[ Part 24 ] Kecewa

63K 5.9K 286
                                    

Omo... Target sudah terpenuhi. Bahkan komennya sangat melebihi dari target. Thank you😍🎉

Oke sesuai janji aku langsung update.

📌110 VOTE DAN 120 KOMEN LANGSUNG UPDATE NEXT CHAPTER!

SPAM '😗'👉

SPAM '😨' 👉

SPAM '❤' 👉

Jangan lupa follow akun ini juga biar nggak ketinggalan info update!

|🌹HAPPY READING🌹|

.
.

Perempuan dengan air mata berlinang itu melangkah keluar dari rumah berwarna dominan putih. Rumah yang pernah menjadi saksi bagaimana tersiksanya ia selama tujuh belas tahun tinggal di sana. Baginya tak ada rumah yang benar-benar terasa nyaman, entah itu rumah Liam atau Genan. Sama-sama tak ada kehangatan untuknya di sana.

"Nara!"

Teriakan itu seketika membuat langkahnya terhenti. Buru-buru Nara menghapus airmatanya, lalu berbalik menatap sang bunda, kemudian tersenyum. Rasanya ... sangat menyakitkan tersenyum saat batinnya tersiksa seperti ini.

"Iya, Bun?" tanyanya pelan.

Diandra memeluk putrinya erat, wajahnya menyiratkan rasa tak sanggup menatap Nara yang masih berusaha menutupi kesedihannya.

"Jangan dengerin omongan ayah, ya? Ayah cuma--"

"Akhirnya Nara tahu kenapa ayah selalu benci sama Nara," potongnya, diakhiri dengan senyum tipis yang lagi-lagi membuat Diandra merasa sesak melihatnya.

"Maaf, Bunda. Nara pamit, ya. Takut ayah nanti marah lagi. Setidaknya Nara hari ini bahagia sudah menghabiskan waktu sama Bunda walau cuma sebentar."

Lagi-lagi Diandra menatap iba pada Nara. Ada rasa sesak yang menghantam dadanya saat menatap mata sendu putrinya yang tersimpan banyak luka. Diandra tahu bahwa Nara ingin lebih lama di sini, menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya.

"Bunda udah bungkusin kuenya. Dimakan, ya?" Diandra menyerahkan plastik berisi kue yang mereka buat tadi. Nara menerimanya dengan senang hati.

"Makasih, Bunda. Pasti Nara makan," sahutnya. "Nara pamit, ya."

Diandra mengangguk walau rasanya berat. Sejujurnya ia ingin sekali menikmati waktu lebih banyak bersama putrinya itu. "Iya, hati - hati di jalan, ya. Nanti kabarin Bunda pas udah sampe. Jaga kesehatan, jangan sampai sakit, inget sekarang kamu nggak sendiri. Ada bayi yang harus kamu jaga juga," nasehatnya.

Nara mengangguk tipis dan tersenyum, kemudian berjalan menjauh keluar gerbang. Ia tadi sudah memesan ojek online dan sang ojek sudah menunggunya di luar gerbang. Kemudian dengan hati yang berat Nara naik dan meninggalkan Bundanya yang masih menatap kepergiannya dengan tatapan sendu.

Dalam perjalanan pulang, Nara sedari tadi melamun. Selama ini ia selalu mempertanyakan tentang kesalahan apa yang sudah ia perbuat dan mengapa Liam tak pernah menghargai kehadirannya. Padahal jawabannya sudah jelas. Kehadirannya di dunia saja memang sebuah kesalahan sejak awal.

Namun pikiran Nara masih bercabang, kesalahan yang dimaksud di sini masih belum jelas ia ketahui.

Seketika lamunan Nara buyar saat netranya menangkap sosok gadis yang tak asing baginya bersama seorang cowok yang tentu ia kenal. Alexa, bersama Kevan.

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang