolah. Namun, jelas sudah ada banyak kendaraan yang terparkir di parkiran, yang artinya aku datang terlampau telat untuk membantu persiapan Class Meeting. Terlebih, saat ini sudah jam setengah delapan, kalau hari biasa, gerbang mungkin sudah ditutup. Tapi, karena kegiatan sekolah pada minggu ini hanya Class Meeting, para siswa dibebaskan keluar masuk lingkungan sekolah.
Begitu memarkir sepeda, aku bergegeas ke ruangan OSIS. Aku tidak tahu apa yang akan Leisha ucapkan padaku saat aku sampai, mungkin dia akan bilang "Baru datang? Dasar pemalas" dengan nada ketus, atau "Aku tidak butuh anggota pemalas sepertimu" sambil mengusirku. Baru membayangkannya saja, sudah membuatku takut. Apa ini yang dirasakan ayah saat telat datang ke kantor? Apa ini yang dirasakan para budak korporat? Sial, aku masih terlalu muda untuk merasakan hal seperti ini!
Saat dalam perjalanan ke ruangan OSIS, aku melihat lapangan sudah dipersiapkan dengan sempurna. Mulai dari tenda, meja dan kursi untuk komentator, pengeras suara, gawang futsal portabel, dan papan skor sudah berada di tempatnya. Melihat itu, aku mempercepat langkahku.
Tidak lama kemudian, aku sampai di depan ruangan OSIS. Dari depan pintu aku bisa mendengar Asiana mengatakan "Aku sebenarnya tidak mau dititipkan hal semacam itu, tapi Favian terus memaksaku buat bilangin itu ke kau, Leisha. Jadi, daripada aku harus diganggu terus, mending aku terima aja biar dia berhenti," gerutu Asiana. Dia mengatakan itu dengan cukup kencang, makanya aku yang berada di balik pintu pun bisa mendengarnya.
Dititipkan hal semacam itu? bilang itu ke kau? Apa yang sebenarnya ingin Favian katakan ke Leisha? Kenapa dia tidak mengatakannya langsung? Kenapa dia menitipkannya ke Asiana? Secara yang kita bicarakan di sini itu Favian, mana mungkin ada cewek yang tidak mau berbicara dengannya, kan? Selain wajah dan tubuhnya yang mendukung, dia juga bintang dari ekskul sepak bola. Ditambah dengan sifatnya yang ramah dan murah senyum, aku yakin semua cewek di sekolah ini bisa dia pacari dengan mudah. Mungkin? Aku juga tidak tahu sih.
Semakin aku pikirkan, Favian terlihat semakin tidak nyata. Dia terlalu sempurna untuk berada di dunia ini. Baik wajahnya yang tampan atau tubuhnya yang proporsional, sifatnya juga sangat tidak masuk akal bagiku. Lagian mana mungkin ada orang yang bisa ramah dan tersenyum setiap hari? Tidak mungkin. Soalnya pasti ada saja hari buruk yang akan membuat dirimu merasa jengkel dan kesal. Namun sialnya, aku tidak pernah menemukan ekspresi semacam itu di wajah Favian seakan dia tidak pernah mengalami hari yang buruk. Padahal aku yakin dia sering mengalami hari yang buruk, terutama saat dia beradu mulut atau berselisih dengan Andika.
Aku menggelengkan kepala berusaha mengusir Favian dari kepalaku, dan kembali memfokuskan pikiranku ke persiapan Class Meeting yang tidak lain kewajibanku sebagai anggota OSIS. Lalu aku memegang gagang pintu dan memutarnya. Saat aku mendorong pintu, aku teringat sesuatu, aku belum mengetuk pintu. Aku yakin Leisha akan menegurku karena itu.
Mendengar pintu yang terbuka, Asiana dan Leisha melihat ke pintu. Sebelum mereka mengatakan sesuatu atau menegurku, aku lebih dahulu mengucapkan "Maaf! Aku kesiangan!" dengan suara yang cukup keras untuk menunjukan keseriusanku. Kalau tidak seperti itu, aku takut mereka tidak percaya dan menuduh yang tidak-tidak.
Napasku masih belum kembali normal, keringat terus bercucuran dari tubuhku, ditambah kepalaku agak pusing karena kekurangan oksigen, ini bukanlah sesuatu yang biasanya aku lakukan. Kenapa aku melakukannya sampai seputus asa ini? Apa karena aku telat? No! Karena tanggung jawabku sebagai anggota OSIS? No! Lalu apa? Apa karena aku tidak mau mengecewakan Leisha? Atau aku tidak mau dia berkerja sendirian seperti halnya dia yang mengurus semua pekerjaan OSIS sebelum aku bergabung? Entah, aku tidak tahu. Tubuhku bergerak sendiri, hanya itu yang aku tahu.
"Di luar hujan Rey?" tanya Asiana. Seingatku sih enggak, malah cerah sekali. Aku menggeleng. "Terus kenapa baju kau bisa basah begitu? Kau habis disiram?"
Aku menunduk melihat tubuhku, seperti apa yang Asiana bilang, seluruh kemejaku basah kuyup seperti habis mandi. Aku sama sekali tidak menyadari kalau keringatku akan sebanyak ini. Aku membuka tasku, lalu mengeluarkan handuk olahraga. "Aku ngegoes sepeda ngebut gila tadi, makanya sampe begini," kataku selagi membasuh keringat yang ada di wajahku.
"Ngomong-ngomong Rey, kau pernah ikut ekskul?"
Aku menggeleng menjawab pertanyaan Asiana. "Kenapa emangnya?"
Asiana memalingkan wajahnya dariku. "Enggak, aku cuma kaget aja tubuhmu lumayan bagus," ucapnya sambil malu-malu.
Gimana tubuhku enggak bagus? Aku diet ketat dan olahraga mati-matiin selama tiga bulan. Kalau tidak menghasilkan apa-apa, untuk apa aku bersusah payah? Yah, meskipun alasanku memiliki tubuh bagus sudah sirna karena kehidupan SMAku tidak akan bisa kembali normal. Tapi, setidaknya aku masih memiliki hasil jerih payahku ini.
Dan Asiana bisa melihat bentuk tubuhku dari balik seragam yang basah kuyup ini karena saat ini aku tidak memakai kaus dalam, makanya kemejaku melekat pada tubuhku. Kenapa aku tidak memakai kaus dalam? Karena aku telat bangun dan dikejar waktu makanya aku lupa memakainya. Aku bukannya narsis atau apa, tapi kalau Asiana mau melihat tubuhku, aku pasti akan membuka kemejaku sekarang juga. Tanpa keraguan sedikitpun!
"Apa alasanmu datang telat, Rey?" celetuk Leisha dengan nada datar, dingin, judes, dan tanpa ampun. Mata Leisha memang tertuju pada dokumen yang sedang dia pegang, tapi aku bisa merasakan kalau dia sedang mengintimidasiku!
Kalau aku jawab yang sebenarnya, Leisha pasti bakalan marah. Namun aku juga tidak berani berbohong, soalnya aku buruk dalam hal itu. "Err... Aku... Aku telat bangun..." kataku sambil cengengesan dan menggaruk belakang kepalaku seperti orang tolol.
"Oh," respon Leisha singkat.
"Eh? Kok datar banget?" ucapku keceplosan karena tidak menduga hal itu. Soalnya aku sudah bersiap untuk menerima kata-kata tajam atau teguran dari Leisha, tapi sepertinya persiapanku sia-sia.
Leisha menarik napas dalam-dalam, lalu mengalihkan matanya dari dokumen untuk melihatku. "Kamu berharap apa dariku? Atau kamu mau aku tegur? Iya?" Aku memilih bungkam daripada membuat situasi menjadi lebih buruk. Leisha mengembalikan pandangannya ke dokumen dan bilang "Lebih baik kamu bantu Kak Ahmad yang sedang mendekorasi kelas kosong yang ada di dekat Lab Kimia, kelas itu akan dipakai buat lomba pidato besok," lanjutnya.
"O-oke!" Setelah menjawabnya, aku menaruh tas di atas meja, dan bergegas menuju kelas yang Leisha maksud untuk membantu Kak Ahmad.
-------------------------------------------
Habis ini, tersisa satu bagian lagi untuk BAB 8. Dan sehabis BAB 8, aku mau vakum dulu karena sibuk untuk persiapan tujuh belasan. Karena itu aku takut enggak bisa mastiin tiap minggu bisa update atau enggak, makanya daripada nggak ada kabar, mending aku umumin dari sekarang. Tapi, aku pastiin minggu depan bisa update, soalnya udah hampir selesai aku buat.
Aku mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan aku usahakan akan kembali secepatnya!
Terima Kasih atas waktunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Image Change [COMPLETED]
RomanceRey Razak memiliki tubuh yang gempal, saat SMP dia dijauhi dan dijadikan bahan ejekan oleh orang-orang sekitarnya. Karena itu, Rey memutuskan untuk merubah bentuk tubuhnya. Setelah UN, dia menggunakan waktu itu untuk diet ketat dan berolahraga agar...