[ Part 32] Ngidam

69.7K 6.4K 469
                                    

Ciee nungguin update 😁

Nggak tahu mau ngetik apa di sini, intinya terimakasih sudah setia di lapak ini. Lop you sekebon ❤❤❤

Jangan lupa votmen. Ramaikan yap 👍
Tandai kalau typo.

|🌹HAPPY READING🌹|

.
.

Termenung dengan pikiran saling bergelut mungkin sudah menjadi kebiasaan bagi Kevan. Cowok itu sedang berada di rooftop sekolah, sedangkan di halaman para murid terlihat begitu bersemangat karena akan ada pertandingan basket.

Seperti tahun-tahun sebelumya, setelah melaksanakan ujian kenaikan kelas, SMA Cakrawala akan mengadakan class meeting yang diisi oleh berbagai perlombaan antar kelas.

Kevan seharusnya mengikuti lomba basket, tapi kali ini mungkin tidak. Karena Ghava melarangnya. Alasannya cukup masuk akal, yap karena penyakit jantungnya. Kevan pasrah, karena dia sebenarnya juga enggan mengikuti basket saat tahu Genan juga masuk tim basket.

"Ish, sial," Kevan berdesis pelan seraya mengacak rambutnya. Pikirannya tampak kacau karena teringat penjelasan Neron kemarin.

Ingatkah kalian saat Kevan pergi ke kafe tapi langsung ditarik oleh laki-laki yang tak dikenalnya? Saat itu dia menemui Neron, sepupu Genan.

Kevan tak begitu dekat dengan lelaki dingin itu, tapi karena mungkin dia butuh sebuah penjelasan yang keluar langsung dari mulut Neron, dia pun terpaksa menemuinya.

Flasback on

"Gue butuh penjelasan," kata Kevan dengan tatapan mengintimidasi.

Neron yang tampak tenang menyeruput kopinya. "Tentang?"

"Alexa."

"Gue nggak ada apa-apa sama dia," balas Neron santai.

"Jelasin kenapa dia sama lo ada di club malam itu?"

Kini wajah Neron tampak seperti mengingat sesuatu. Menegakkan tubuhnya yang sedari tadi bersender nyaman, dia tampak berpikir sejenak. "Gue yang nyuruh dia dateng."

Kevan membelak seraya memundurkan kursinya. Wajah garang dan tatapan tajamnya menusuk pada sepasang netra Neron. Dibatasi sebuah meja sebagai penengah, Kevan meraih kerah laki-lai itu dan merematnya kuat. Rahangnya menegas dengan kilat amarah menyorot dari matanya. Tapi bukan ketakutan yang dia lihat dari Neron, melainkan wajah datar dan dingin.

"Breng---"

"Lo yang brengsek," potong Neron seraya menepis tangan Kevan dari kerahnya.

"Malam itu gue lihat lo di club mabuk berat. Mungkin lo bisa bikin hancur tempat itu karena lo nggak bisa dikontrol."

"Sebenarnya gue males berurusan sama lo. Tapi karena kita masih ada hubungan keluarga, jadi gue niat bawa lo pulang. Dan lo tahu apa yang gue dapet? Pukulan. Gue sampai dibawa ke rumah sakit dan rawat inap selama satu minggu karena lo pukulin," lanjutnya.

Kevan mematung. Selain karena terkejut dengan penjelasan Neron, dia juga terkejut karena Neron bisa berbicara panjang lebar.

"Ada satu nama yang selalu lo sebut saat itu. Alexa."

Jelas Neron tak asing dengan Alexa karena mereka satu sekolah.

Lagi-lagi Kevan termanung. Perlahan ingatan itu kembali datang secara acak. Membuat kepalanya mendadak pening.

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang