[ Part 9 ] Mereka Tahu

66.4K 6.4K 151
                                    

Hi lov <33

Siap baca part ini?

Jangan jadi sider ya. Selalu kasih dukungan dengan voment😉

|🌹HAPPY READING🌹|
.
.

"Terkadang takdir Tuhan memang tak selalu memihakmu. Tapi ketahuilah bahwa rencana Tuhan akan indah pada waktunya."

---------------


"Kenapa lo bawa dia ke sini?" tanya Kevan pada saudara kembarnya itu.

Saat ini mereka masih berada di ruang tengah. Genan mengangkat minuman kaleng yang ia ambil dari kulkas lantas meneguknya. Selepas Kevan mengantarkan Nara ke kamar Almira, pemuda itu langsung datang padanya dan menatapnya dengan tatapan mengintrupsi. Mempertanyakan kenapa gadis bernama Nara bisa mampir ke rumah itu.

"Bukan gue."

"Ck! Lo tuh-"

"Mamah." Genan meletakkan kaleng minumnya. "Mamah yang ajak dia masuk."

"Terus kenapa dia bisa sama lo?"

"Panjang ceritanya. Emangnya kenapa sih lo kayak benci banget sama dia. Bahkan beberapa kali lo bertindak kasar sama tuh cewek," tutur Genan.

"Bukan urusan lo. Lo nggak perlu ikut campur, " tekannya.

"Hm. Tapi setidaknya jangan tunjukin sisi buruk lo di depan Mama. Kayak tadi, lo hampir dorong cewek itu."

Sisi buruk? Jangan sampe Mamah tahu kalo gue hamilin tuh cewek. Batin Kevan waswas dengan tangan saling bertaut erat.

Dalam beberapa menit hanya sunyi yang menguasai ruangan tersebut. Genan melangkah menuju toilet. Sedang Kevan masih setia melamun memikirkan rencana bagaimana agar Nara tutup mulut. Sejujurnya Kevan yakin bahwa gadis itu akan tutup mulut karena keduanya sama-sama tak ingin menjalin hubungan rumah tangga. Akan tetapi yang harus segera Kevan lakukan adalah membunuh makhluk hasil benihnya yang bersemanyam dalam perut Nara.

Ting tong!

Kevan berjengit, membuat lamunannya melebur saat terdengar bel rumah berbunyi. Netranya bergulir pada sosok sang Mama yang melangkah cepat keluar guna membuka pintu gerbang.

Selang beberapa saat Kevan dikejutkan dengan Almira yang masuk kembali ke rumah, tapi kali ini tak sendiri. Wanita itu datang bersama seorang dokter. Napas pemuda itu seolah tertahan, giginya menggertak dengan tangan ikut terkepal erat.

"Mah, ke-kenapa manggil dokter segala?"

"Kamu nggak lihat gimana kondisi Nara tadi? Kasihan, jadi Mama panggil dokter buat periksa dia," jelas Almira.

"Buat apa, Mah? Dia bukan anak Mamah. Buat apa Mamah peduli sampe panggilin dokter segala."

"Di mana hati nuranimu, Kev? Nara butuh dokter."

"Mah-"

"Mari, Dok." Almira tak menghiraukan putranya. Dia berjalan bersama dokter wanita itu menuju kamar.

Kevan tak tinggal diam. Dia membuntuti mereka dengan geraman kesal yang tertahan. Namun mendadak langkahnya dihadang oleh Genan yang baru keluar dari toilet.

"Ck, minggir!"

"Gue curiga," tukas Genan dengan salah satu tangan masuk ke saku celananya.

"Maksud lo?"

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang