[ Part 29 ] Teman?

62.2K 6.4K 458
                                    

Met malem...

Update cepet nih. Terima kasih atas keantusiasan kalian. Lop you sekebon😭💚

Sesuai permintaan kalian, aku usahain tiap part bakal panjang. Santay aja bacanya biar bisa menikmati 😎

Vote dan ramein komen ya bestie😎

|🌹HAPPY READING🌹|

.
.

Satu minggu sudah berlalu sejak Nara tinggal di vila. Perempuan itu merasa lebih aman dan nyaman berada di sini. Tak dipungkiri ia juga selalu merasa takut terhadap kedatangan Genan. Tapi setidaknya ada yang melindunginya di sini. Selain itu tempat ini juga jauh dari perkotaan.

Nara berjalan ke arah balkon dengan tangan memegang ponsel yang ia tempelkan pada telinganya. Gadis itu sedang bertelponan dengan Deynal, sang kakak. Cowok itu sekarang sering menghubunginya, entah itu hanya melalui panggilan suara atau video call.

"Gimana hari-hari lo?" tanya Deynal.

"Baik. Lebih baik dari sebelumnya," jawab Nara. "Tapi ...."

"Kenapa?"

"Sedih juga karena nggak bisa lanjut sekolah."

Ya Nara memang tak sekolah selama seminggu, dan mungkin akan bertambah lebih lama. Saat ini Nara ingin menghindar dari Genan, kalau dia pergi ke sekolah dan bertemu cowok itu tentu usahanya akan sia-sia. Ia tak mau suaminya itu menemukan dirinya lalu memaksanya pulang dan berakhir dia akan mendapat siksaan yang membuatnya tertekan.

Untuk itu Deynal menyarankan Nara untuk home schooling. Rasanya cukup menyedihkan karena ia tak bisa menikmati masa SMA nya seperti remaja lain. Hadirnya bayi dalam perutnya membuat Nara dipaksa menjadi dewasa sebelum waktunya.

"Keadaan yang memaksa lo jadi begini," ucap Deynal.

Nara menghela napas, "iya gapapa. Gue bisa apa selain menerima, Kak."

Karena merasa pegal, Nara memutuskan untuk duduk pada kursi yang ada di balkon. Semilir angin menyapu lembut wajahnya, suasana di sini juga sangat tentram dan sejuk. Nyanyian burung dan angin yang bergesekan dengan daun menjadi alunan yang indah. Tidak seperti di kota yang hanya ada suara bising kendaraan dan asap polusi.

"Gue seneng di sini. Kak Kenzo juga baik. Dia sering dateng bawa makanan atau masak buat gue," jelas Nara bercerita.

Di sebrang sana Deynal tersenyum, ia senang setidaknya adiknya itu tidak merasa tertekan.

"Terus mertua lo gimana? Mereka nyari lo, nggak?"

Nara menyandarkan punggungnya supaya lebih nyaman di sofa yang ia duduki. "Enggak. Mereka nggak ada yang peduli."

Mendengar hal itu Deynal marah. Bisa-bisanya orangtua Genan tidak menaruh peduli sama sekali kepada Nara yang notabennya adalah menantunya.

"Keluarga suami lo sama sekali nggak ada yang peduli?"

"Ada, satu orang. Opa Deo."

Nara tersenyum tipis mengingat kebaikan kakek itu. Opa Deo juga akhir - akhir ini sering menghubunginya dan menanyakan keberadaan dirinya. Katanya khawatir. Nara mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan hanya ingin menenangkan pikirannya. Dia berbohong. Padahal tujuan dia kabur bukan hanya untuk menenangkan pikiran tapi lebih dari itu. Nara tak memberi tahu alasannya, dia juga meminta Opa Deo untuk tidak mencarinya.

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang