[ Part 28 ] Pindah

64.4K 5.7K 590
                                    

Anyeong👋

Satu minggu nggak up apakah terlalu lama bagi kalian? 😭

Nggak nyangka ternyata ada yang nunggu cerita ini up😳

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN. FOLLOW AKUN INI JUGA BIAR NGGAK KETINGGALAN INFO UPDATE!

SPAM '🤡' 👉

|🌹HAPPY READING🌹|

.
.

"Kev, woy!” sorak Sagara.

“Alexa,” ucap Kevan masih tetap memandang Mauren dari kejauhan.

Sagara begitupun yang lainnya kompak menatap Kevan dengan pandangan bertanya. Lalu pandangan mereka juga kompak beralih menatap murid baru itu, menatapnya cukup lama dan meneliti wajahnya sembari membandingkan dengan Alexa.

Setelah beberapa saat Aldo menoleh pada Kevan, “mata lo katarak kali, Kev. Tuh cewek sama sekali nggak mirip sama Alexa,” pungkasnya.

“Matanya,” pungkas Marcel. Kompak mereka menoleh lagi pada Mauren dan mengamati matanya, dan benar! Mata gadis itu sangat mirip dengan Alexa.

“Wow, iya anjir. Lo udah punya Alexa, Kev. Matanya doang yang mirip, jangan terpesona lo. Atau lo lagi kangen kali ya? Bucin juga lo,” Sagara tergelak.

Kevan tak menanggapi ucapan Sagara. Ia menunduk lalu kembali menyantap makannya. Sebenarnya para sahabatnya tak tahu kalau ia sedang ada masalah dengan mantan kekasihnya—Alexa, masalah yang cukup rumit hingga membuat Alexa memilih untuk pergi.

“Murung lagi, dah. Lo kenapa, sih, Kev!? Lagi ada masalah sama kembaran lo? Atau sama Alexa?” Aldo berujar.

“Bacot.” Kemudian Kevan beranjak seraya menghirup batang rokok yang ujungnya sudah dinyalakan.

Namun baru beberapa langkah, Kevan dihentikan oleh Ghava yang kebetulan lewat seraya membawa sebotol air mineral dan susu kotak coklat. Kevan menatap datar Ghava saat rokoknya dirampas, dibuang, lalu diinjak oleh cowok itu. Sementara Ghava menatap datar dengan aura kekesalan pada wajahnya.

“Lo beneran mau cepet mati?” tekan Ghava pelan.

“Jangan ngerokok lagi. Penyakitan nggak usah belagu,” lanjutnya kemudian pergi.

Ucapan pedas Ghava seolah menyadarkan Kevan bahwa memang ia memiliki penyakit yang tidak bisa dikatakan sepele. Kevan tertawa sumbang seraya mengacak rambutnya. Kemudian menoleh ke meja kantin di mana para sahabatnya menatapnya heran di sana.

“Kalian nggak denger omongan Ghava, kan?” tanyanya kemudian pergi sebelum mendapat jawaban.

Sementara mereka hanya bisa menatap punggung Kevan yang perlahan menjauh dengan tatapan terheran.

“Gue denger.”

“Gue juga.”

“Kevan penyakitan? Dia sakit apa?”

∆∆∆

Karena masih waktu istirahat kelas masih sepi, hanya beberapa murid yang memilih stay di kelas. Cowok minim ekspresi itu menarik kursi di sebelah Nara lalu duduk.  Kemudian ia menyodorkan satu botol air mineral dan susu kotak rasa coklat di meja Nara.

"Nih."

Nara yang baru menyelesaikan memakan bekalnya pun menerima air mineral yang sudah dibuka segelnya oleh Ghava. Kemudian meminumnya. Lalu pandangannya beralih pada Ghava yang sedari tadi tersenyum menatapnya.

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang