[ Part 13 ] Satu Kamar

75.9K 6.8K 507
                                    

Hai! Terima kasih sudah mampir💙

Pengennya konsisten update 2 kali seminggu, tapi nggak bisa😔. Susah sekali konsisten krn diriku ini selalu mager😭

Cuss baca. Jangan lupa voment ya lovv😘

|🌹HAPPY READING🌹|

.
.


Takjub. Satu kata itu yang menggambarkan bagaimana kekaguman perempuan itu kala melihat bagaimana tempat tinggal keluarga Deovannes. Ini lebih pantas disebut sebagai mansion! Rumah berwarna dominan putih dan emas itu bahkan tak membuatnya berkedip dalam beberapa saat.

Nara sekaligus dibuat heran mengapa Genan dan Kevan tak tinggal bersama. Bahkan Kevan lebih memilih tinggal bersama ibunya di rumah yang terbilang sederhana itu, dibanding tinggal di rumah bak istana milik keluarga Deovannes.

Lamunan Nara buyar saat laki-laki yang masih memakai kemeja putih dengan lengan digulung itu mulai melangkah memasuki rumah. Genan hanya melangkah lurus ke depan tanpa peduli Nara di sana.

Perempuan yang sudah resmi menikah itu menoleh ke belakang mobil, lebih tepatnya bagasi mobil yang belum terbuka. Menandakan bahwa barang-barangnya masih di dalam sana.

Nara menatap punggung suaminya yang perlahan sudah menghilang, lantas ia menghela napas kasar. Ia berjalan menghampiri bagasi dan membukanya. Bagasi itu terbuka dengan mudah, mungkin Genan sudah membuka kuncinya. Dengan jengkel Nara mengambil kopernya susah payah. Koper itu besar dan tentunya berat. Bahkan masih ada satu tas besar yang berisi perlengkapannya, sekaligus perlengkapan sekolah.

Wanita yang wajahnya masih tersisa polesan make up itu menyeret koper dengan salah satu tangan yang lain menjinjing tas. Namun, baru beberapa langkah Nara dihentikan oleh seorang pemuda berpakaian rapi serba hitam. Ia tak tahu siapa lelaki itu, tapi ia bisa menyimpulkan bahwa pemuda itu adalah pekerja di sini.

"Biar saya bantu, Non."

Tanpa menolak, Nara mengangguk seraya menyunggingkan senyum tipis. "Makasih, Pak."

Memasuki rumah mewah itu Nara kembali dibuat kagum. Namun kekaguman itu sirna begitu saja saat di ruang tengah, keluarga Genan sudah berkumpul. Terhitung jumlah mereka lima orang termasuk Genan. Di rumah sebesar ini hanya dihuni lima orang? Dan beberapa dari mereka menatapnya dengan tatapan yang... merendahkan (?) Tidak dengan Genan yang hanya datar.

"Sini kamu," perintah sang kepala keluarga, siapa lagi kalau bukan Damara Deovannes.

Nara merasa diintimidasi mendapat tatapan seperti itu. Tentu rasanya tak nyaman. Apalagi dia orang baru di sini. Dengan langkah takut Nara ikut duduk bersama mereka di sofa, bersebelahan dengan Genan.

"Kalian berdua malu-maluin keluarga ini!" ketus Damara lantas menatap tajam Nara, "terutama kamu Nara. Beraninya kamu menggoda anak saya hingga hal memalukan itu terjadi."

Nara menghela napas pelan. Lagi-lagi dia yang disalahkan atas semua ini.

"Murahan."

Sungguh rasanya sakit. Nara menoleh pada wanita yang baru saja mengatakan hal demikian. Sudah ditebak pasti wanita itu adalah istri dari Damara atau bisa dibilang ibu tiri Genan. Dari tampangnya saja, ia sudah tahu bahwa Mama Genan tak menyukainya.

Clara Belvita, istri baru Damara. Sekaligus mama tiri Genan. Genan tak begitu menyukai wanita itu, ya bisa dibilang karena Clara telah merebut posisi mama kandungnya.

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang