9.2

28 5 2
                                    

Image Change

BAB 9 : Idealisme Konyol Favian Alvaro

Bagian 2

MyoueMoo

--------------------------------------------------

Setelah mengembalikan kunci ke ruang guru dan menutup pintu, aku dikagetkan dengan seseorang yang menutup mataku. Lembut, dan aku mencium bau parfum dari tangannya yang menutup mataku. Selain itu, aku juga merasakan sesuatu yang kenyal menekan di punggungku.

Lalu, orang itu berkata "Tebak, siapa hayo?" dengan ceria.

"Asiana," jawabku.

"Hihihi, ketauan ya?" ucap Asiana saat melepaskan mataku, dan sesuatu yang kenyal itu juga pergi dari punggungku. Benar-benar mengecewakan. "Gimana, kau udah tanya ke Leisha?"

"Be-belum," balasku sambil memalingkan mata. Aku tak berani melihat Asiana karena aku sudah menyia-nyiakan kesempatan yang dia berikan.

Asiana tersenyum kecut dan menatapku seakan bilang "Dasar pengecut!".

Asiana membuang napas malas. "Aku juga udah ngeduga sih, kau pasti tidak akan berani menanyakannya langsung ke Leisha. Kalau begitu, tinggal satu pilihan, kau harus menanyakannya ke Favian."

Seperti yang Asiana bilang, pilihan yang tersisa hanya menanyakannya ke Favian. Tapi, aku sudah memutuskan hubungan dengan ketiga begundal, menyapa mereka duluan terasa sangat sulit untukku. Namun, kalau aku tidak menanyakannya, hal ini akan terus menggangu pikiranku. Dan aku tidak mau itu, aku ingin mengetahuinya secepat mungkin, aku ingin pikiranku kembali tenang!

Saat aku hendak pergi mencari Favian, Asiana bilang "Favian ada di kelas," seperti mengetahui isi kepalaku.

"Makasih, Na."

"Sama-sama," balas Asiana dengan senyum tersungging di wajahnya.

Entah kenapa, aku merasa Asiana berubah semenjak masuk OSIS. Dia jadi lebih ramah dan murah senyum. Aku tidak tahu alasan Asiana berubah karena apa, tapi andaikan Asiana berubah karena dekat dengan Leisha, aku berharap Leisha juga bisa berubah seperti Asiana. Dengan sedikit keramahan dan senyum, aku yakin Leisha tidak akan sulit mendapatkan satu atau dua teman. Pasalnya, dengan sikap Leisha yang judesnya enggak ketolongan seperti sekarang saja Mutia sangat peduli dengannya.

Sayangnya, Leisha tidak peduli dengan dirinya sendiri. Dia malah bersikap tak acuh dan dingin kepada semua orang, dan membuatnya jadi seperti sekarang. Dicap sebagai cewek sombong dan dijauhi karena sikapnya. Leisha harus sadar akan potensi dan nilai dirinya, dia bukanlah orang yang harusnya seperti sekarang. Leisha bisa menjadi orang yang lebih dari ini, dia bisa menjadi orang yang dikagumi banyak orang.

Tapi, karena Leisha yang seperti itulah aku mengaguminya. Dia tidak akan membuat perasaan lawan bicaranya nyaman, dia tidak peduli lawan bicaranya tersinggung atau tidak, Leisha pasti akan mengutarakan apa yang sebenarnya dia pikirkan. Tidak ada kebohongan dan kata-kata manis yang dirangkai, hanya ada kejujuran.

"Katanya mau cari Favian?" teguran Asiana menyadarkanku dari lamunan.

"A-ah, iya, aku pergi dulu," pamitku sebelum meluncur menuju kelas 10-6.

Beruntung, saat dalam perjalanan aku melihat Favian sedang berjalan di lorong. Aku mempercepat langkahku untuk mengejar Favian, lalu saat aku hendak menyapanya, segerombolan cewek dari kelasku menghampiri Favian lebih dahulu. Mereka layaknya lalat yang baru saja menemukan makanan. Pemandangan seperti itu tidak asing buatku yang sekelas dengan Favian, tapi tetap saja, itu membuatku jengkel.

Image Change [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang