8.3

33 4 11
                                    

Image Change

BAB 8 : Aku Bukan Musuhmu

Bagian 3

MyoueMoo

--------------------------------------------------

Saat bel pulang sekolah berbunyi, biasanya aku akan menunggu sebentar sampai lumayan sepi lalu pulang. Tapi berhubung aku sudah masuk OSIS, aku tidak bisa langsung pulang. Ditambah Leisha bilang "Sepulang sekolah langsung ke ruangan OSIS", ya mau tidak mau aku harus mengangkat pantatku dari kursi dan meluncur ke sana sesegera mungkin. Walaupun aku ogah berjalan di lorong yang masih ramai. Kenapa? Karena aku tidak mau diberi tatapan menjengkelkan. Memang sudah hampir dua bulan semenjak rumor itu beredar, tapi tidak ada jaminan mereka lupa dengan rumor itu, kan?

Begitu bangkit dari kursi, Asiana menghampiriku dengan wajah yang kurang bersahabat. Matanya melotot, dan alisnya mengkerut mengumpul di tengah. Aku bertanya-tanya apa yang sudah kulakukan? Apa aku sudah melakukan sesuatu yang membuat Asiana marah? Namun seingatku sih enggak? Mungkin?

Selagi aku memikirkan alasan kenapa Asiana memasang wajah seperti itu, dia sampai di depan mejaku. "Kau masuk OSIS?" tanya Asiana judes. Asiana memang tomboi, namun dia tidak pernah membuat nada seperti ini. Ada apa sebenarnya? Aku memberikan anggukan sebelum Asiana memukulku. Asiana memejamkan matanya sambil manggut-manggut, lalu "Oke, oke, aku tahu ini akan sulit. Tapi, aku tidak mau menyerah begitu saja" ucapnya entah pada siapa. Setelah mengatakan hal tidak jelas, Asian pergi begitu saja.

Serius, ada apa sih sama dia? Lagi bulannya kah? Kalau iya, aku tidak heran.

Tak mau ambil pusing kelakuan Asiana, aku bergegas keluar. Di depan kelas ada Favian dan Rifki yang berkumpul di meja Andika. Melihatku yang hendak keluar, Favian melontarkan senyum keramahannya padaku. Sedangkan Rifki, dia bilang "sampai jumpa, Rey" begitu aku hendak melewati mereka.

"Mmhm," responsku saat melewati mereka.

Saat di lorong, aku bisa mendengar Andika mengatakan "Kalian udah baikan sama dia?!" dengan nada yang cukup tinggi. Dari cara dia mengatakan itu, sepertinya Andika tidak setuju dengan Favian dan Rifki yang berhubungan denganku lagi. Ya, mau bagaimana lagi? Aku orang yang memutuskan pertemanan dengan mereka, jadi wajar saja kalau Andika tidak setuju. Misal aku berada di posisi Andika, aku pasti akan merasakan hal yang sama.

Sesampainya di depan ruangan OSIS, aku memegang gagang pintu dan memutarnya. Namun, begitu aku dorong, pintunya tidak bergerak, yang artinya masih terkunci. "Kayanya aku dateng terlalu cepat," gumamku. Tidak mau berdiri di depan pintu terus seperti orang tolol, aku mencari tempat duduk selagi menunggu Leisha datang. Aku membuka tas dan mengambil sebuah novel komedi berjudul "Poconggg Juga Pocong" karya Arief Muhammad. Aku tidak bermaksud promosi atau apa, lagian aku juga tidak dibayar.

Selagi asik membaca, aku mendengar suara kaki mendekat disusul dengan nada ketus yang sangat familier. "Kamu tidak pernah berubah ya, kalau lagi membaca novel pasti terlihat menjijikan," ucap Leisha tanpa ampun.

"H-hah?!" Tenanglah! Aku tidak menjijikan, masa iya hanya karena membaca novel bisa terlihat menjijikan?! Itu tidak logis! "A-apa maksudmu menjijikan? Me-memangnya salah membaca novel?"

Leisha menggeleng. "Enggak, membaca novel enggak salah. Tapi senyum cengengesan yang ada diwajahmu itulah yang salah dan menjijikan."

Mendengar itu, aku meraba wajahku. Dan benar saja, seperti apa yang Leisha katakan, aku memasang wajah cengengesan tanpa aku sadari. Sialan! Aku benar-benar terlihat seperti orang tolol! Oke, mulai hari ini aku tidak akan membaca novel komedi di tempat umum lagi. Dan jangan-jangan, saat SMP aku dilihat dengan tatapan jijik bukan karena tubuhku? Tapi karena aku sering cengengesan kaya orang idiot saat sedang membaca novel di dalam kelas? Tidak, kalau itu sih pasti gegara tubuhku yang gendut dan sering berkeringan sampai bajuku basah kuyup seperti sehabis mandi. Itu sudah jelas, tak perlu dipertanyakan lagi.

Image Change [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang