[ Part 2 ] Gagal

99.5K 8.8K 248
                                    

Hi lov <3

Jangan lupa vote dan komen ya. Jangan jadi reader ghoib :(

|🌹HAPPY READING🌹|
.
.

Wajah pucat itu masih mendominasi, perlahan kelopak matanya terbuka. Beberapa kali gadis itu meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Keningnya mengernyit saat tahu dia sudah berada di kamarnya. Seingatnya dia tadi pingsan di kamar mandi.

Nara bangkit, lalu duduk di tepi ranjang. Tak heran lagi siapa yang membawanya ke kamar. Pastilah Diandra-bundanya-dengan dibantu oleh Bi Arum. Meski Diandra hanyalah ibu tirinya, akan tetapi Nara bisa merasakan adanya rasa kasih sayang dari wanita itu. Nara sudah menganggapnya sebagai ibu kandung. Berbeda dengan Liam, ayahnya itu justru seolah tak pernah menganggapnya ada. Entah alasannya apa, sampai saat ini Nara belum tahu.

Ternyata sudah pukul delapan malam, mungkin sudah satu jam dia tertidur. Perlahan Nara mencoba bangkit. Terdapat luka memar tubuhnya akibat cambukan dari ayahnya tadi. Dia berjalan menuju cermin yang menampakkan seluruh tubuhnya dari atas sampai bawah. Penampilannya nampak mengenaskan.

Nara tersenyum menatap pantulan tubuhnya di cermin, senyum yang menggambarkan dia sedang tidak baik-baik saja. "Lo kuat, Ra. Lo cewek kuat."

Baru beberapa detik dia menyemangati dirinya sendiri. Air matanya mulai mengalir dalam kesunyian. Apalagi kala mengingat dia sedang mengandung. Dia tak berharap setelah kejadian di kamar mandi tadi dia akan terbangun. Justru gadis itu berharap tak akan bisa melihat dirinya lagi tuk selamanya.

Apalagi saat dirasa kandungannya baik-baik saja. Meski rasa sakit itu masih ada tapi tak separah tadi. Tangisnya semakin deras, meluruh menganak sungai. Sampai kapan dia harus menerima luka batin dan fisik seperti ini. Nara lelah.

Dia hapus air matanya dengan kasar. Kedua kakinya melangkah pelan, mencari sesuatu. Tas sekolah. Nara mencari benda itu karena ada sesuatu yang penting di sana. Terdapat beberapa kapsul obat penggugur kandungan yang dibelinya setelah pulang sekolah tadi. Dia menyimpannya dalam tas tersebut.

Nara teringat, setelah pulang sekolah tadi dia langsung mendapat hukuman dari ayahnya. Mungkin saja tasnya berada di ruang tengah. Dia harus segera mengambilnya karena di dalam tas itu juga terdapat sebuah testpack.

"Jangan sampe tas itu diambil orang lain, terutama ayah."

Ceklek

Pintu terbuka, membuat Nara berjengit. Napasnya tercekat, berharap itu bukan ayahnya. Gadis itu bernapas lega saat mendapati di balik pintu menampakkan Diandra yang membawa nampan berisi makanan.

"Syukur Nara udah bangun. Makan dulu, Nak, dari tadi kamu belum makan," suruh wanita itu lembut.

"Bund, kenapa Ayah benci sama Nara?" Alih-alih memakan makanan itu justru Nara menanyakan hal lain.

"Maaf, bunda gak bisa jawab. Tapi suatu saat kamu akan tahu."

"Nara capek."

Diandra tersenyum pedih, "Bunda tau kamu kuat, Ra. Maaf Bunda tidak bisa melakukan apa-apa saat Ayah menghukummu," lirihnya.

"Makan dulu ya? Setelah itu lukanya nanti Bunda obatin," lanjut Diandra.

"Enggak Bun, nanti aja ya? Nara mau ngambil tas du-"

Belum sempat gadis itu menyelesaikan ucapannya tiba-tiba iblis itu datang ke kamarnya. Kali ini tatapannya lebih tajam, rahangya mengeras dengan gigi menggertak. Terlihat jelas bahwa ayahnya benar-benar murka besar.

Plak!

"Mas!" kaget Diandra saat sang suami menampar putrinya begitu keras.

Nara memegang pipinya yang terasa panas akibat tamparan itu. Giginya menggertak, sepasang netranya beralih mendongak menatap sang Ayah yang juga menatapnya begitu tajam dan menusuk. Bahkan napasnya tampak memburu dengan tangan mengepal erat.

"Dasar anak tak tahu diri!" Liam menjambak rambut gadis itu dengan kasar.

Di ambang pintu, Felly tersenyum miring mengamati Nara dengan tangan bersidekap dada. "Miris banget nasib lo, Nara."

"Apa yang sudah kamu lakukan dasar anak sialan!" murka Liam.

"Sudah, Mas. Sudah cukup Nara menerima hukuman tadi. Jangan sakiti dia la-"

"Diam!" peringatnya pada sang istri, lantas beralih menatap tajam ke arah Nara. "Baru saja Ayah peringatkan kamu untuk tidak melakukan kesalahan lagi. Tapi kenapa malah kamu melakukan kesalahan yang lebih besar hah?! Kamu memang pembawa sial!"

Nara hanya terdiam memandang wajah murka Liam.

Plak!

"Mas Liam cukup!" bentak Diandra saat lagi-lagi pria itu menampar putrinya. Bahkan kedua mata wanita itu sudah berkaca-kaca.

"Diam! Anak sialan ini benar-benar tak tau diuntung!" Liam menunjukkan benda digenggamannya. "Apa ini?! Jawab Ayah apa yang sudah kamu lakukan!" sambil menunjukkan benda itu tepat di depan wajah Nara.

"Apa benar kamu hamil Nara?!"

.
.
.

|🌹SILENCE OF TEARS🌹|

《《BERSAMBUNG》》

Tenang pren, jangan erosi dulu eh emosi. Mari kita bikin Nara semakin menderita🤓

Part selanjutnya bakal dijelaskan kenapa Liam bisa tahu Nara hamil. Stay tune terus pokoknya😉

Makasih yang sudah mampir. Ayo yang belum voment dipencet bintangnya, jgn dicuekin😭.

Next part kita emosi lagi okey👍 See you sweetie💕

Silence Of Tears (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang