3. Haruto Watanabe.

4.3K 635 27
                                    

Segera setelah selesai dengan kegiatan berkirim pesan dengan seseorang bernama Junkyu yang menjabat sebagai kakak kelas sekaligus sepupu dekatnya, Jeongwoo ambil posisi duduk di pinggir ranjang seraya memandang lamat-lamat sebuah pena di tangannya.

Pena dengan bentuk dan style yang amat sangat biasa ini menginvasi atensinya kurang lebih selama lima menit, seraya memutar kembali ingatan mengenai kejadian sore tadi di sekolah.

flashback.

"Haruto!" suara Jeongwoo sengaja tinggi agar anak yang tengah menatapnya itu dapat mendengar dengan jelas. Alisnya berkerut memberi isyarat bingung.

Sebatas tau anak ini namanya Haruto, dia sedang bertelepon dengan entah siapa-Jeongwoo hanya berniat menegur, agar anak itu berdiri lebih mundur karena hujan yang deras mungkin bisa membasahi tubuh bagian depannya.

Tapi baru mau membuka mulut, Haruto sudah lebih dulu mundur, jangan lupa dengan tangan yang memegangi dada, Jeongwoo pikir dia sakit, jadi dia bergerak mendekat merenggut besi pagar lapangan, "Haruto, lo kenapa?" tanyanya.

Tatapan Haruto terlihat linglung, dia menggenggam erat ponselnya, lantas berlari kencang dan hilang di belokan koridor. Jeongwoo jadi semakin bingung, lalu bergegas melempar bola basketnya untuk kemudian berlari menyusul Haruto.

Tapi anak itu malah sudah lebih dulu masuk ke dalam sebuah mobil yang mungkin adalah jemputannya. Tapi Jeongwoo masih menggenggam sebuah pena yang Haruto jatuhkan di koridor dekat lapangan. Salah satu alasan yang membuat ia berlari menyusul tapi sayang ia kehilangan Haruto.

flashback off.

"Kenapa, gue gak bisa liat lo?" gumamnya kecil, yang kemudian bersambut sebuah suara dari langit di susul gemuruh panjang yang kemudian berlanjut dengan suara guyuran hujan yang makin lama semakin deras.

Pena tadi ia letakan kembali di atas nakas, berjalan ke arah jendela untuk menutupnya, Jeongwoo menatap keluar setelah memastikan jendela terkunci.

"Haruto Watanabe ya..." ucapnya bernada rendah di susul tatap tajam dari aksa si rambut legam. Dia masih betah berdiri menyaksikan hujan membasahi halaman depan.

Binar mata yang semula nampak bercahaya kini menggelap bersamaan dengan suara klakson dan sebuah mobil mewah memasuki pekarangan rumah. Tidak lama setelahnya, Jeongwoo bergerak mengunci pintu kamar.

"Ck, harusnya tadi gue gak usah pulang." Ucapan bernada sesal ini menjadi kalimat terakhir yang Jeongwoo ucapkan sebelum menenggak dua pil berwarna putih beraroma khas yang akan membuatnya tertidur dengan cepat.

Jeongwoo jatuh terlelap tepat saat sebuah ketukan mengudara memenuhi seisi kamarnya, kemudian beberapa ketukan lebih banyak di ikuti suara pintu yang coba di buka lalu hening setelah orang di luar sana memutuskan menyerah dengan usahanya.

Meninggalkan Jeongwoo dengan keheningan yang menyelimuti lelap tidurnya, seolah tengah menertawai riuh ribut di dalam kepalanya.

tbc.


Walk You Home [JeongHaru]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang