[ Part 27 ] Bukan Tuduhan

63.1K 5.9K 670
                                    

Hai!

Seperti biasa jangan lupa ramein. Jangan jadi silinders eh siders alias pembaca ghoib😔


Part ini banyak. Bacanya pelan-pelan aja biar nggak ada yang terlewat soalnya di part ini ada ...

Jangan lupa vote dan komen!

SPAM '💚' yang banyak 👉

|🌹HAPPY READING🌹|

.
.

Semburat sinar mentari sudah mulai timbul. Perempuan yang terduduk di lantai balkon dengan menelungkupkan kepalanya pada lututnya itu mendongak. Nara menatap sinar mentari di ufuk timur yang belum begitu menyorot menandakan hari memang masih benar-benar pagi.

Lantas pandangannya beralih pada pintu balkon yang terbuat dari kaca itu. Nara mendengus kasar mengingat perilaku Genan semalam yang menyuruhnya tidur di balkon. Tanpa bantal ataupun selimut. Melainkan hanya ditemani dinginnya angin malam yang menusuk kulit. Belum lagi Nara semalam tidur dengan posisi duduk sembari memeluk tubuhnya yang kedinginan, hal itu membuatnya merasa pegal.

Dengan perlahan perempuan itu bangun, lalu meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Kemudian Nara berjalan ke arah pintu balkon yang terbuat dari kaca itu. Matanya membelak saat melihat Genan masih nyenyak tertidur dengan keadaan shirtless alias telanjang dada.

Ia semakin kaget saat terlihat tato burung gagak di sebelah dada kiri Genan semakin tampak jelas di penglihatannya. Melihat tato itu membuat Nara teringat akan sesuatu. Nara juga tahu bahwa Genan juga memiliki tato yang sama di pergelangan tangannya.

Nara mulai mengetuk pintu dan berharap Genan segera membukanya. "Genan! Buka!" teriaknya.

Nara menghentakkan kakinya kesal saat menyadari tak ada respon dari suaminya itu. Ia tak menyerah. Nara terus mengetuk pintu kaca itu berulang kali sembari meneriakkan nama Genan.

"Genan! Bangun, buka pintunya!"

Setelah berusaha cukup lama, Nara akhirnya tersenyum dan bernapas lega saat cowok bertubuh bongsor itu menggeliat dalam tidurnya. Lalu perlahan matanya terbuka. Mata sayu Genan yang masih terlihat mengantuk beradu pandang dengan mata kecoklatan Nara yang menatapnya tajam.

"Cepetan buka!" sorak Nara lagi.

Genan yang masih dalam keadaan berbaring hanya tersenyum miring. Lalu membalikkan tubuhnya membelakangi Nara. Dan lanjut tidur tanpa mempedulikan istrinya yang sedari tadi berteriak. Sebenarnya Genan tak mendengar Nara berteriak karena kedap suara. Yang ia lihat hanya gerak-gerik mulut Nara dan tatapan tajamnya yang menyuruh membukakan pintu.

Sedangkan Nara tentu semakin kesal. Nara menggertak jengkel sembari menatap punggung tegap Genan yang tak terbungkus pakaian. Ingin sekali ia memecah kaca pembatas yang membentang lebar itu, tapi sepertinya tidak mungkin ia berani melakukannya. Terlau nekat.

Nara memutuskan berbalik, pandangannya mendongak menghadap ke langit pagi. Semilir angin seketika membuat tubuhnya meremang karena kedinginan. Nara memutuskan untuk duduk di sofa mini berwarna merah yang ada di sana.

"Genan gila," kesalnya seraya mendudukkan dirinya di sofa itu.

Sembari menunggu Genan bangun, Nara memejamkan matanya sembari menikmati kicauan burung dan sinar mentari yang mulai menyorot.

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang