[ Part 48 ] Usai

109K 8.5K 1.3K
                                    

Met malem...

Siap baca part ini? Part ini puaanjang banget. Sekitar 5K kata lebih, jadi harus diramein🤓

Bacanya pelan-pelan dan santai aja ya..

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, FOLLOW DAN SHARE YA!

📌Tandai Typo!

|🌹HAPPY READING🌹|

.
.

Flashback on

Lelaki dengan keadaan tubuh dan pikiran kacau itu berlari menyusuri koridor rumah sakit. Raut takut dan gelisah tercetak jelas di wajahnya yang sembab. Dalam hati dia terus merapalkan doa pada saudara kembarnya yang saat ini tengah berjuang.

Napas Genan memburu saat sudah sampai di ruangan Kevan. Dia mengatur napasnya sebelum mulai membuka pintu. Di dalam sudah ada keluarganya juga teman-teman Kevan, raut kesedihan terlihat jelas pada wajah mereka.

Pandangannya lalu jatuh pada Kevan yang terbaring dengan banyaknya alat yang terpasang di tubuh lemahnya. Napasnya terlihat sesak hingga ikut membuat dada Genan terasa sesak.

Perasaan Genan benar-benar kacau saat ini. Nara, istrinya sedang berjuang melawan maut, dan kini Kevan pun begitu.

"Kevan pengen ketemu sama kamu, Nan," kata sang papah yang sedari tadi menahan tangisannya.

Genan menghampiri Kevan yang terbaring tak berdaya di bangsal. Dia duduk menatap sendu saudara kembarnya. Dadanya sakit dan sesak melihat kondisi Kevan saat ini. Mereka saudara kembar. Karena itu Genan juga seolah ikut merasakan rasa sakit Kevan saat ini.

"Genan ...," lirih Kevan sembari membuka matanya perlahan.

"Iya gue di sini."

Tangan Kevan terangkat untuk membuka masker oksigennya. Lelaki itu melirik Genan dengan linangan air mata yang bisa jatuh kapan saja. "A-alexa udah pergi ...."

"Hancur dunia gue, Nan," imbuhnya dengan sangat lirih.

Sesak di dada Genan rasakan. Dia tidak bisa membayangkan sesakit dan sehancur apa perasaan Kevan. Saudaranya itu pasti sangatlah terluka.

"Gu-gue juga bakal pergi. Ada satu permintaan terakhir dari gue buat lo."

"Maksud lo apa? Lo nggak akan pergi ke manapun!" tegasnya.

Kevan menarik napasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya. "A-anak gue, dia udah nggak punya ibu. Gu-gue—"

"Dia masih punya ayah, Kev. Lo ayahnya. Lo harus kuat demi dia."

Kevan menggeleng lemah dengan air mata yang meluruh dari matanya. "Gu-gue udah nggak kuat. Sa-sakit, sakit banget."

"Kev, jangan nyerah. Lo pasti kuat, inget anak lo. Dia butuh ayahnya," kata Ghava dengan bibir bergetar.

Kevan memejamkan matanya menahan rasa sakit yang kembali menerjang dadanya. Buliran air mata kembali menetes semakin deras membasahi pipinya. Setelah beberapa saat ia kembali membuka matanya, menatap Genan dengan napas yang terlihat tersenggal.

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang