[ Part 11 ] Kekecewaan Mamah

67.4K 6.2K 361
                                    

Makasih yang udah mampir. Semoga tetap setia ya 😊

Jangan lupa vote, komen, dan share banyak-banyak ya lov <3

|🌹HAPPY READING🌹|
.
.

Kedua laki-laki seumuran dengan wajah tampan yang seolah dicopy itu tampak khawatir. Kevan dan Genan terlihat gelisah di ruangan serba putih itu, menatap sang Mamah yang tergeletak di bangsal. Tak ada yang membuka suara, pikiran mereka sama-sama kalut untuk saat ini.

Rasa benci perlahan muncul dan bergerumul dalam dada Genan mengingat perkataan Kevan tadi. Bisa-bisanya dia dituduh menghamili gadis yang bahkan baru dikenalnya. Kalau saja mereka saat ini tak ada di rumah sakit, sudah dipastikan ia akan menghabisi Kevan.

"Kenapa lo ngelakuin ini sama gue?" tanya Genan membuka suara.

"Apa?"

"Lo lupa, apa pura-pura tolol!" kesalnya.

"Oh... yang tadi? Soal siapa yang hamilin cewek itu? Kan Nara sendiri yang bilang," ungkapnya, terlihat begitu santai.

"Lo ngancem dia 'kan kalo sampai dia berani ungkap yang sebenarnya?" Cowok itu maju satu langkah, menatap saudara kembarnya datar. "Lo ngancem dia pake apa sampai-sampai tuh cewek takut ungkapin hal yang sebenarnya?" nada Genan sedikit meninggi.

"Nggak ada. Keinginan dia sendiri dia bilang gitu."

"Lo jujur aja 'lah njing! Licik lo! Jelas bukan gue yang harus tanggung jawab. Kenapa gue harus nanggung beban dari kesalahan lo." Genan mulai emosi.

Kevan terdiam. Tak mengindahkan ucapan saudaranya, ia melangkah mendekat ke ranjang dan duduk di kursi di sampingnya. Lantas tersenyum saat melihat mamanya sudah mulai membuka mata.

Genan tentu kesal karena Kevan tak menggubrisnya. Pengecut!

"Mamah nggak papa?" tanya Kevan penuh kelembutan pada wanita yang menjabat sebagai ibunya itu. Tangannya mengelus tangan Almira, memberikan ketenangan.

Almira tersenyum hangat, lalu mengangguk pelan.

"Mau makan? Kevan suapin, ya?" tawar Kevan.

Mungkin terlihat sedikit aneh. Kevan yang biasanya terlihat bringas dengan tampilan urak-urakan ternyata sangat perhatian dan bersikap lembut. Dan hanya pada mamahnya 'lah Kevan menunjukkan sikap hangat tersebut. Sesayang itu dia pada mamanya.

"Enggak. Nanti aja. Kevan keluar dulu, ya? Mamah mau ngomong sama Genan," pelannya.

Kevan menoleh ke belakang menatap sang kembaran yang berdiri di dekat sofa. Pandangannya beralih pada Almira, lalu tersenyum dan mengangguk. Kevan 'pun melangkah pergi dari ruangan itu.

Kini tinggal mereka berdua. Tanpa basa-basi Genan melangkah mendekat dan duduk di kursi samping ranjang. Mengulas senyum hangat pada wanita yang masih dirindukannya. Namun, siapa sangka justru kedatangannya malah membuat wanita itu jatuh sakit seperti ini.

"Jangan sakit, Mah. Maaf, mungkin Mamah begini juga gara-gara Genan, maaf," katanya seraya mengelus tangan Almira.

Bagaimana 'pun juga wanita itu mengidap penyakit jantung yang bisa kambuh kapan saja. Dan sebab kejadian tadi membuatnya kondisinya mendadak drop. Dan itu juga salah Genan walau tak sepenuhnya. Andai saja dia tak berniat menginap di rumah mamahnya. Pasti kejadian tadi tak akan terjadi. Kevan benar-benar licik memanfaatkan keadaan.

"Mama nggak papa," ujar wanita itu diakhiri dengan senyum simpul.

Beberapa saat hening menyelimuti keduanya. Tangan Genan beralih merapikan surai sang Mamah yang mulai muncul sedikit uban. Menarik napas pelan lalu menghembuskannya. Genan terpikir, pasti saat ini mamahnya benar-benar kecewa. Meski ia yakin bukan dirinya yang bersalah. Namun di sini ia kalah telak. Tak ada yang mempercayainya.

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang