13.1

12 3 4
                                    

Image Change

BAB 13 : Mereka Tahu Dari Awal

Bagian 1

MyoueMoo

--------------------------------------------------

Karena besok hari Valentine, cowok-cowok di kelasku sangat gaduh. Mereka berharap besok mendapatkan cokelat, terutama dari cewek yang mereka suka.

Tak terkecuali Rifki. Sehabis menceritakan kalau Mutia akan membuatkan sesuatu untuknya dihari Valentine, Rifki dari tadi cengengesan seperti orang tolol. Dia pasti sedang membayangkan apa yang akan Mutia berikan kepadanya.

Tapi, ya, aku tidak ada urusan dengan cokelat di hari Valentine. Yang ada urusan denganku adalah hari ulang tahun Sophia yang bertepatan dengan hari Valentine, dan aku belum membelikan kado untuk bocak tengik itu.

"Dik, Rif, Vian, aku pulang duluan," pamitku.

"Ouh!" sahut Andika.

"Hati-hati di jalan, Rey," balas Favian.

Sedangkan Rifki, dia masih berada di dalam hayalannya membayangkan apa yang akan Mutia berikan besok.

Untung kau temanku, kalau bukan, pasti sudah aku katain! Dasar lovebird!

Tidak langsung pulang, aku pergi ke toko kado yang tidak jauh dari sekolah. Tokonya cukup besar dan lumayan banyak pilihan, meskipun tetap lebih baik membeli kado di mall sih. Selain lebih lengkap, mall harganya sedikit lebih murah daripada di sini. Tapi, aku sedang malas jauh-jauh pergi ke mall, makanya aku memilih tempat ini.

Begitu masuk ke dalam toko, aku disambut gerombolan cewek SMP. Mereka berkumpul seperti ingin merampok si Mbak Kasir. Namun, dengan raut ramah dan senyum yang tersungging di wajahnya, si Mbaknya menghendel mereka seperti bukan masalah besar. Melihat itu, jelas aku kagum dengan si Mbak Kasir dan memberikan tepuk tangan yang meriah di dalam hayalanku.

Ya, di dalam hayalan, aku tidak benar-benar bertepuk tangan. Aku akan terlihat seperti orang tolol kalau aku tepuk tangan beneran hanya karena hal semacam itu.

"Permisi," ucapku ke ke bocah-bocah SMP yang berkumpul di depan kasir karena menghalangi jalan masuk. Tapi tidak efektif sama sekali, mereka tetap gaduh dan berbicara layaknya di rumah sendiri.

Apa suaraku kurang kenceng?

Saat aku ingin mengulangi ucapanku, aku mendengar sesuatu yang menarik.

"Kira-kira Phiphi kaget ga ya besok kita kasih kejutan?" kata bocah berambut panjang dan terlihat pendiam.

"Mau kaget atau enggak, yang pasti kita harus ceplokin telor ke kepalanya!" ucap bocah tomboi dengan rambut pendeknya yang seperti cowok.

"Bukannya itu berlebihan?" sambar bocah yang penampilannya seperti murid teladan, rapi dan sangat disiplin.

Bocah-bocah itu nampaknya merencanakan sesuatu yang jahat— salah, maksudku menarik.

Phiphi, apa itu sebutan buat Sophia? Selain itu, dilihat dari segaram, sepertinya mereka satu sekolah dengan bocah tengik itu. Dan misalkan mereka memang sedang membahas kejutan untuk ulang tahun Sophia, aku hanya bisa berdoa agar Sophia bisa lolos dari ceplokan telor mereka.

"Permisi," ucapku lagi dengan suara yang sedikit lebih kencang.

Mendengarku, akhirnya bocah-bocah itu bergeser dan memberikanku ruang untuk lewat.

Baiklah, sekarang apa yang harus aku beli untuk Sophia? Di rak kanan ada boneka, dan jam tangan. Sedangkan di rak kiri ada aksesoris rambut, dan cangkir.

Image Change [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang