11.3

20 4 8
                                    

Image Change

BAB 11 : Antara Kebohongan Dan Penyesalan

Bagian 3

MyoueMoo

--------------------------------------------------

Setelah Leisha berkonsultasi tentang usulnya ke Bu Melati, dan Bu Melati membicarakannya dengan Tata Usaha. Hasilnya tidak buruk, Bu Melati bilang pihak sekolah memberikan lampu hijau pengadaan anggarannya jika memang tidak berlebihan dan seluruh pengeluaran terperinci dengan jelas.

Untuk anggaran maksimum, setiap kelas diberikan sebanyak lima ratus ribu rupiah. Namun itu semua tidak langsung diberikan, setiap kelas harus membuat proposal stan atau penampilan apa yang akan lakukan di Dies Natalis nanti. Di dalam proposal, harus ada rincian anggaran yang akan mereka gunakan. Kalau anggarannya berlebihan dan banyak yang tidak perlu, jelas kami— OSIS akan menyuruh mereka untuk merevisinya.

Lagi pula, coba bayangkan saja. Setiap kelas lima ratus ribu rupiah, dikali sembilan belas kelas. Berapa jadinya? Sembila juta lima ratus. Itu bukanlah nominal yang sedikit. Maka dari itu, aku yang baru tahu jabatanku sebagai Bendahara merasa sangat tertekan. Kampret!

Tapi sebelum itu, kami harus membawa ini ke rapat dengan para ketua kelas terlebih dahulu. Dan sekarang, rapatnya tengah berlangsung. Aku duduk dengan bodohnya di samping Leisha yang sedang menjelaskan usulnya. Untuk Asiana, dia memang anggota OSIS, tapi dia juga seorang ketua kelas. Jadi dia berada di posisi peserta rapat dengan para ketua kelas lainnya.

Selain itu, entah kenapa Bu Melati datang pada rapat kali ini. Dia duduk di pojok ruangan sambil menyilangkan tangannya.

Ada angin apa tiba-tiba? Emangnya Bu Melati tidak sibuk sama kelas 12? Aku yakin sih sibuk. Pasalnya, saat ini semua guru sedang sibuk mempersiapkan kelas 12 yang akan menghadapi UN.

Mungkin karena aku menatapnya terlalu lama, Bu Melati menyunggingkan senyumnya padaku. Aku memberikan anggukan sebagai balasan.

"Seperti itulah, aku harap kita bisa membuat Dies Natalis lebih meriah. Kalau ada pertanyaan atau masukan, katakan saja," tutup Leisha.

Leisha sudah menjelaskan usulnya, dan sekarang para ketua kelas sedang membaca detail usul Leisha di berkas yang sebelumnya sudah aku bagikan.

Aku yakin rapat kali ini akan jauh lebih lama dari biasanya, keluhku dalam batin.

"Menurutmu bagaimana, Rey? Apa kamu pikir mereka akan setuju?" tanya Leisha bisik-bisik.

Aku mengangkat bahuku karena tidak mau menjawab pertanyaan yang sudah jelas. "Kamu juga bakal tau sehabis pemilihan suara, tunggu aja."

"Un, tapi aku mau tahu pendapatmu."

Apa ini? Apa Leisha tidak percaya diri dengan usulnya? Ke mana rasa percaya diri Leisha yang biasanya sangat tinggi?

"Gimana?" sambung Leisha sambil menatapku lekat-lekat. Matanya menunjukan rasa ingin tahu yang sangat besar, rasa ingin tahu yang tidak bisa aku lawan, bahkan membuatku tersedot ke dalam tatapannya.

"U-um... Me-menurutku mereka bakal setuju aja sih," jawabku terbata-bata seperti orang tolol.

Kenapa aku jadi gagap?!

"Aku harap juga begitu," balas Leisha dengan sedikit lekukan di ujung bibirnya.

Lima menit berlalu, baik aku ataupun Leisha, kami yakin para ketua kelas pasti sudah selesai membaca berkasnya.

"Apa kalian sudah membacanya?" tanya Leisha, dan para ketua kelas memberikan anggukan. "Kalau begitu, untuk yang setuju dengan usul OSIS, harap acungkan tangan kalian."

Image Change [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang