[ Part 31 ] Peduli

68.7K 6.2K 843
                                    

Terimakasih sudah menunggu cerita ini update ヾ(^-^)ノ

Silahkan pencet bintang kejora dulu di pojok kiri bawah tuh. Kasihan jangan dicuekin😩

Ramaikan komentar tiap paragraf dong
(´༎ຶ ͜ʖ ༎ຶ ')

|🌹HAPPY READING🌹|

.
.

Kembalinya Nara disambut baik oleh Opa Deo, hanya pria itu. Selebihnya hanya menatapnya sinis dan tak suka. Malam ini Nara kembali ikut makan malam bersama mereka. Lagi - lagi dia merasa canggung saat semua pasang mata menatapnya. Kecuali Genan, karena lelaki itu belum turun.

"Nara, kenapa kamu meningglkan rumah ini?" tanya Opa Deo.

Gadis yang ditanyai tetap diam tak menjawab. Justru pandangannya menunduk. Melihat hal itu Opa Deo menghela napas. Mungkin Nara mempunyai alasan tersendiri kenapa dia mendadak kabur selama beberapa minggu.

"Apa karena Genan bersikap kasar padamu?"

Nara mendongak menatap pria tua itu. Dia tak menjawab ataupun mengangguk, tapi dari sorot matanya seolah berkata 'iya'.

Opa Deo yang mengerti tatapan itu raut wajahnya berubah seketika. Kemudian atensinya beralih pada Genan yang kini menghampiri meja makan dan duduk di sebelah Nara. Genan yang merasa sang kakek menatapnya pun hanya melengos tak peduli.

"Genan, sekali lagi Opa lihat kamu bersikap kasar pada istrimu, maka kamu harus terima akibatnya. Opa tidak main-main kali ini," ujarnya dingin yang seketika membuat suasana menjadi tegang.

"Hm," dehemnya menanggapi. Sang Opa sedikit kesal karena tanggapan cucunya itu.

"Katakan dengan sungguh-sungguh kalau kamu tidak akan bersikap kasar lagi pada Nara!" titah Opa Deo lagi.

Genan menatap pria berumur itu, kemudian beralih menatap Nara yang terlihat tegang. Begitupun dengan anggota keluarganya yang tak berani mengucap sepatah kata. Aura dari kakek itu mampu membungkam semuanya.

"Iya, Genan berjanji tidak akan bersikap kasar sama Nara," kata Genan,"untuk saat ini," lanjutnya dalam hati.

"Opa pegang ucapanmu. Jika kamu melanggar, maka bersiaplah menerima penyesalan," tukas Opa Deo.

"Dan ... kalian juga jangan ada yang bersikap kasar pada Nara. Hargai dia sebagai menantu kalian di sini," kini ucapan Opa Deo ditujukan pada Damara dan Clara. "Kamu juga Deya, hargai Nara sebagai kakak iparmu," imbuhnya pada Deya.

Ketiganya mengangguk canggung meski terpaksa.

Setelah suasana tegang itu, makan malam pun dilanjutkan dengan khidmat dan hening.

•••

Selesai makan malam, Nara menaiki tangga menuju kamar. Dia tampak bimbang saat kini sudah berdiri di depan pintu. Ada dua pintu di hadapannya, menandakan ada dua kamar. Satu kamar adalah milik Genan, dan satunya lagi adalah kamar sebelah yang dulu ia tempati.

Nara masih bingung harus tidur di mana. Apakah di kamar Genan? Jujur dia masih takut dan tentunya akan canggung jika tidur bersama Genan.

Dan pada akhirnya Nara memutuskan menghampiri kamar sebelah. Hendak membuka pintu, tapi langsung terhenti saat tangan kekar menahan lengannya. Otomatis Nara menoleh ke belakang dan mendapati Genan lah yang mencekalnya.

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang