[ Part 37 ] Malam Tragis

74.3K 6.3K 648
                                    

Jangan lupa kasih voment😉. Tandai typo jugak.

Judulnya bikin overthinking. Siapkan mental baca part ini😌

Harus ramein part ini. Aku update ini pas kuota lagi sekarat😭.

VOTE, KOMEN, FOLLOW, DAN SHARE!

|🌹HAPPY READING🌹|

.
.

"Lagi-lagi Kau ambil kebahagiaanku, Tuhan."
-Keynara Zhivanna-



"Ra, sudah hampir satu minggu kamu tinggal di sini. Kamu nggak kasihan sama suamimu?"

Ucapan Diandra seketika membuat Nara menoleh sekilas, lalu kembali fokus menyirami bunga bersama sang Bunda di sampingnya. "Udah izin, kok, Bun. Lagian belum satu minggu, baru lima hari. Nara masih kangen Bunda sama Kak Dey," balasnya.

"Bunda juga masih pengen habisin waktu sama kamu sebelum pergi," timpal Diandra masih asik menyiram bunga.

Pergi? Nara tersenyum miris mendengarnya. Dalam sejenak, perempuan itu terdiam sebelum akhirnya ia menyadari ada yang aneh dengan ucapan Bundanya.

"Pergi ke mana, Bun?"

"Maksud Bunda, kamu setelah ini pasti pergi dari sini, kan? Kamu punya suami, kasihan kalau ditinggal lama-lama. Nanti Genan kangen," balasnya tergigi.

Nara tertawa kecil. Mendengar kalimat terakhir itu Nara terpikir apakah Genan merindukannya selama dia tidak bersamanya? Sepertinya tidak. Justru Nara sendiri yang merindukan lelaki itu. Ia juga tak tahu mengapa akhir-akhir selalu memikirkan Genan, setiap dekat dengan cowok itu jantungnya akan berdegup kencang, lalu rasa nyaman akan menyelimutinya.

Tanpa disadari olehnya, sebenarnya Nara sudah menaruh rasa pada Genan. Nara berusaha keras mengelak akan hal itu, karena dia takut akan merasa sakit hati jikalau tahu sikap Genan selama ini ada maksud terselubung. Tapi apalah daya, perasaan itu muncul begitu saja.

'Kok gue kangen Genan, sih,' batin Nara seraya menggelengkan kepalanya, berusaha menghilangkan sosok Genan pada pikirannya.

"Sudah, Ra, kita istirahat."

Nara mengangguk singkat. Setelah selesai dengan kegiatan menyiram, mereka memutuskan istirahat di gazebo samping rumah.

Sementara Diandra mengambil minum untuk meredakan dahaga, Nara memilih duduk terlebih dahulu sembari menikmati embusan angin yang menerpa wajahnya pelan.

Lima hari ini, hari-harinya cukup menenangkan karena tidak diusik oleh Felly. Semenjak kejadian di mana Deynal memarahinya kala itu, Felly lebih memilih diam. Begitupun dengan Liam yang bersikap cuek padanya. Padahal dalam lubuk hati Nara, ia ingin menghabiskan waktunya bersama saudara perempuan dan ayahnya. Tapi hal itu hanya akan menjadi kata 'seandainya' karena mengingat sikap mereka.

Ingin sekali ia memiliki keluarga yang harmonis. Ayahnya yang menyayanginya, dan Felly yang mau menganggapnya sebagai saudara. Entah kapan keinginan itu akan terkabul. Tapi Nara selalu berdoa, sikap mereka akan berubah sebelum dia pergi suatu saat nanti.

Terutama Liam, Nara sangat ingin suatu hari nanti Liam akan memberinya pelukan hangat dan mengatakan bahwa dia menyayanginya.

Nara mengalihkan pandangannya pada Diandra yang kini berjalan ke arahnya diikuti oleh Deynal di belakang.

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang