Hola... gimana kabarnya?
Makasih banyak atas 10K viewsnya🤓💕
Part ini nggak ada penyiksaan untuk Nara kok. Tenang aja. Paling cuma emosi dikit ○_○✌
VOTE, KOMEN, DAN FOLLOW 💯👍
|🌹HAPPY READING🌹|
.
.
Perempuan berseragam putih abu itu melepas kaitan helm hijau di kepalanya lantas menyerahkan benda itu pada sang pemilik. "Terima kasih, pak," ucapnya pada ojek online.Setelahnya, Nara melangkah masuk pada sebuah rumah megah setelah sebelumnya meminta satpam membuka gerbang.
Ceklek
"Assalamu'alaikum."
Tak ada yang menjawab salamnya. Setelah pintu besar itu ia buka, hal yang pertama kali menyapa retinanya adalah Damara dan Deya yang duduk di sofa ruang tengah sembari berbincang ria. Ayah dan anak itu terlihat asik bergurau dan berbincang hingga tak menyadari kehadiran Nara.
Selain itu Nara juga melihat beberapa orang sedang merias rumah dengan bunga - bunga indah, pita, serta beberapa balon dan hiasan lainnya. Apa akan ada pesta?
"Papah nggak kasih hadiah ulang tahun buat Deya?" tanya Deya.
Damara mengelus puncak kepala putrinya dengan sayang. "Ada dong. Hadiah spesial untuk putri kecil Papah yang cantik ini. Tapi nanti aja Papah kasihnya pas pesta okey?" Deya mengangguk riang lantas memeluk pria itu.
Nara yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum miris. Iri? Mungkin iya. Seumur hidup ia tak pernah mendapat perlakuan manis dari Liam, ayahnya. Setiap Nara ulang tahun pun Liam tak pernah memberi hadiah. Bahkan memberi ucapan 'selamat ulang tahun' saja tak pernah, apalagi memberi hadiah.
Sadar akan mereka yang tak menyadari keberadaannya, Nara pun memutuskan melangkah pergi menaiki tangga. Namun hal itu sontak membuat fokus mereka teralih.
"Heh! Mau ke mana kamu! Sini!" lantang Damara, mertuanya.
Nara tampak bernapas jengah. Akan ada apa lagi ini? Perasaannya mendadak tak enak kala mendengar suara lantang mertuanya itu.
Nara mau tak mau pun maju menghampiri. Namun seperti ada hal yang tak mengenakkan akan terjadi padanya. Sesekali matanya melirik pada kolam renang yang terpampang jelas melalui kaca transparan besar. Beberapa orang juga berada di sana sedang menghias. Sepertinya memang akan ada acara, pikirnya.
"Nggak sopan ya kamu. Main nyelonong aja. Kamu pikir ini rumah kamu? Kamu tuh cuma numpang di sini," sarkas Damara ketus.
Numpang katanya? Apa Nara tak salah dengar? Haha, miris sekali nasibnya berada di keluarga yang tak pernah menghargai kehadirannya.
"Iya maaf. Tadi—"
"Pah!"
Ucapan Nara terpotong saat terdengar suara lantang dari Clara—ibu mertuanya. Wanita itu tampak tergesa menuruni anak tangga dengan wajah paniknya.
"Pah, perhiasan Mamah hilang!" pungkasnya.
"Kok bisa?"
"Ya nggak tahu lah! Biasanya juga nggak pernah hilang," balas Clara. "Aduh gimana ini, nanti malam kan mau Mamah pake pas pesta ulang tahunnya Deya," lanjutnya seraya memegang pelipisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silence Of Tears (TERBIT)
General Fiction📍SUDAH TERBIT! ❝Luka tidak memiliki suara, sebab airmata jatuh tanpa bicara.❞ Keynara Zhivanna, gadis dengan kepribadian jutek dan dingin. Namun, siapa sangka dibalik sikap cueknya dia banyak menyimpan luka. Takdir seolah tak memihaknya saat ia ha...